Chapter 38. Baikan

4.4K 469 43
                                    

"Inget ya Van, Karina juga udah setuju, lo gak boleh protes kalo gua minta tolong ke dia."

"Iya, udah sana pergi, gua mau fokus."

Pagi ini di ruang kerja Evan, Karina mendengar pembicaraan antara suaminya dengan kakak iparnya, Yohanes. Ia mendengar sambil sesekali melihat ke arah sana, ke meja kerja Evan.

"Yakin lo bisa fokus? istri lo kerjanya disini sekarang, mana mungkin bisa fokus?"

"Emang gua lo? papa sampe harus misahin kantor lo sama Laura, soalnya dia tau lo berdua bukannya kerja malah olahraga."

"Bhahaha!"

Sama seperti Evan, Karina yang juga duduk di meja kerjanya mendengar semua itu. Ia tersenyum geli.

Mulai hari ini, meja kerja Karina sudah dipindahkan ke dalam ruang kerja Evan. Karina adalah satu-satunya karyawan yang ruang kerjanya menyatu dengan ruang kerja atasannya sendiri.

Rian selaku chairman awalnya sempat ragu untuk memenuhi permintaan Karina ini, sebab ia takut puteranya malah lebih banyak menghabiskan waktu bermesraan dengan Karina dibanding bekerja. Namun Karina menjamin pada Rian bahwa hal itu tak akan terjadi. Ia dan Evan akan bekerja dengan profesional dan tidak menjadikan ruangan kerja sebagai sarana bercinta.

Selain agar sang ayah mertua mengizinkan, Karina juga tidak sudi melakukan aktivitas suami-istri di ruangan ini, sebab ia yakin Evan dan simpanannya sejak dulu sudah sering melakukan hal itu disini.

"Yaudah, gua balik dah," ucap Yohanes, mantan bos Karina yang sedang datang menghampiri dan memberitahu Evan bahwa ia masih akan sering meminta bantuan pada Karina dalam urusan pekerjaan.

Setelah Yohanes keluar, Evan langsung berdiri dari kursinya. Ia berjalan ke arah meja Karina yang posisinya berada di sebelah meja kerjanya, namun menghadap ke arah sofa sehingga mereka bisa saling menatap dari meja masing-masing.

Evan berdiri di depan meja Karina, dan tersenyum menatap istrinya.

"Kenapa senyam senyum?" tanya Karina.

"Gakpapa, seneng aja," jawab Evan, dengan senyuman yang tak kunjung pudar. Laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Karina dan mengecup pipi Karina sekilas.

Karina dapat melihat binaran yang begitu jelas di kedua mata suaminya. Semenjak mereka berbaikan, dan semenjak Karina pindah ke divisi ini dan bekerja di ruangan yang sama dengannya, Evan memang tak bisa menutupi rasa senangnya.

Terkadang perasaan Karina juga jadi tak karuan, sebab ia merasa begitu dicintai ketika melihat seorang laki-laki yang begitu bahagia karena kehadirannya disini setiap hari.

Namun disaat yang sama..

Karina berusaha keras untuk tidak tenggelam dalam rasa senang, sebab ia sadar laki-laki ini memiliki banyak keburukan dibalik segala gestur manis yang ia tunjukkan pada Karina.

"Kamu jangan terlalu seneng, aku emang istri kamu, tapi bukan berarti aku bakal lembek ke kamu kalo udah menyangkut kerjaan," tutur Karina.

Evan yang mendengar itu seketika menelan ludah. "Bukannya aku yang harusnya ngomong gitu ke kamu? kan aku bosnya," tutur Evan.

Senyuman miring langsung tersungging di bibir Karina. "Oke pak Evan, sekarang tolong kembali ke meja dan periksa semua berkas yang udah saya kirim lewat email, selesaikan segera lalu kirim lagi ke saya, terima kasih."

Karina berucap kemudian fokus ke arah layar komputernya, sementara Evan yang mendengar itu menelan ludah.

"Yes ma'am," jawab Evan.

"Hahaha!" Karina tertawa geli. Ia melihat Evan yang sudah kembali duduk di kursinya dan menatapnya dari kejauhan.

Keduanya saling memandang dan sama-sama tersenyum geli. Meskipun sempat terasa aneh karena mereka harus bekerja secara profesional di ruangan ini, namun keduanya sadar ini akan terasa lebih ringan sebab mereka berada di dekat satu sama lain. Terutama Evan, Evan yakin bahwa segala urusannya akan berjalan lebih lamcar karena ada istrinya disini sekarang.

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang