Inesperado| 37

14 8 0
                                    

AUTHOR POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


AUTHOR POV

"Udah siap," ucap Zeta tersenyum setelah merapikan dasi Reza.

Hari ini mereka akan pergi ke sekolah untuk mengambil raport. Berhubung kedua orang tua Zeta belum pulang dari Kalimantan. Anin yang akan mengambil raportnya.

Keduanya segera menuju meja makan dan sarapan terlebih dahulu sebelum ke sekolah.

Bi Sari yang menyiapkan sarapan. Sejak mengetahui Zeta hamil, Reza lebih overprotektif padanya.

Reza beberapa hari terakhir ini mempelajari jika ibu hamil tidak boleh sampai tidak beraktivitas. Jadi, ia melarang Zeta dalam beberapa pekerjaan saja. Jika merasa sudah lelah atau tidak sanggup, ia akan menyuruhnya berhenti.

"Makan yang banyak!" ucap Reza mengambilkan Zeta nasi, ayam kecap, kangkung, dan daging.

Zeta mengambilkannya dengan senang hati, ia tersenyum dan mengangguk, "Makasih, Suamiku."

Zeta bersyukur mendapatkan laki-laki seperti Reza. Jika biasanya istri yang mengambilkan makanan untuk sang suami, berbeda dengan dirinya yang diambilkan oleh suami.

*****

Setelah sarapan, Zeta dan Reza pergi ke rumah orang tua Reza. Mereka akan menjemput Anin sebelum ke sekolah.

"Terima kasih, Pak," ucap Reza pada Pak satpam yang membukakan pagar hitam yang menjulang tinggi di hadapannya.

Zeta segera turun dari mobil dan berjalan ke arah pintu utama. Meninggalkan Reza begitu saja di dalam mobil.

"Assalamualaikum, Bunda!" teriak Zeta keras.

Anin yang berada di ruang tamu terkejut mendengar teriakan Zeta yang melengking.

Anin buru-buru membuka pintunya, "Wa'alaikumsalam, Sayang."

Zeta mengambil tangan Anin dan mencium punggung tangannya.

"Bunda sehat?" tanya Zeta lembut menatap Anin dengan tersenyum.

"Alhamdulillah, Bunda sehat. Bagaimana kabar menantu Bunda ini?" Anin ikut tersenyum menatap Zeta. Anin menuntun menantunya itu untuk duduk di kursi yang berada di teras.

Zeta tersenyum malu mendengar kalimat demi kalimat Anin.

"Zeta baik, Bunda. Reza juga begitu," jawab Zeta menunduk menahan sudut bibirnya yang akan melengkung semakin lebar.

Anin mengangguk, ia terdiam. Menyadari Reza yang sedari tadi tidak menampilkan batang hidungnya.

"Reza ke mana, Zeta?" tanya Anin celingukan mencari keberadaan Reza.

Anin melihat mobil hitam anak lelakinya yang terparkir rapi di garasi. Tetapi, tidak bisa melihat dari dalam sana apa ada orang, karena kaca yang memang hitam.

Inesperado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang