Chapter 58. The Truth

4.6K 419 7
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

Saat ini, seorang perempuan baru saja bangun dari tidurnya yang lelap. Ia membuka kedua matanya dan melihat langit-langit kamar yang tak biasa ia lihat sebelumnya.

Karina menelan ludah dan mengerjap. Ia mengingat dirinya saat ini berada di kamar kost adik iparnya, Julian.

Siang kemarin, ia dan Julian sempat berdebat mengenai rencananya untuk pergi ke London.

Flashback dimulai.

"Emang perlu banget lo kesana?"

Julian yang duduk di atas kasur, bertanya pada Karina yang berada di tepi tempat tidur.

Karina menghela nafasnya pelan. "Gua udah bilang ke keluarga mau kesana, lagian.."

Karina menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. "Gua butuh refreshing, kepala gua sakit, mumet," lanjutnya.

Julian yang mendengar itu terdiam sesaat. Ia sempat marah-marah pada Karina ketika mengetahui hal tersebut, namun kini Julian sedikit lebih paham.

"Vanessa juga lagi kena musibah disana, jadi gua pikir, dengan kita ngumpul bertiga, kita bisa ngehibur satu sama lain, kita bisa nguatin satu sama lain."

"Vanessa kenapa?" tanya Julian.

"Dia dipecat dari kerjaannya, dan sekarang lagi bingung harus gimana," sahut Karina.

Julian mengangguk-angguk. Namun seketika Julian terpikirkan sesuatu hal.

"Berarti Mery sama Vanessa, dua-duanya tau soal.. kegilaan di dalam hidup lo?"

Pertanyaan Julian langsung membuat Karina menatap ke arahnya. Ia menelan ludah dan menggeleng.

"Mery tau soal hutang, tapi cuma sekedar hutang aja, dia gak tau soal.. bisnis gelapnya, terus kalo Vanessa, dia gak tau sama sekali soal hutang."

"Berarti kalo lo ke London dan ngumpul sama mereka, lo bakal ceritain ke mereka soal semua itu?" tanya Julian lagi.

Karina kembali menggeleng, membuat Julian tersentak.

"Hah?"

Julian begitu tersentak mendengarnya. Ia menatap Karina tak percaya.

"Lo gak ada niat nyeritain ke mereka?" tanya Julian yang kembali dijawab gelengan oleh Karina.

"Terus apa gunanya lo dateng kesana ngumpul sama mereka?" tanya Julian.

Karina mengerjap dan terdiam mendengarnya. "Ya.. buat nguatin satu sama lain."

"Gimana carnaya mau nguatin kalo mereka aja gak tau segila apa rintangan yang lagi lo hadapin sekarang??"

Karina menelan ludah mendengarnya. Ia melihat Julian, yang sudah kembali terlihat emosi padanya.

Julian menghela nafas, berusaha tenang. "Gini maksud gua, Karina," ucap Julian, berusaha agar tidak marah-marah.

"Gua tau ini hak lo buat ngelakuin apapun yang lo mau, gua bukan siapa-siapa yang bisa ngatur lo."

"Tapi disaat kaya gini, bukannya lo butuh orang yang tau apa yang sebenernya lagi lo lewatin sekarang?"

"Kalo lo ketemu Mery dan Vanessa disana, tapi masih harus tetep nahan diri untuk gak ngomongin soal penderitaan lo sekarang, bukannya gak ada gunanya? bukannya malah bikin lo makin nyesek karena harus mendem semuanya?"

Karina yang mendengar itu kini menelan ludah. Ia menatap Julian dengan jantung yang berdebar kencang.

"Disini ada gua sama Gede, dua orang yang udah tau soal apa sebenernya musibah yang lagi lo hadapin sekarang."

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang