Inesperado| 50

11 8 0
                                    

AUTHOR POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


AUTHOR POV

Ayla melirik Rian dan Maminya. Mendengar ucapan keduanya yang berbicara tanpa menghiraukan keberadaannya yang juga berada di meja makan.

"Mi! Uang yang kemarin Mami kasih udah habis, habis traktir temen," ucap Rian yang sepenuhnya tidak berbohong.

Uang yang diberikan Maminya, ia gunakan untuk mentraktir kedua sahabatnya dan sisanya ia gunakan untuk memesan sesuatu di online shop.

Selena terkejut mendengar kalimat anak lelakinya. Bagaimana bisa anaknya itu menghabiskan uang 1 juta dalam waktu 2 hari?

"Rian! Kamu apa kan uang itu?" tanya Selena menatap anaknya tajam.

Rian gelisah di tempatnya, "Ri-rian pakai buat traktir teman sama sahabat, Mi! Temen Rian 'kan banyak? Emang Ayla yang teman pun gak punya," jelasnya melirik Ayla yang lebih memilih memakan sarapannya.

"Ayla berangkat, udah selesai!" Ayla segera beranjak dari meja makan. Menatap sekilas ke arah Rian yang tidak peduli.

Semenjak Kakaknya itu memiliki motor, Ayla sangat berharap lelaki itu mau mengajaknya berangkat dan pulang bersama.

Ia pikir kembali, Abangnya itu tidak akan mau melakukannya.

"Hati-hati! Cepat pulang dan jangan lupa pekerjaanmu setelah pulang!" jelas Selena menatap anak bungsunya yang mencium punggung tangannya.

Ayla mengangguk, ia beralih pada Rian. Remaja itu mengusirnya dengan kibasan tangannya. Ia tau, Ayla ingin mencium punggung tangan sebagai bentuk hormat.

"Ayla berangkat! Assalamualaikum," ucap gadis itu akhirnya menatap keduanya yang kembali sibuk berbicara.

Ayla harus cepat-cepat berangkat, karena bus tujuan ke sekolahnya akan sangat ramai jika menunggu bus berikutnya lagi.

Berbeda dengan Rian yang tidak peduli. Walau jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi lelaki itu akan tetap santai, karena ia menggunakan motor.

*****

"Ayla, ya?" ucap suara yang berasal dari samping kiri Ayla.

Ayla mengerutkan keningnya. Ia terkejut menyadari teman sekelasnya itu menaiki bus.

"Ay!" panggil Rafael menatap Ayla yang terlihat bingung.

"Lo bingung gue naik bus?" tanyanya tepat sasaran yang dibalas anggukan ragu.

"Ban motor gue bocor, gue liat di depan bengkel tadi ada halte. Gue mutusin buat naik bus," jelas Rafael yang dibalas anggukan.

Sebenarnya Ayla tidak perlu ikut campur urusan Rafael. Tetapi, kali ini ia penasaran. Anak kelas atas seperti Rafael tumben sekali ingin menaiki bus. Biasanya orang seperti dirinya tidak mau berdesak-desakan dan lebih memilih menaiki taksi.

Inesperado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang