AUTHOR POVZeta menatap tayangan televisi di hadapannya dengan mulut yang meneteskan sedikit demi sedikit air liur.
Reza yang melihatnya bergidik ngeri akan tatapan Zeta. Tidak pernah terpikirkan di benaknya, Zeta menonton sampai seperti itu.
Reza berjalan ke arah laci yang berada di sebelah Zeta duduk, ia membukanya dan mengambil kain putih. Kemudian, duduk di samping Zeta.
"Liurnya sampai netes. Emang ada apa, Ze?" tanya Reza mengelap sudut bibir Zeta dan menutup mulutnya.
Zeta terus menatapnya, bahkan sekarang ia menelan salivanya.
"Itu... pengen ke dufan," ucap Zeta.
Reza termenung. Astaga Zeta memperhatikan tayangan tv yang menampilkan dufan, ia pikir hanya acara berpetualang tadi.
Reza ikut menonton sebelumnya, saat para petualang tersebut berada di hutan. Tetapi, lihat lah sekarang, mereka pergi menikmati dufan.
"Mau ke sana?" tanya Reza menatap Zeta yang berpikir keras.
"Hmm... gak deh!"
Mendengar jawaban Zeta, Reza mengerutkan keningnya. Ayolah, apa maksud Zeta?
Menonton orang-orang yang menikmati dufan sampai air liurnya menetas, tetapi saat diajak ke sana ia tidak mau. Apa maunya coba?
Reza dibuat geleng-geleng kepala melihat Zeta yang tidak mengalihkan tatapannya dari televisi.
"Gak mau, tapi nontonnya sampai keluar iler," kekeh Reza membuat Zeta menatapnya.
"Ya, emang gak mau!" kesal Zeta, "Karna mau ke tempat lain," tambahnya.
******
Reza menghembuskan napasnya kasar. Menyesal mau saja menuruti Zeta, kalau tau ujung-ujungnya seperti ini. Reza tidak akan mau menyetujui perjanjiannya dengan Zeta saat di rumah tadi.
"Jangan deh, Ze! Kalau yang lain gak papa!" ujar Reza memohon.
Karena terlalu tidak maunya melakukan, Reza beberapa kali membungkukkan badannya dan menyatukan kedua tangannya.
"Naik odong-odong doang apa susahnya sih, Reza!" kesal Zeta yang jengah melihat Reza memohon padanya.
Odong-odong, hal ini yang membuat Reza terus memohon pada Zeta. Bayangkan Reza menaikinya, membuatnya bergidik.
Hilang martabatnya sebagai laki-laki.
Pantas jalan-jalannya minta malam, pikirnya.
Reza menggelengkan kepalanya dengan tegas, "Yang lain, Sayang! Kalau ini jujur, mungkin Abangnya aja gak mau!"
Zeta langsung menatap ke arah Abang pemilik odong-odong yang berada di belakangnya, "Gak papa ya, Bang? Ntar dibayar 500ribu," ucap Zeta membuat Abang odong-odong itu membulatkan kedua bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inesperado [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA ATAU MENINGGALKAN JEJAK DI SETIAP CHAPTERNYA!] 15+ [Cerita mengandung kata kasar] Bercerita tentang Zeta yang bersekolah di SMA Galaxy, ia harus menghadapi seorang Reza, sang ketua OSIS, karena ulahnya sendiri. Namun takdir m...