Pertengkaran deva dan angga semalam benar benar membuat deva tidak bisa tidur lagi, dia terjaga sampai pagi dan malah aiden yang tidur di kursi begitu lelap. Sudah jam tujuh pagi dan deva masih terjaga. Kepala nya terasa pusing, tapi dia mengabaikan rasa itu.
"Selamat pagi"
Sapa petugas yang baru masuk sambil mendorong troli berisi makanan.
"Pagi" sahut deva dengan sopan.
"Waktu nya sarapan ya" kata petugas dan meletakan mangkuk berisi bubur dan pergi setelahnya.
"Terimakasih" kata deva dan petugas mengangguk sebagai jawaban, kemudian pergi setelahnya.
Deva yang lapar mengambil bubur nya dan memakannya.
"Bubur apa nih? Nggak ada rasa, nggak enak"
Deva meletakan kembali mangkuk bubur ke meja, kemudian minum.
"Hoammmmm ~ ~ uuughhhh ~ "
Aiden mengulet dan perlahan membuka mata nya.
"Udah bangun lo?" tanya aiden saat melihat deva yang meletakan gelas di meja.
"Udah" jawab deva.
Aiden mengangguk, kemudian beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Setelah beberapa menit, aiden keluar dengan wajah lebih segar.
"Nggak makan lo?" tanya aiden saat melihat bubur yang hanya berkurang sangat sedikit.
"Nggak enak, nggak mau gue makan bubur" jawab deva.
Aiden berdecak, kemudian duduk di kursi samping ranjang.
"Namanya juga makanan orang sakit dev, mana ada yang enak" kekeh aiden, kemudian melihat deva. " mau makan apa? Nanti gue beliin" tanya aiden.
"Sate padang" jawab deva, membuat aiden menghela nafas kasar.
"Mana ada sate padang pagi pagi? Ada-ada aja lo" gerutu aiden dan deva hanya tertawa kecil.
"Gue udah nggak papa nih bang, gue mau pulang aja" kata deva, membuat aiden langsung mengangkat tangan nya dengan posisi siap menyentil.
"Nyentil, gue tonjok lo ya" deva mengangkat tangan nya yang tidak di infus.
"Kesel banget gue sama lo, maen mau pulang aja" omel aiden dan menurunkan tangan nya, begitu juga dengan deva yang menurunkan tangan nya.
"Gue mau cepet cepet latihan balapan, biar bisa nantangin bang angga" kata deva dan dengan antusias.
"Nunggu sembuh dulu lah, masa lagi sakit mau balapan lo" - aiden
"Gue udah sembuh, udah sehat kok. Jadi lo harus tepatin janji lo buat ngelatih gue" kata deva dengan begitu serius.
Aiden menghela nafas. " Salah kalau janji sama bocil, pasti di tagih terus sampe di turutin" kata aiden, membuat deva merengut kesal.
Aiden dan deva menoleh ke arah pintu yang baru saja di buka, mereka tersenyum pada dokter bram yang baru masuk.
"Selamat pagi" sapa bram yang sudah berdiri di sisi ranjang.
"Pagi dokter" - deva
"Pagi pah" - aiden
"Pah?" deva melihat aiden mencari jawaban.
"Dr. Bram ini bokap gue, keren kan?" kata aiden sambil menarik turunkan alis nya dan deva mengangguk.
"Udah nggak kesel sama kerjaan papah?" tanya Bram
"Setelah aiden fikir fikir, aiden seharusnya bangga punya ayah seorang dokter" sahut aiden dan bram tersenyum mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Ficção AdolescenteDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.