Chapter 11. Julian Anak Haram

4.8K 407 12
                                    

Saat ini, Karina masih berada di dapur. Ia masih terus mengumpat di dalam hatinya, setelah mendengar segala ucapan kasar yang diberikan Laura padanya beberapa saat lalu.

"F*ck," umpat Karina lagi, sambil memakan chia seeds puding buatan calon ibu mertuanya.

Karina sudah biasa menghadapi orang-orang yang membencinya. Ia justru suka melihat ekspresi orang yang menatapnya tajam dan penuh kebencian.

Hanya saja, Karina tidak terima jika kebencian itu datang karena dirinya dianggap sebagai penggoda suami orang.

Setelah menghabiskan satu gelas pudingnya, kini Karinapun kembali bergerak menuju ke ruang makan. Ia sengaja memakan pudingnya di dapur sebab ia tak yakin masih memiliki nafsu makan jika berhadapan dengan Laura.

Ketika hendak berjalan menuju ruang makan utama, Karina tak sengaja mendengar suara dari arah belakang dapur.

"Ayo sini bli Gede, makan yang banyak."

"Makasih banyak mbok."

Karina penasaran dan berjalan ke arah belakang. Ia melihat ada ruang makan yang lebih kecil di balik dapur ini. Iapun mengintip ke arah dalam.

Di sana, ada beberapa orang yang duduk di meja makan. Mereka adalah pekerja di rumah ini, seperti ART, supir, serta penjaga rumah yang sedang makan bersama.

Namun pandangan Karina seketika tertuju ke arah seorang laki-laki yang terlihat muda diantara yang lain. Kulitnya sawo matang. Wajahnya tampan dan khas seperti laki-laki berdarah Bali. Ia juga terlihat paling besar dan tinggi.

Karina mengernyit, merasa seperti pernah melihatnya sebelumnya, tapi dimana?

"Bli Gede pasti capek ya, jagain mas Julian yang kelakuannya suka ada-ada aja."

"Hahaha, gitu deh mbok," sahut laki-laki itu sembari memakan makanan yang diberikan untuknya.

Karina semakin mengernyit. Julian? ia seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Kini Karinapun menghela nafas pelan dan kembali berjalan menuju ke ruang makan utama.

Entahlah. Karina sedang pusing memikirkan permasalahan dengan calon kakak iparnya. Ia tak perlu memikirkan yang lain lagi sekarang.

"Gua ditonjok cewek! sampe berdarah idung gua!"

"Bhahaha!! kok bisa??"

Karina baru saja masuk ke dalam ruang makan. Ia langsung disambut dengan obrolan dan suara tawa yang kencang itu.

Pandangan Karina seketika tertuju pada seorang laki-laki yang duduk menyempil diantara Evan dan Yohanes. Kedua mata Karina membulat tak percaya.

Akhirnya sekarang ia ingat. Kejadian beberapa hari lalu yang sempat membuat emosinya meluap.

Ketiga orang di meja makan belum menyadari bahwa Karina sudah datang. Evan dan Yohanes juga terlihat begitu serius mendengarkan ucapan laki-laki yang berada di tengah mereka.

"Gua lagi main voli sama Gede, terus kaga sengaja bolanya kena kepala dia, tapi ya bukan salah gua juga kan? lagian siapa suruh tu cewek ngegalau sendirian di pinggir pantai, mana masih pake baju kerja."

"Pake baju kerja? sendirian di pantai, aneh banget tu cewek," sahut Evan terlihat bingung.

"Ya kan Van? gua bilang aja ke dia, mbak udah kaya lagi syuting video klip."

"HAHAHAH!" Evan dan Yohanes sama-sama tertawa lepas, mendengar penuturan laki-laki itu.

Sementara laki-laki yang bercerita kini melanjutkan kembali ceritanya. "Dia kesel kayanya karena gua kaga minta maaf, terus dia nyamperin gua, nonjok muka gua sampe-"

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang