"DEVANO ANGGARA" Teriakan seorang wanita membuat kakak beradik yang sedang tidur membuka matanya.
Mereka berdua perlahan bangun dan duduk dengan wajah bantal. Angga menggaruk ketiak dan deva menggaruk leher, membuat wanita yang melihatnya menggelengkan kepala.
"Kalian ini kalau nggak di bangunin kayaknya nggak bakalan bangun" omel shinta, ibu kedua anak yang sedang duduk di atas kasur dengan mata kembali memejam.
"Bangun, mandi, terus berangkat sekolah!" Titahnya.
"Sebentar lagi bunda, masih ngantuk" jawab deva dan berbaring di atas paha angga.
"Lima menit lagi bunda" sambung angga dan menyandar ke dinding dengan mata memejam.
"BUNDA SIRAM, YA" ancam shinta dengan teriakan.
Angga membuka mata dan duduk dengan tegak, namun tidak dengan deva yang masih tidur dan tidak terganggu dengan teriakan ibunya.
"Iya bunda, udah bangun kok ini" kata angga yang berusaha membuka mata walaupun masih sangat ngantuk.
"Mandi sana! Bunda sama ayah tunggu di bawah. kita sarapan bareng" Titah shinta dan pergi setelahnya.
Angga menghela napas, lalu melihat deva yang masih tidur dengan mulut terbuka. Senyum evil pun terulas dari bibirnya.
"Kasih parfum, aaah" katanya, lalu menggaruk ketiak, kemudian menempelkan jari-jarinya ke hidung deva.
Angga tertawa geli melihat hidung deva yang kembang kempis mencium bau ketiaknya.
"Bau apa sih, nih? Kecut banget" ucap deva yang perlahan membuka mata.
"Wangi nggak dev, ketek gue?" Angga tertawa melihat deva yang mendelik dan langsung duduk sambil mengusap hidungnya.
"Setan, lo, bang! bau banget tau!" Maki deva sambil mengusap hidung, namun angga malah semakin tertawa.
"Mandi!" titah angga dan menjitak kepala deva, kemudian langsung lompat turun dari tempat tidur.
"BANG ANGGA, RES"
"BERISIK!" Teriakan shinta dari luar membuat deva langsung menutup mulutnya.
"Makanya jangan teriak-teriak! emang enak" ucapan angga tak berlanjut karena deva memotongnya.
"Diem Lo, Bang!" deva melempar bantal ke angga, namun angga langsung masuk kamar mandi.
"Buset deh, awet banget bau keteknya" gerutu deva sambil mengelap hidungnya.
Deva pergi ke kamar mandi dan langsung masuk karena pintu tidak di kunci oleh angga.
"Nggak mandi lo ya, bang?" tanya deva saat melihat angga yang sudah pakai seragam sekolah.
"Kayak lo mandi aja" sahut angga tanpa menjawab pertanyaan adiknya.
"Oho, jelas tidak, ngapain mandi? Gue ganteng" jawab deva percaya diri, lalu menyalakan keran dan membasahi kepalanya. setelahnya deva gosok gigi dan cuci muka pakai sabun.
"Ganteng banget sih, gue" Deva memuji dirinya sendiri di depan cermin. Setelahnya ia pergi untuk ganti baju.
"Pede banget tuh bocah" kekeh angga dan mencuci wajahnya.
"Bang, Lo Pake Sempak Gue, Ya?" teriak deva dari kamar.
"Kayaknya" jawab angga santai.
"Rese lo, mana yang baru lagi yang di pake" gerutu deva dan menutup lemari setelahnya.
"Lo tau celana gue nggak?" tanya angga yang baru keluar dari kamar mandi.
"Ng..itu bang, celana lo..."
"Apa?" Sambar angga yang tidak sabar dengan jawaban aldean.
"Kerendem bang, sorry ya" deva langsung keluar kamar dengan berlari.
"Kerendem?" ulang angga yang masih belum mengerti maksud deva.
"Basah Dong" pekik angga dengan kesal, tapi deva sudah tidak mendengarnya karena kabur.
_______________
Meja makan.
Angga, deva, shinta dan nugraha duduk di meja makan untuk sarapan. Suasana sempat hening karena tidak ada yang bersuara dan membuat deva bosan.
"Bang, hari ini gue nebeng lo, ya?" Deva bicara untuk memecah keheningan yang terjadi.
"Tiap hari juga lo bareng gue, pake bilang nebeng lagi" jawab angga dan deva tertawa kecil mendengarnya.
"Yaaa gimana ya bang, ayah tuh nggak mau beliin motor buat gue, makanya gue nebeng mulu" sindir deva.
"Nyindir?" Nugraha melirik anak bungsunya itu.
"Sedikit, kalau peka sih alhamdulilah" jawab deva sambil cengengesan.
"Nggak boleh, nanti kamu jatoh, bahaya" kata Nugraha membuat deva berdecak.
"Lagian ngapain sih pengen bawa motor? Kan bisa bareng sama abang, sekolah juga sama, cuma beda kelas doang" sambung shinta.
"Bunda sama ayah mah gitu, deva banyak banget di larangnya. padahal kan deva juga udah gede. Bisa kali bawa motor sendiri" gerutu deva
"Gede apanya? Bocil gitu" ejek angga.
"Gue nggak bocil ya, lo itu yang bogel" protes deva.
"Ngomong apa, lo?" Tanya angga.
"Bogel" jawab deva.
"Sembarangan lo, gue itu nggak bogel, ya. Gue cuma kurang tinggi aja, biasalah nurun bunda. kalau lo kan kayak ayah, tinggi" sangkal angga.
"Ya sama aja, itu namanya bogel" jawab deva dan tertawa setelahnya.
"Halah, dasar bocil" ejek angga.
"Gue bukan bocil, ya!" Protes deva.
Shinta dan Nugraha saling melihat dengan malas, lalu melihat anak-anaknya yang masih bertengkar. Nugraha sengaja membuat suara dengan meletakan sendok garpu ke piring dengan kasar sampai membuat kedua anaknya menatapnya.
"Tuh pisau, berantemnya di luar sana! Jangan di sini!" Nugraha bicara tegas.
"Ayah tega banget, sih, masa kita di suruh berantem pake pisau" Deva mengembalikan pisau ke tempatnya, lalu makan dengan tenang.
"Ribut mulu udah kayak kucing sama anjing, bikin pusing aja" omel Nugraha dan mereka hanya diam sambil menunduk.
"Dev, lo tau sepatu gue nggak?" bisik angga tanpa mendengar omelan ayahnya.
"Angga tau gue" jawab deva santai dan meledek.
"Songong banget lo, ngomong apa barusan, lo?"
"Apaan sih, bang? Orang gue bilang enggak tau kok" elak deva
"Heleh, lo kira gue"
"DEVANO ANGGARA, BISA DIEM NGGAK?" teriak shinta yang sudah kehilangan kesabarannya.
"Bunda galak banget sih, kayak nggak di kasih duit aja sama ayah" ledek angga, membuat shinta ingin sekali memukul anaknya itu pakai penggorengan saking kesalnya.
"Makan! Nggak Usah Ada Yang Ngomong!" titah Nugraha dengan tegas.
"Siap delapan enam, ayah" jawab deva dan angga bersamaan dengan tangan berpose hormat.
Nugraha menggeleng melihat anak anaknya. Tiada hari tanpa bertengkar, namun mereka tidak bisa jauh satu sama lain. Ya... dekat bertengkar, jauh rindu.itulah kebiasaan devano anggara.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Teen FictionDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.