12

417 65 7
                                    

Tiga minggu sudah deva sadar dari koma dan kondisinya juga semakin membaik. Hanya saja, ia tak pernah melihat Angga datang menemuinya.  terakhir kali deva melihat kakaknya pada saat ia sadar dan angga pergi memanggil dokter. Setelah itu kakaknya itu tidak pernah datang menemuinya.

Nugraha hanya mengatakan kalau angga sedang sibuk dengan tugas sekolah dan deva mempercayainya. Karena sudah tidak betah di rumah sakit, deva minta pulang saja karena ia juga merindukan ibunya.

Dia menatap dokter yang baru saja memeriksanya untuk tau bagaimana keadaannya.

"Bagaimana keadaan deva, dokter?" Tanya nugraha.

"Deva mengalami benturan hebat di perut kiri sekaligus cidera di pinggang kirinya. cidera itu mengakibatkan ruptur atau robekan pada ginjal.

"Selain itu terjadi pembengkakan di ginjal kirinya yang bisa mempengaruhi fungsi kerja ginjal.  untuk itu deva harus rutin minum obat, makan dan minum juga harus di jaga.

"Jangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang memperburuk kondisi ginjal sampai ginjal benar - benar pulih paska pengobatan yang sudah di berikan" jelas dokter.

"Saya nggak tau dokter ngomong apa, tapi saya boleh pulang, kan?" tanya deva membuat Nugraha menghela napas.

"Deva" tegur Nugraha, tapi deva tidak memperdulikannya. Dia tetap melihat dokter menunggu jawaban.

"Boleh, asal obat di minum dan mengikuti apa yang sudah saya jelaskan" jawab dokter.

"Baik, dokter" jawab deva dengan semangat.

Setelah menjelaskan semuanya, dokter keluar dari kamar rawat deva.

"Ayah dengerkan tadi dokter bilang apa? Deva udah boleh pulang" kata deva dengan senang.

"Iya, ayah denger, kok" jawab Nugraha dan duduk di kursi samping deva.

"Ayah jangan bilang sama bunda ya kalau deva udah boleh pulang. deva mau kasih kejutan buat bunda" Deva tersenyum setelah mengatakannya, membuat Nugraha langsung diam dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah, inget ya, jangan sampe bocor kalau deva udah boleh pulang" peringar deva dan nugraha mengangguk sebagai jawaban.

Nugraha memperhatikan deva yang tersenyum karena tidak sabar ingin bertemu ibunya. Semoga kamu kuat kalau tau kenyataannya, nak. Batinnya tanpa mengalihkan pandangannya dari deva.

                        ________________

Basecamp.

Sejak ibunya meninggal, angga lebih sering diam dan melamun. Apa yang dilakukan membuat teman-temannya tidak tega melihatnya.  Tidak hanya kasihan, tapi mereka juga terkadang kesal dengan perubahan sikap angga yang emosian, merokok dan minuman keras.

"Bang" panggil evan dengan menepuk bahu angga.

Angga yang sadar dari lamunannya menoleh ke arahnya. " apa?" Tanyanya singkat.

"Deva ngabarin lo, nggak? Kita kangen sama dia" jawab evan.

"Nggak tau, nggak liat hape" jawab angga dan ngambil sebungkus rokok dari kantong celananya.

"Ngga, bisa nggak sih nggak usah ngerokok?" tegur aron.

Angga menatap aron dengan tajam, kemudian beranjak dari duduknya.

"Nggak asik lo, males banget gue" ucapan angga membuat rion kesal.

Selama ini dia sabar dengan sikap angga yang seperti itu karena dia pikir angga masih dalam suasana berduka. Namun, semakin lama angga semakin menyebalkan.

"Kita itu ngelarang buat kebaikan lo, ngga. kenapa lo malah nyolot, sih?" rion melihat angga dengan kesal.

"Nyolot? Siapa? Perasaan gue biasa aja. Lo aja yang lebay" sahutnya yang membuat rion dan yang lain kesal.

"Udahlah, kalau emang lo masih kayak gitu terus, mending lo nggak usah dateng ke basecamp dulu! Males kita lihat lo kayak gini!" Kata rion tegas.

"Gue setuju. Mending lo tenangin aja dulu hati lo, biar hati sama otak lo bener" sambung aron.

Evan hanya diam dan tidak ikut campur urusan mereka. Sementara Angga tertawa remeh dan melihat aron juga rion bergantian.

"Kalian ngusir gue? Hah!" Tanyanya emosi.

"Bukan ngusir, kita cuma mau lo itu"

"Fine, Nggak Ada Masalah Buat Gue. Gue Juga Bisa Punya Temen Yang Lebih Care Sama Gue Dari Pada Kalian. Mulai Sekarang Gue Nggak Akan Dateng Ke Sini Lagi" sahut angga memoton ucapan aron, lalu pergi begitu saja.

"Gimana nih? Kejar apa nggak?"tanya rion pada yang lain.

"Udah biarin aja, kalau udah bener otaknya juga balik lagi nanti" jawab aron.

"Kenapa bang angga jadi kayak gitu ya?" tanya evan dan hanya di jawab gelengan kepala oleh aron dan rion.

"Biarin aja dulu, dia butuh waktu buat nerima kematian ibunya" kata rion dan yang lain mengangguk setuju.

                      _________________

Angga berjalan tanpa melihat kanan dan kiri dan berharap ada kendaraan yang menabraknya. Dia bahkan tersenyum mendengar suara klakson yang begitu kencang. Sama sekali tak bergeming sedikitpun saat melihat mobil yang melaju ke arahnya. Tidak menghindar dan hanya berdiam diri dengan menutup mata.

Tubuh angga jatuh bukan karena ketabrak mobil, melainkan ada yang mendorongnya.

"Akh" Erangnya karena merasakan sakit pada punggung dan kepalanya.

"Udah gila lo, ya! Kalau mau mati jangan di sini, bego!" Maki orang yang  sudah mendorongnya dan berakhir jatuh bersamanya.

Yoga melihat orang yang tadi memakinnya sedang berdiri, lalu ia mengikutinya berdiri.

"Kenapa lo nolongin gue?Seharusnya Biarin Aja Gue Di Tabrak" pekiknya sembari meremas baju orang itu.

"Dasar gila" orang itu melepas tangan angga dan menatapnya remeh."Iya kalu lo mati, kalau cacat gimana? Mikir pake otak sebelum bertindak! Bego banget jadi manusia" ejek orang itu yang membuat angga perlahan menunduk sedih.

Melihat angga seperti itu, orang itu tahu kalau angga sedang banyak masalah atau banyak fikiran sampai membuatnya ingin mati.

"Gue, Alex"  Orang itu tiba-tiba memperkenalkan diri membuat angga mengangkat kepala dan melihatnya.

"Gue nggak tahu seberat apa masalah lo, tapi gue nggak suka sama cara lo yang kayak tadi. Kalau lo butuh temen, butuh hiburan, butuh sesuatu untuk nenangin hati. lo bisa gabung sama Tunders" Alex menawari angga untuk bergabung dengan gengnya tanpa basa-basi.

Angga diam, ia tampak berpikir dengan tawaran alex.

"Kalau lo nggak mau juga nggak masalah. gue nggak maksa. Gue cuma--"

"Gue mau" jawab angga dan membuat alex senang mendengarnya.

"Siapa nama lo?" tanya alex

"Angga. Nama gue anggara" jawab angga dengan tatapan begitu serius dan dingin.

Alex mengangguk mendengar jawaban angga, lalu menepuk bahunya.

"Oke. lo ikut gue sekarang" ajak alex dan angga mengangguk sebagai jawaban.

Alex mengajak angga pergi untuk menemui teman-temannya yang lain di tempat mereka biasa berkumpul.

BERSAMBUNG

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang