19

336 61 12
                                    

Deva masuk kelas dengan kesal. Dia bahkan melempar tasnya ke meja begitu saja dan membuat evan melihatnya.

"Kenapa, lo? Muka kusut banget kayak baju nggak disetrika" Ledek evan.

"Kesel banget gue sama anak Tunder" jawab deva dan duduk setelahnya.

"Kenapa?"

"Udah ngerem mendadak, nyalahin gue lagi karena gue nabrak mobilnya. Kalau cara dia nyetir kayak gitu, ya wajar sih bikin orang celaka" kata deva membuat evan semakin penasaran.

"Maksud lo apa, dev? Bikin orang celaka gimana maksudnya?" tanyanya.

"Orang yang udah bikin gue celaka sampai bunda meninggal itu salah satu anak tunder, tapi sayangnya bang angga nggak percaya sama gue" jawab deva dan evan mengangguk mengerti.

"Emang ada buktinya?"

"Nggak ada, tapi gue yakin dia orangnya" jawab deva dengan serius.

"Kalau gitu sih susah, dev. ada bukti aja kadang penjahat lolos, apalagi nggak punya bukti" Kata evan dan deva hanya menghela nafas panjang.

"Laper gue, kantin yok" ajak deva.

"Ayok, lagian sekarang juga jam kosong" sahut evan dan pergi bersama deva menuju kantin.

Sesampainya di kantin. Deva memesan makan sesuai selera dan mau duduk menunggu pesanan. Namun, netranya melihat alex dan bams yang duduk di salah satu meja. mereka seperti menunggu seseorang.

"Siapa sih mereka?" tanya evan pada deva yang masih melihat ke arah mereka.

"Mereka itu anggota Tunder. kayaknya lagi nungguin bang angga" jawab deva.

"Jadi bang angga gabung sama geng motor kayak gitu? Masih sekolah aja udah jadi geng motor" kata evan dan deva mengangguk.

Deva dan evan dengan santai lewat di depan mereka dan dilihat oleh bams.

"Apa lo lihat -lihat? Mau gue colok mata lo? Hah!" Deva bicara dengan sinis, kemudian duduk di kursi tak jauh dari tunder bersama evan.

"Itu adeknya angga, kan?" kata alex sambil melihat deva.

"Iya, songong banget, kan? Pengen banget gue geprek tuh anak. tengil banget gayanya" sahut bams.

Deva melihat bams dan alex karena mendengar apa yang mereka katakan. "Van, satu kata buat orang yang suka ngomongin di belakang" ia sengaja mengencangkan suaranya agar bams dan alex dengar.

"Pecundang!"  jawab evan keras.

"Itu menurut lo, kalau menurut gue.. " Deva menjeda ucapannya sambil melirik ke arah bams dan alex.

"Apa?" tanya evan penasaran.

"DJANCOK" jawab deva lantang dan membuat evan reflek tertawa.

Tawa dari evan terdengar begitu lepas mendengar jawaban deva, membuat bams dan alex menggeleng malas.

"Abang lo tuh" bisik evan saat melihat angga baru datang dan berjalan ke arah bams dan alex.

"Bodo amat" jawab deva dan makan gorengan yang ada di depannya, tapi telinganya mendengarkan obrolan angga, bams dan alex.

"Kalian udah di sini" kata angga dan duduk di samping bams.

"Mau pesen apa?" tanya angga.

"Nggak usah, kita kesini mau ngomong sesuatu sama lo" jawab alex.

Angga melihat deva, kemudian kembali melihat alex.

"Ngobrolnya di tempat lain aja"  Kata angga dan di angguki alex juga bams tanda setuju.

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang