Inesperado| 68

39 8 0
                                    

AUTHOR POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


AUTHOR POV

"Bagaimana hasilnya, Pa?" tanya Zeta melihat Reza memegang amplop berlogo rumah sakit sebangsa.

Tidak hanya ada Zeta, Reza, Ayla, dan Rafael. Argiel juga ikut. Remaja itu memaksa sebelum mereka ke rumah sakit, mereka harus menjemputnya terlebih dahulu di sekolah dan melihat hasilnya bersama-sama.

Sangking ingin mengetahuinya, ia bahkan tidak mengikuti kelas musik bersama Airin.

"Belum Papa buka," ucap Reza yang kemudian memilih duduk di sebelah Argiel.

"Kita buka bersama," lanjutnya dan perlahan membuka amplop tersebut. Ia menarik selembar kertas dan membacanya dengan teliti.

Argiel yang berada di sebelahnya terkejut, ia menatap Ayla dengan mata berkaca-kaca.

"Bagaimana, Pa?" tanya Zeta tidak sabaran, ia bisa melihat dengan jelas wajah Reza yang melunak.

Zeta terus memperhatikan Argiel yang menatap Ayla dan Reza yang diam. Wanita itu segera merampas kertas tersebut, lalu berjalan ke arah Ayla dan Rafael.

"Sembilan puluh sembilan persen," ucap Zeta lantang membuat kesadaran Argiel dan Reza kembali.

"Mama tidak salah 'kan? Memang ikatan batin Ibu dan anak tidak perlu diragukan lagi," lanjutnya yang kemudian memeluk Ayla dengan erat.

"Kenapa kalian hanya diam? Tidak mau memeluk Sayla?" tanya Zeta melihat ke arah Argiel dan Reza yang hanya menonton.

Segera keduanya ikut bergabung ke pelukan Zeta dan Ayla membuat Rafael yang berada di sebelahnya bergeser ke samping.

Lelaki itu tersenyum dan sedikit mengeluarkan air matanya. Perjuangannya dengan Ayla benar-benar membuahkan hasil, walau harus menunggu selama 3 hari.

"Maafkan Argiel, Kak. Bukan aku tidak percaya, aku hanya takut ini hanya tipuan saja. Aku benar-benar tidak ingin sakit hati lagi, apalagi Mama yang terus menunggumu," ucap Argiel setelah pelukan mereka terlepas.

Ayla yang mendengarnya tersenyum, ia mengangguk. Gadis itu mengerti dengan yang dirasakan Argiel.

Ayla melirik ke arah Reza yang terus memandangnya.

"Sebenarnya, Papa sudah yakin itu kamu. Tetapi, Papa menghargai pendapat Adikmu. Dan benar apa yang dikatakannya, kami tidak mau kembali merasakan sakit hati jika ternyata semuanya tidak benar," ucapnya tersenyum lembut ke arah Ayla.

"Maafkan, Papa ya, Ay."

*****

Reza tersenyum melihat keluarganya. Ia benar-benar menanti saat-saat seperti ini. Setelah sekian lama menanti, akhirnya penantiannya membuahkan hasil.

"Rafael, Om mengucapkan banyak terima kasih. Kalau bukan karena bantuan kamu, kami mungkin tidak akan bertemu dalam waktu dekat ini. Kami benar-benar mengucapkan terima kasih," ucap Reza memandang Rafael yang senantiasa berada di sebelah Ayla.

Inesperado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang