13

379 65 10
                                    

Deva sangat senang karena akhirnya dia bisa pulang dan akan bertemu dengan ibnya. Itulah yang dipikirkan, tanpa dia tahu kemana sang ayah akan membawa nya pergi.

Selama perjalanan, Nugraha hanya diam dan berusaha untuk tetap tenang. sesekali ia melirik anak bungsunya itu dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah, kok ini bukan jalan pulang ke rumah?" Tanyanya setelah menyadari kalau jalan yang dilewati bukan jalan menuju rumah. Melainkan ke tempat pemakaman umum.

"Ayah mau ke makam kakek sama nenek dulu, ya?" tebaknya dan sang ayah hanya mengangguk karena tidak sanggup menjawab.

Deva yang percaya kembali duduk dengan santai sampai akhirnya mobil berhenti.

"Udah sampe, dev. ayo turun" ujar nugraha, lalu turun dari mobil lebih dulu.

Deva juga turun dari mobil, lalu mengikuti langkah kaki ayahnya menuju makam yang ia pikir adalah makan kakak dan neneknya.

"Ayah, makam nenek sama kakek, kan, belok ke kiri. kok ayah malah belok ke kanan?" Ia memberitahu karena berpikir ayahnya salah jalan.

Nugraha menghentikan langkahnya dan menghela napas sebelum menjawab pertanyaan deva.

"Ikut aja!" Ucapnya dan kembali melanjutkan langkahnya.

Deva mengangguk dan mengikuti langkah ayahnya yang terus berjalan ke sisi kanan, sampai akhirnya Nugraha berhenti di satu makam, lalu duduk di samping makam tersebut.

Ada bunga yang belum lama di tabur. ia yakin angga lah yang menabur bunga tersebut.

"Yah, kenapa ke sini? Ini makam sia" Deva menghentikan ucapannya saat melihat foto ibunya menyandar di batu nisan.

Karena penasaran sekaligus bingung, deva membaca nama yang tertulis di batu nisan tersebut.

"Shinta Anggraeni" baca deva, lalu melihat ayahnya mencari jawaban.
"Ayah, ini maksudnya apa, sih? Katanya bunda baik-baik aja di rumah. kenapa di situ ada foto sama nama bunda?" Tanyanya. Namun, ayahnya malah menunduk sedih tanpa menjawab pertanyaannya.

"Ayah, jawab dong! Kenapa ada foto bunda di situ?" Ia kembali bertanya karena tidak mendapat jawaban.

"Bunda udah nggak ada, dev. bunda udah ninggalin kita untuk selamanya"  akhirnya nugraha menjawab pertanyaan anaknya.

Deva menggeleng dan menyangkal apa yang di katakan ayahnya.

"Ayah bohong, kan? Pasti bunda mau ngerjain deva. iya,kan, yah?" Deva melihat ke segala arah. "Bunda, bunda dimana? Bunda keluar dong, jangan bercanda kayak gini. nggak lucu bunda!" Ia berputar mencari keberadaan ibunya, tetapi tidak menemukannya.

Suara tangis Nugraha terdengar di telinga deva dan membuatnya kembali melihatnya.

"Ayah kenapa nangis, sih? Suruh bunda keluar, yah! Bilang sama bunda kalau bercandanya nggak lucu!" Pintanya, tetapi tak ada jawaba  dari ayahnya dan membuatnya kesal.

"BUNDA KELUAR ATAU DEVA MARAH SAMA BUNDA!" Akhirnya dia berteriak dan menangis setelahnya, membuat Nugraha langsung memeluk untuk menenangkan.

"Bunda nggak akan keluar, dek. bunda udah nggak ada, bunda udah ninggalin kita untuk selamanya" Katanya yang membuat deva semakin menangis.

"Kamu lihat,kan, foto itu? Itu foto bunda, dek. bunda udah nggak ada. Bunda nggak selamat dari kecelakaan yang kalian alami." Lanjutnya deva untuk duduk disampingnya.

"Bunda, ayah dateng sama deva" ucapnya membuat deva menangis dengan terisak.

Deva benar-benar tidak percaya kalau ibunya telah pergi untuk selamanya.

"Bunda" gumam deva dengan  mengusap batu nisan dan berkali-kali membaca nama ibunya disana.

"Bunda, bunda. Bundaaaa!" Pekiknya dalam tangis dan memeluk makam ibunya dengan hati yang hancur.

"Bunda jangan tinggalin deva bundaaa. bunda nggak boleh ninggalin deva." Ucapnya dalam tangis.

Nugraha mengusap punggung anaknya yang menangis histeris sambil memeluk makam ibunya.

"Bunda marah ya sama deva? Bunda boleh jewer deva, bunda boleh marahin deva, bunda boleh pukul deva, bunda boleh hukum deva, tapi bunda jangan tinggalin deva bunda.

"BUNDAAA" Dia melihat gundukan tanah di depannya dan menggali dengan kedua tangannya.

"Bunda nggak mungkin di dalam sini, kan? Deva nggak percaya kalau belum lihat sendiri. Deva yakin bukan bunda yang ada di dalam sini" Ia terus menggali tanah makam ibunya dengan tangan.

"Deva jangan kayak gini, dek. kasihan bunda, nak" Nugraha menahan tangan deva yang akan menaggali tanah lagi, tetapi deva memberontak dan ingin terus menggali makam ibunya.

"Lepas yah! Lepasin deva, yah! Deva mau lihat apa bunda beneran di dalem sini. deva nggak percaya bunda udah nggak ada, ayaaah" Deva terus meronta melepaskan diri, tetapi nugraha memeluknya dengan erat.

"LEPASIN, YAH.  BUNDA__" Ia menangis histeris dipelukan sang ayah.

"Jangan kayak gini, dek. Kasihan bunda" nasehatnya dengan menepuk punggung anaknya.

"Ayah bohong. ayah bilang bunda nggak apa-apa, ayah bilang bunda udah pulang ke rumah, tapi nyatanya bunda udah nggak ada. deva bahkan nggak lihat bunda untuk yang terakhir kalinya, Yaah" Kata deva di sela tangisnya.

"Maafin ayah, dek. ayah terpaksa bohong karena ayah nggak mau kamu syok. Ayah udah kehilangan bunda, ayah nggak mau kehilangan siapapun lagi.

"Maafin ayah karena udah bohong sama kamu, tapi ayah lakuin itu demi kebaikan kamu, nak" Nugraha menjelaskan semuanya pada deva.

"Dev" panggilnya karena deva tiba-tiba diam saja. Ia melepaskan pelukannya untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Deva" kini nugraha menepuk wajah deva yang hanya diam, tetapi air mata mengalir begitu saja." Devano, sadar, nak!" Ia mengguncang tubuh deva dengan khawatir.

"Bunda" gumam deva dengan tatapan kosong dan air mata yang mengalir begitu saja.

Semua kenangannya bersama ibunya teringat kembali. Dari kasih sayang, omelan, hukuman dan kejadian kecelakaan itu teringat jelas olehnya.

"BUNDAAA" Teriaknya histeris. " Bunda nggak boleh tinggalin deva, bunda" ucapan deva tak lagi berlanjut karena ia merasakan sakit kepala. "Akh!" Erangnya dengan meremat kepalanya.

"Deva" Panik Nugraha karena deva tiba-tiba lemas dan jatuh kepelukannya.

"B-bunda" ucapnya lirih. Perlahan ia memejam sempurna di pelukan ayahnya.

"Devano, bangun, dek!" Nugraha yang panik juga khawatir menepuk wajah deva untuk membangunkannya, tetapi deva tetap tidak bangun.

Dengan buru-buru Ia mengangkat deva yang tidak sadarkan diri dan membawanya pergi dari makam istrinya untuk dibawa pulang ke rumah.

BERSAMBUNG

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang