Chapter 42. Heart is Hurt

4.8K 504 87
                                    

Saat ini, seorang laki-laki baru saja turun dari mobilnya. Ia berjalan cepat menempuh hujan dari parkiran ke arah bangunan restoran.

Dengan perasaan yang tak karuan, Evan menatap sekeliling, mencari keberadaan istrinya. Seorang waiter menghampiri dan menanyakan siapa yang sedang Evan cari, Evanpun menyebutkan nama istrinya yang sudah melakukan reservasi di restoran ini.

"Bu Karina ya..?" gumam waiter tersebut, terlihat ragu.

"Kenapa? dimana mejanya Karina?" tanya Evan terburu-buru.

Waiter tersebut menelan ludah, kemudian ia berjalan menuntun Evan menuju ke area taman restoran, untuk menunjukkan dimana meja yang dipesan Karina berada.

"Di sebelah sana pak," ucap waiter itu, menunjuk ke arah meja makan yang tadinya sudah ditata dengan cantik, namun jadi berantakan karena guyuran hujan.

Evan membelalak. Istrinya sudah tidak berada disana. Karina sudah tidak ada disana.

"Tapi bu Karinanya udah pergi pak, belum lama," ucap waiter tersebut.

Evan menelan ludah. Ternyata benar dugaannya, Karina sudah tidak mau lagi menunggunya dan memilih untuk pulang. Evan terlambat datang hingga Karina mungkin sudah muak menunggunya.

Kini Evan memperhatikan meja di kejauhan sana, yang masih terguyur hujan cukup kencang.

Kedua mata Evan membulat, menyadari sesuatu hal. Hujan sudah sedari tadi turun, namun meja itu tetap berada disana. Apakah itu artinya, Karina kehujanan selama menunggu Evan?

"Istri saya kehujanan mbak??" tanya Evan pada waiter di sampingnya.

Waiter tersebut mengangguk, membuat Evan semakin tersentak.

"Kenapa?? kenapa mejanya gak dipindahin ke dalem?? kenapa mbak gak nyuruh istri saya masuk??"

"Udah mas," jawab waiter tersebut segera. "T-tapi bu Karinanya yang gak mau," lanjutnya.

Evan mengerjap mendengarnya. Kini rasa bersalah di dalam hatinya jadi semakin besar, membuat nafasnya terengah-engah.

Evan melihat dua gelas wine yang berada di atas meja makan tersebut. Gelas itu sudah penuh. Warna wine yang pekat sudah berubah pudar karena campuran air hujan yang memasukinya.

"Soalnya red wine nya udah kecampur sama air hujan."

Jantung Evan berdebar kencang. Jadi itu maksud istrinya ketika ditelfon tadi??

Tanpa berucap lagi, Evan bergegas pergi. Ia berjalan keluar dari gedung restoran mewah ini.

Evan langsung berlari menaiki mobilnya. Ia menghela nafas pelan dan berusaha tenang.

Karina kehujanan menunggunya, perempuan itu tidak mau berpindah dari tempatnya. Kini Evan harus segera pulang dan menemui istrinya.

Evan menyetir sambil terus berusaha menghubungi Karina. Ia ingin mendengar suara istrinya dan meminta maaf atas kelalaiannya saat ini.

***

Drrt.. drrtt..

Sedari tadi, suara getaran ponsel yang berada di dalam tas terus berbunyi. Seorang perempuan yang memangku tas tersebut hanya diam dan menatap ke depan.

Perempuan itu adalah Karina. Ia masih duduk di kursi depan mobil dan merenung menatap ke jalanan di depan.

Tubuh Karina sudah terlapisi handuk pantai yang tipis namun lebar. Ia berusaha mengeringkan tubuh serta rambutnya yang basah karena kehujanan.

"Karina? gak mau diangkat?"

Suara itu terdengar, membuat Karina menengok ke samping. Ia melihat perempuan yang sedari tadi menyetir mobil.

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang