Evan melihat deva dan tersenyum saat memiliki ide jail.
"Isengin, ah" ia mendekatkan pizza yang di pegang ke hidung deva. Dia yakin deva akan bangun karena mencium aroma pizza.
"Nggak bangun" katanya, kemudian menggigit pizzanya.
"Dev bangun! Katanya mau tidur" Rion tertawa setelah mengatakannya, kemudian memegang lengan deva dan mengernyit saat merasakan tangannya basah.
Karena penasaran, rion memegang jaket deva di bagian lengan yang terluka.
"Basah" rion melihat tangannya. " Darah" gumamnya dan melihat wajah deva.
"Deva Bangun!" rion membangunkan deva dengan menepuk wajahnya, membuat evan, angga dan aron melihatnya.
"Kenapa sih, ri? Adek gue lagi tidur kok di gangguin" tegur angga.
"Adek lo pingsan, bego" jawab rion sambil terus menepuk wajah deva.
"Pingsan?" Angga mendekati deva dan membangunkannya dengan memanggil, namun deva tidak merespon.
"Buka jaketnya!" titah rion yang curiga dengan luka deva.
Aron mengangguk dan membuka jaket deva. mereka langsung kaget saat melihat perbannya basah karena darah deva masih saja keluar.
"Deva, bangun dev!" panik angga dan memangkunya.
"Bawa ke klinik aja deh" usul evan dan mereka mengangguk setuju.
Aron mengangkat deva di ikuti yang lain di belakangnya. Beruntung klinik tidak jauh dari basecamp mereka.
________________
Angga menunggu deva yang sedang di tangani dokter dengan tidak tenang. ia terus mondar-mandir tidak tenang di depan pintu.
"Bang, jangan mondar mandir terus! Pusing gue lihatnya" tegur evan.
"Berisik lo, suka-suka gue lah" jawab angga dan berhenti saat mendengar suara pintu yang di buka.
Angga berdiri di depan dokter yang baru keluar. begitu juga dengan evan, rion dan aron yang beranjak dari duduknya dan berdiri di depan dokter.
"Dokter bagaimana keadaan adek saya?" tanya angga.
"Adeknya baik-baik aja, lukanya juga sudah di jahit. kalau sudah sadar juga boleh pulang" jawab dokter.
"Di jahit? Kan cuma luka gores dokter, seharusnya nggak perlu di jahit, kan?" rion melihat dokter dengan rasa penasaran.
"Pasien sepertinyan memiliki masalah dengan pembekuan darah, jadi darah sulit untuk berhenti kalau lukanya tidak di tangani dengan benar" jelas dokter dan rion mengangguk mengerti.
"Boleh saya masuk, dok?" tanya angga yang tidak ambil pusing penjelasan dokter.
"Silahkan" jawab dokter.
"Terimakasih, dokter" kata angga dan masuk setelahnya.
Dokter kembali ke ruangannya meninggalkan evan, aron dan rion yang masih diam.
"Ri, lo ngerti yang di jelasin dokter?" tanya aron.
Rion melihat aron dan evan bergantian.
"Enggak" jawab rion, membuat aron dan evan berdecak mendengarnya.
"Manggut-manggut doang lo, tapi nggak ngerti" gerutu aron.
"Emang lo ngerti, bang?" tanya evan pada aron.
"Yaaa enggak lah, makanya gue nanya" jawab aron, kemudian masuk ke dalam di ikuti rion dan evan di belakangnya.
Mereka mendekati deva yang sudah sadar dan berusaha duduk di bantu angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Teen FictionDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.