Chapter 46. Starting The War

4.8K 508 68
                                    

note : karyakarsa notifikasinya eror lagi 😔 silahkan cek updatean terbaru udh ada ya 🫶🏻

***

Chapter 46. Starting The War

"Saya mau bicara." Mia berucap dengan penuh keyakinan. Ia mengepal tangannya kencang dan menatap Karina tanpa keraguan.

Karina yang sudah berdiri di depan lift kini tersenyum kecil. Ia mengurungkan niatnya masuk ke dalam lift dan membiarkan lift tersebut kembali tertutup.

"Ada apa, Mia?" tanya Karina.

"Boleh kita ngobrol di pantry?" tanya Mia.

Karina mengangguk. "Sure," jawabnya. Iapun melihat Mia yang berjalan duluan menuju ke arah pantry.

Karina tersenyum dan mengikuti langkah perempuan itu kesana.

Mia meminta dua orang OB yang sedang berada di pantry untuk keluar, sebelum Karina masuk ke dalam dan menutup pintu. Kini, hanya ada mereka berdua disini sekarang, berdiri berhadapan.

"Ada apa, Mia?" ucap Karina, mengulang pertanyaannya.

Mia menelan ludah. Ia menatap Karina dan berusaha tenang.

"Saya denger dari Prisilia, bu Karina ngerekomendasiin saya ke pak Rian untuk dipindahin dari divisinya pak Evan?"

Karina mengangguk. "Ehm, gua ngerasa kalo lo gak cocok jadi asistennya Evan," lanjut Karina, mengakui hal tersebut.

Mia membulatkan kedua matanya. "Kenapa bu? bu Karina tau gak kalo saya ini udah jadi asistennya pak Evan selama tiga tahun lebih??"

"Dan selama tiga tahun itu, apa lo udah bawa perubahan yang signifikan buat Evan?" sahut Karina, membalikkan ucapan Mia.

Kedua mata Mia kembali membulat. Ia menatap Karina tak percaya.

"Apa lo udah ngasih peran yang beneran berguna buat kelangsungan pekerjaannya Evan? selama ini gua liat yang bisa ngasih peran itu cuma Dian, dia yang selalu bisa ngeringanin kerjaannya Evan."

"Sedangkan lo? lo cuma punya jabatan sebagai asisten, tapi kegunaannya gak jelas," lanjut Karina.

Mia semakin tercengang. Perempuan ini sama sekali tak ragu mengatakan semua itu padanya.

"Bu Karina," ucap Mia, tersenyum kecil.

"Ibu kan baru kerja di divisi ini selama beberapa hari, kenapa ibu dengan yakinnya ngomong gitu disaat ibu belum ada sebulan kerja di divisi ini?"

"Dan apa ibu udah diskusi dulu sama pak Evan? kenapa ibu main ngasih rekomendasi aja tanpa nanya pendapatnya pak Evan dulu soal saya??"

"Pendapat Evan gak akan penting buat pak Rian," ucap Karina, membuat Mia kembali bungkam.

"Apa lo pikir, chairman kita masih mau denger pendapat Evan setelah presentasi kacau yang dia lakuin waktu itu?" ucap Karina, membuat Mia kembali bungkam.

Karina berjalan maju perlahan, menatap Mia dengan tatapan yang serius.

"Evan udah dipandang rendah sama bokapnya sendiri, sama kakaknya, sama partner, bahkan sama investor di perusahaan ini, dan sekarang lo masih berpikir kalo pendapat dia soal kinerja lo disini, adalah hal yang penting??"

Mia masih bungkam. Kedua matanya membulat dan nafasnya terengah-engah, menahan emosi yang tersimpan begitu besar dalam dirinya.

"Mia, I know you're upset," ucap Karina.

"Gua tau lo kesel dan kecewa karena gua gak ngasih laporan yang baik soal kinerja lo sebagai asistennya Evan, tapi gua ngelakuin semua ini demi suami gua, demi karir suami gua yang stuck disitu-situ aja."

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang