30

343 61 13
                                    

Rion dan aiden sudah bersiap dengan motor masing-masing. Mereka fokus melihat ke depan dengan tatapan tajam dengan gerak tangan memainkan gas. Suara teriakan menyemangati terdengar di telinga mereka dan membuat keduanya semakin berambisi untuk menang. aiden melirik deva yang sedang menyemangati rion dan kembali fokus ke depan saat hitungan mundur sudah di mulai.

"Tiga, Dua, Satu!"

Rion dan aiden langsung melajukan motor dengan kecepatan tinggi. saling menyalip mereka lakukan untuk bisa menjadi pemenang. Melihat deva begitu antusias mendukung rion,  angga berjalan mendekatinya dan menarik tangannya dengan kasar untuk pergi dari kerumunan.

Setelah di tempat sepi, Angga mendorong adiknya dengan kasar dan melihatnya dengan nyalang.

"Tujuan lo apa sih ,dev? Maksud lo apa taruhan kayak gitu? Hah! Lo mau mati di hajar habis habisan sama mereka?"  Angga bicara dengan emosi, sementara deva menganggapinya dengan remeh.

"Kenapa, bang? Lo khawatir ya sama gue? Takut gue kenapa-kenapa? Takut bang rion kalah?" tanya deva dengan remeh.

"Tapi emang kayaknya bakal kalah sih, bang rion. lo siap-siap aja lihat adek lo ini di gebukin di depan mata lo. Gue jadi penasaran, apa lo bakal nolongin gue apa biarin gue di gebukin sama temen-temen lo" Deva tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya.

"Tapi kalau temen lo yang kalah, ya lo siap-siap aja kehilangan anggota di geng, lo" lanjutnya dan mendekati angga dengan berdiri tepat di depannya.

"Setelah itu lo bakal berhadapan sama gue, bang. Gue pastiin lo keluar dari tunder" Ucapnya dan bersmirk setelahnya.

"Oh ya?" sahut angga dan deva hanya mengangguk.

"Jangan mimipi! Baru bisa bawa motor aja banyak gaya" ejek angga.

"Kita lihat aja nanti, bang ang - ga - ra "sahut deva dengan mengeja nama kakaknya itu, kemudian menjulurkan lidah di sertai jari tengah yang terangkat. Dengan ekspresi mengejek deva pergi meninggalkannya.

Angga menghela napas kasar sambil berkacak pinggang.

"Brengsek! lo bener-bener nggak bisa di kasih tau, dev" katanya dan berdecak setelahnya.

"Ayo Aiden Jangan Sampe Kalah!" Suara alex membuat angga buru-buru kembali bergabung dengan mereka. Perasaan angga tidak karuan saat melihat aiden memimpin.

Seketika angga melihat deva yang hanya diam seolah pasrah dengan nasibnya setelah ini. Angga menggeleng dan kembali melihat ke depan.

Rion please, tolong selametin adek, gue.

Batin angga sambil melihat rion yang posisinya di belakang aiden.

"BANG RION GAS TERUS, BANG. JANGAN SAMPE KALAH"

Evan panik karena posisi aiden sudah hampir finish, dia benar benar takut hal buruk terjadi pada deva setelah ini.

"RION AYO RION......JANGAN KALAH UNTUK KALI INI AJA" sambung aron, sementara deva hanya diam.

Alex, leo dan bams menertawai mereka karena yakin aiden akan menang.

"Cupu ya cupu aja!" ejek alex dan menunjukan ibu jari terbalik dengan ekspresi mengejek.

Leo melihat deva dengan gerak tangan seolah memotong leher dengan ekspresi mengejek, tapi deva membalas dengan jari tengah dengan senyum smirk.  Sedikit lagi, hanya tinggal sedikit lagi aiden sampai finish, tetapi rion berhasil menyalip dan memimpin sampai garis finish.

"BRAVO RION, LIONS EMANG THE BEST" teriak aron begitu semangat saking senangnya. Setelahnya ia mengajak deva dan evan untuk menghampirinya

"What, aiden kalah?" kata bams frustasi

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang