Chapter 53. Jangan Berpisah

6.1K 567 55
                                    

Di dalam kamar yang sudah lama tak ditempati, seorang perempuan berbaring miring di atas kasur. Kedua matanya yang sembab kini sudah tertutup, begitu lelah setelah apa yang baru saja ia lewati.

Secara samar, Karina bisa mendengar suara ibunya, Isvara, serta suaminya, Evan yang berbincang di luar kamar.

Saat ini, Karina memang sudah berada di rumah ibunya. Ia meminta Evan membawanya pulang ke rumah sang ibu, bukan ke rumah mertuanya dimana ia seharusnya tinggal.

Hal tersebut terjadi setelah obrolannya dan sang suami, di tepi jalanan yang sepi, dan diterpa gerimis yang lama kelamaan terasa deras dan membasahi.

Flashback dimulai.

"Aku juga gak bakal sanggup ngelanjutin semua ini sama kamu, aku gak mau ngabisin sisa hidup aku, pura-pura bahagia sama laki-laki yang gak cinta sama aku."

Evan begitu tersentak mendengar penuturan Karina. Jantungnya berdebar tak karuan. Ia masih belum menyangka, bahwa Karina akan mengatakan semua itu padanya.

"Karina."

Evan memegang kedua pipi Karina, dan menatap wajah istrinya dari dekat. Ia bisa melihat kedua mata Karina yang basah dan berlinang.

"Karina, aku beneran cinta sama kamu," ucap Evan, sembari menenangkan dirinya sendiri dari segala kepanikan yang melandanya.

"Jadi jangan ngomong gitu, jangan gegabah, Karina," ucap Evan, karena istrinya yang tiba-tiba mengajaknya berpisah.

"Aku gak gegabah, Evan," sahut Karina, dengan tatapan yang menunjukkan keyakinan.

Evan seketika menggeleng. Ia menggeleng sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"Karina, maafin aku, tolong jangan langsung ambil keputusan sejauh itu," ucap Evan.

"Aku udah sadar sekarang, aku tau ini terlambat tapi aku udah sadar, aku nyesel banget udah ngekhianatin kamu, Karina."

"Aku gak pernah bohong waktu aku bilang aku sayang sama kamu, dan pengen hidup selamanya sama kamu."

"Dan impian itu cuma aku punya sama kamu, aku gak pernah punya impian sejauh itu sama siapapun lagi selain kamu."

Karina yang mendengar itu tersenyum kecil. Airmata dari kedua matanya masih mengalir, dapat terlihat oleh Evan meskipun menyaru dengan air hujan.

"Aku.. pengen percaya sama ucapan kamu, Evan," ucap Karina pelan dan mulai terdengar lemas.

"Tapi susah banget, setelah semua yang udah aku rasain, aku susah banget buat percaya sama kalimat itu," lanjut Karina.

Evan yang mendengar itu semakin tak kuasa. Tubuhnya mulai terasa gemetaran, menyadari bahwa pernikahannya dengan Karina sudah berada di ujung tombak.

Kini Evan langsung memeluk Karina dengan erat. Ia memeluk istrinya, seolah menunjukkan bahwa dirinya tak bisa kehilangan Karina.

"Aku minta maaf, Karina, maaf udah nyakitin kamu," ucap Evan tanpa melepaskan pelukannya yang erat di tubuh istrinya.

Evan mendekatkan mulutnya ke telinga Karina, berbisik dengan lembut dan penuh harapan.

"Tapi aku mohon, kasih aku kesempatan sekali lagi, aku bakal buktiin ke kamu, aku bakal buktiin kalo aku bisa berubah, aku bakal buktiin kalo ucapanku serius soal masa depan kita, aku mohon, kasih aku kesempatan sekali lagi buat buktiin itu."

Karina yang dipeluk erat oleh Evan masih terdiam. Karina mulai merasa lemas, mungkin karena tubuhnya kedinginan diterpa hujan.

Namun kini, hangat kembali menyelimuti. Pelukan Evan yang erat mulai berhasil membuat dingin itu memudar perlahan-lahan.

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang