Inesperado| 41

15 8 0
                                    

AUTHOR POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


AUTHOR POV

"Ini janinnya, sudah cukup besar," ucap Dokter Arvin menjelaskan dengan tangan yang terus mengarahkan alat di perut Rea.

"Kira-kira umur berapa, Dok?" tanya Anin menatap alat monitor yang menunjukkan sebuah janin yang lebih besar dari janin Zeta.

"Masuk 4 bulan, benar ya, Mbak?" tanya Dokter Arvin memastikan kepada Rea yang dibalas keterdiaman.

"Bisa dipastikan 4 bulan, Dok?" tanya Zeta akhirnya menatap Dokter Arvin lekat-lekat.

"Bisa dipastikan," ucap Dokter Arvin tersenyum dan Reza yang melihat itu mendengus. "Usianya ini sudah 13 minggu," lanjutnya.

Rea yang mendengarnya memalingkan wajahnya ke samping.

Reza yang mendengarnya menatapnya sinis, berbanding terbalik dengan Zeta yang hanya ber'oh ria.

Anin?

Jangan ditanyakan wanita paruh baya itu. Anin sedang memikirkan bagaimana bisa Rea hamil? Bahkan, kehamilannya lebih dulu dibandingkan Zeta yang sudah menikah sejak bulan Juli.

"Apa Eshan tidak menjagamu dengan baik?" gumam Anin menatap Rea lekat.

*****

"Gue bilang apa 'kan? Lo itu cuma fitnah! Daripada lo banyak menyangkal, lebih baik gue bawa lo ke sini!" sentak Reza menatap Rea nyalang.

Inilah alasan meminta Rea, Zeta, dan Anin ia ajak keluar. Reza akan membuktikan jika kehamilan Rea bukan karena dirinya.

Saat di rumah, Zeta lebih dulu ke kamar. Reza berbicara baik-baik pada Rea, agar perempuan itu merasa jika ia mulai menerima kehamilannya.

Reza dengan hati-hati meminta Rea untuk kembali ke rumahnya dan akan ia jemput untuk diajak keluar di sore hari nanti.

Reza lebih dulu menjemput Anin dan mengantarnya ke rumah sakit. Ia kembali menjemput Zeta yang menunggu di restorannya. Dan terakhir Rea di apartemen perempuan itu.

Anin yang melihat mata Rea mulai berkaca-kaca mengelus punggungnya dan menuntunnya duduk di koridor rumah sakit.

"Rea," panggil Anin lembut, "Tante mau tanya boleh?" tanyanya hati-hati yang dibalas anggukan.

"Rea sudah menikah atau bagaimana? Boleh kasih tau, Tante?" Anin menatap Rea lembut dengan tangan yang berpindah mengelus punggung tangan Rea.

Rea diam, tidak mengiyakan ataupun menggelengkan kepala. Ada rasa malu, takut, dan bimbang yang tiba-tiba datang. Keberaniannya tadi entah hilang ke mana.

"Gak papa, kalau Rea gak mau kasih tau."

Anin melirik Reza dan Zeta yang bermasa bodoh dengan Rea.

"Terus Reza kenapa marah sama Rea?" tanya Anin mengingat kalimat Reza sebelumnya yang terdengar mengintimidasi.

Inesperado [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang