Pukul delapan di sebuah kedai ayam bakar, antrian akhirnya mulai mereda setelah melewati jam makan malam. Beberapa pembeli memilih menikmati hidangan di tempat, dan beberapa lainnya memilih untuk membawanya pulang untuk dimakan bersama keluaga.
Kini sudah tak ada lagi pelanggan yang makan di kedai, namun masih ada dua antrian untuk dibawa pulang.
Seorang gadis berdarah asli Bali sedang membungkus beberapa pesanan, ia memberikannya pada seorang pembeli yang sudah menunggu sedari tadi.
"Makasih ya bli," ucap Made dengan senyuman di bibirnya. Laki-laki itu menerimanya sambil menatap Made dengan seksama.
"Mau minta nomornya dong?" ucap laki-laki itu, membuat Made mengerjap.
"Nomor?" tanya Made bingung.
"Iya, nomor hp kamu," jawab laki-laki itu. "Maksudnya biar gampang kalo mau pesen ayam, boleh kan?" tuturnya lagi, setelah keheningan terjadi diantara mereka.
"Ah, boleh," jawab Made tersenyum. Iapun menerima ponsel dari tangan laki-laki muda itu.
"Ini, kalo mau pesen chat aja, nanti dianter," ucap Made, sembari memberikan kembali ponsel tersebut.
"Oke," jawab laki-laki itu, terlihat begitu senang. Iapun bergegas pergi, sementara Made kembali berterima kasih.
Kini tinggal satu antrian lagi untuk dibawa pulang, pembelinya menunggu di dalam mobil karena pesanannya masih sedang dibakar oleh laki-laki yang sedari tadi menatap Made dengan senyuman di bibirnya.
Made mengerjap melihat kawannya, Wira yang tersenyum padanya seperti sedang meledek padanya.
"Cie, nambah fans," ucap Wira, sembari mengipasi ayam di atas panggangan tradisional yang posisinya berada di area depan kedai mereka.
"Fans apaan? orang pelanggan," sahut Made sembari berjalan mendekati Wira.
"Jelas-jelas dia modus," ucap Wira lagi pada Made, membuat Made berdecak kesal.
"Gakpapa De, dilanjut aja pendekatannya, kali aja jodoh?" ucap Wira, kembali meledeki Made.
"Diem lo, liatin noh ayam ntar gosong," ucap Made, membuat Wira segera menengok ke arah dua ekor ayam yang sedang ia bakar.
Untung saja Made mengingatkannya, sebab ayam itu sudah matang sempurna sekarang. Wira mengangkat ayam tersebut ke meja dan Made langsung mengambilnya untik ia bungkus.
"Oh iya, gua gak ngasih nomor gua ke bli yang tadi," ucap Made, sebelum berjalan ke arah meja untuk melakukan pekerjaannya.
"Hah?? terus nomor siapa??"
"Nomor lo," jawab Made tersenyum.
"Hahaha!" Kini Made berjalan pergi sambil tertawa geli, sementara Wira tercengang melihat sahabatnya yang sudah mengerjainya.
"Sialan lo De, kalo dia ngechat gua gimana??" ucap Wira panik.
"Gakpapa Wir, lo kan abis ditinggal nikah, kali aja sama yang ini berjodoh."
"Anj*ng," umpat Wira seketika, membuat Made semakin tertawa geli.
Wira mendekat ke arah Made untuk mengganggu sahabatnya itu yang sedang membungkus pesanan.
"Gua tonjok lo ya Wir," ucap Made mengancam ketika Wira berusaha merebut buah timun yang sudah Made potong.
"Kalian pasangan muda ya?"
Tiba-tiba, ucapan itu membuat Made dan Wira yang sedang bercanda segera berhenti dan menengok. Pelanggan yang sedang menunggu makanan di dalam mobil kini turun dan menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
mysavior
RomanceKarina meninggalkan Wira, kekasihnya yang setia namun tak bergelimang harta. Perempuan berdarah Bali itu memilih dipersunting oleh Evan, si kaya raya yang tak pernah cukup dengan satu wanita, namun ia yakini merupakan penyelamat dalam hidupnya. ⚠️CW...