6

440 79 16
                                    

"Maju lo semua!" tantang deva dan mereka hanya tertawa remeh.

Deva sama sekali tidak takut walaupun di antara mereka terlihat ada yang membawa senjata tajam.

"Udah sikat aja!" kata aiden dan melihat deva dengan tajam.

"Sikat - sikat, lo kira gue wc pake di sikat" sahut deva.

"Bacot, lo!" Aiden langsung menyerang, namun deva berhasil menghindar.

Deva memang berhasil menghindari serangan aiden, namun ia gagal menghindari tendangan axel yang memgarah di perutnya.

"Aduh, sakit lagi" ia meremat perutnya, namun segera menghindar saat axel menendangnya lagi.

Tidak berhenti di serangan Axel. kini ia mendapat serangan dari Leo yang melayangkan tinjuannya, tetapi dengan cepat ia menangkis tangan musuhnya itu. Dengan senyum evil, deva menendang bagian kemaluan leo.

"Sakit, Anjeng!" Leo langsung memegang daerah sensitive dengan kesakitan.

Gelak tawa Deva tertdengar puas melihat Leo yang keskitan sambil memegang area vitalnya.

"Mampus, pecah nggak tuh lato-lato" ejeknya di sela tawanya.

Bams yang melihat leo kesakitan benar-benar kesal. Tanpa pikir panjang ia menyerang deva dengan belati yang dipegang.

"Akh" Deva langsung memegang lengannya yang terkena goresan dari belati bams.

"Setan, Tangan Kosong kalau berani anjeng! Gue Tandai Lo, ya!" Deva terus memegang lengannya dan merasakan jaket bagian lengannya itu basah.

"Bacot, lo!" Maki axel dan menendang punggung deva sampai deva jatuh dengan posisi tengkurap.

Awalnya deva ingin cepat bangkit, namun melihat kaki leo yang akan menendangnya, maka ia hanya meringkuk dengan melindungi kepalanya dengan tangan.

Tidak hanya kaki leo yang menendangnya, namun kaki bams, axel dan aiden juga ikut menendanginya yang hanya bisa pasrah.

"Mampus, lo! Makanya nggak usah sok jagoan!" Kata bams sambil menendang punggung.

Deva tidak melawan karena sudah lemah. ia hanya memperhatikan wajah mereka yang sedang menendang perut, kaki dan lengannya untuk mengingat wajah mereka.

___________________

"Si deva mana, sih?"

Angga melihat ke kanan dan ke kiri mencari deva yang belum kembali.
"Nongkrong di warung nih pasti" tebaknya dan pergi untuk menyusul deva.

Angga melihat geromoloan remaja dari jalanan yang sepi. Tiba-tiba saja perasaannya tidak tenang.

"Deva" dia langsung lari ke jalanan sepi untuk memastikan kalau deva baik-baik saja.

Angga hanya berpikir harus cepat sampai warung dan melihat deva ada di sana, namun langkahnya terhenti saat melihat deva yang berusaha bangun dengan susah payah.

"Deva" Angga langsung lari menghampirinya.

"Lo nggak apa-apa, kan? Apa yang terjadi sih sampe lo kayak gini?" tanya angga dan membantu deva berdiri.

"Bego lo, bang. udah tau gue bonyok gini, masih aja nanya gue nggak apa-apa" gerutu deva dan melihat angga.

"HAbis berantem gue bang, satu lawan empat,hebat kan gue?" lanjut deva dan tertawa kecil.

"Itu namanya lo di keroyok bego, bukan berantem. Bilang sama gue! siapa yang udah bikin lo kayak gini?"
Angga melihat deva dengan emosi, ia benar-benar kesal melihat adiknya babak-belur seperti itu.

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang