Chapter 18. First Day at Work

4.4K 374 48
                                    

Di dalam kamar, pelukan Karina semakin erat, hingga membangunkan laki-laki yang sedang tenggelam dalam mimpi.

Evan mengerjap. Ia melihat tangan istrinya yang berada di perutnya, memeluknya dari belakang.

"Udah pulang sayang?" tanya Evan, sembari memutar posisi tidurnya, dan menatap Karina yang sudah berbaring di sampingnya.

Karina kini mengangguk. Ia tersenyum kecil melihat wajah Evan yang baru bangun dari tidur siangnya. Kedua mata Evan masih terlihat sipit.

"Pules banget kamu," ucap Karina, sembari merapikan rambut Evan yang berantakan.

Evan yang masih mengantuk hanya mengangguk. Gantian, kini dirinya yang mendekat dan memeluk Karina dengan erat. Evan memejamkan mata dan menenggelamkan wajah di leher istrinya. Ia ingin melanjutkan tidur dalam posisi ini.

Evan memang tidur siang sangat pulas, sepertinya karena ia masih kelelahan pasca bulan madu mereka dua minggu terakhir.

Memikirkan bulan madu, membuat Evan seketika membuka kedua matanya. Ia mengingat sesuatu hal, yang sudah ia rencanakan akan ia bicarakan dengan Karina setelah mereka sampai di Jakarta.

Kini Evanpun melepas kembali pelukannya. Ia menatap Karina dengan seksama.

Karina yang melihat itu mengernyit. "Kenapa? gak mau lanjut tidur?" tanyanya, namun suaminya malah bangkit dari posisi berbaringnya.

Hal tersebut membuat Karina mengikuti, sebab Karina menyadari wajah Evan yang terlihat serius. Kini keduanyapun duduk berhadapan di atas kasur, dan saling menatap.

"Karina, ada sesuatu yang mau aku tanyain," ucap Evan.

"Apa?" tanya Karina.

Evan menelan ludahnya dan menatap Karina dengan ragu. "Apa.. ada sesuatu yang kamu sembunyiin dari aku?"

Seketika, kedua mata Karina membulat, jantungnya berdebar kencang.

Reaksi Karina langsung berhasil menjawab pertanyaan Evan, bahwa memang ada sesuatu yang Karina sembunyikan darinya. Suatu beban yang sepertinya begitu berat ia pikul di kedua pundaknya.

"Di semua penginapan yang kita datengin untuk bulan madu, hampir setiap malem, kamu nangis waktu lagi tidur."

Ucapan Evan kembali berhasil membuat Karina tersentak. Ia seperti menyadari bahwa seberapa keraspun dirinya berusaha menutupi, pada akhirnya tubuhnya sendiri yang tak bisa membohongi.

"Kamu mungkin mimpi, dan nangis di dalam mimpi, soalnya tiap aku bangunin kamu langsung tidur lagi, kaya gak sadar kalo kamu nangis," tutur Evan, dengan penuh kekhawatiran di wajahnya.

"Ada apa, Karina? apa yang bikin kamu nangis? beban apa yang kamu sembunyiin dari aku?"

Karina merasakan debaran jantungnya yang semakin tak karuan. Kedua tangannya sedikit gemetaran, mengetahui dengan jelas apa alasan dirinya menangis setiap malam, tanpa bisa ditahan.

"A-aku gak tau," jawab Karina. "Aku gak tau kenapa," lanjutnya lagi, sambil menatap kedua mata Evan dengan penuh keraguan.

Evan yang melihat itu mengerjap. Ia sadar Karina berbohong padanya, dan menutupi apa yang sesungguhnya terjadi hingga membuatnya menangis di dalam tidurnya.

Keduanya terdiam dan saling menatap. Hingga Evan akhirnya menarik tubuh istrinya mendekat padanya. Ia memeluk Karina dengan erat, dan mengusap kepalanya lembut.

Meskipun Karina tak mau menjawabnya, namun Evan tidak marah, sebab ia yakin Karina hanya tidak siap untuk menceritakan semua padanya. Karina pasti butuh waktu lebih lama untuk percaya pada Evan dan memberitahukan semua yang ia alami dalam hidupnya.

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang