Aiden pulang ke rumah bersamaan dengan ayahnya yang baru pulang. Dia sengaja menunggu ayahnya yang baru turun dari mobil dan berjalan ke arahnya.
"Den, kamu nggak sekolah?" Tanya bram yang sudah berdiri di depan aiden.
"Libur, hari ini kan minggu, pa" jawab aiden santai.
"Hari minggu, ya? Ya ampun papa sampe lupa kalau hari ini hari minggu" kata bram dan merangkul aiden untuk diajak masuk bersama.
"Emang kapan papa nggak lupa? Masih inget pulang juga masih untung" jawab aiden dengan melepas rangkulan ayahnya dan pergi lebih dulu.
Bram melihat aiden yang berjalan mendahuluinya.
"Kamu udah makan belum? Kita makan di luar, yok?" ajak bram.
Aiden menghentikan langkahnya, kemudian berbalik melihat sang ayah. Terpancar senyum di bibir dan terlihat begitu antusias untuk makan bersama ayahnya itu.
"Mau makan di " aiden menghentikan ucapannya saat mendengar ponsel bram berdering.
"Sebentar ya" ucap bram dan mengangkat telfon.
Aiden hanya diam seraya melihat ayahnya tanpa ekspresi. Melihat ekspresi sang ayah yang begitu serius saat berkomunikasi di telfon membuat aiden berdecak malas.
"Apa? Syok? Bagaimana bisa? Bukankah tadi kondisinya baik-baik saja?" bram terlihat emosi dan aiden menghela nafas mendengarnya.
Bram memberikan instruksi untuk memberikan penanganan pada pasien syok dan obat yang harus diberikan pada si penelfon.
"Pantau terus tanda vitalnya! Saya ke sana sekarang" ucapnya dan mematikan telfon setelahnya.
Bram melihat aiden sambil memasukan ponsel ke dalam saku.
"Nak, papa"
"Terserah!" Sahut aiden memotong ucapan ayahnya. Ia langsung masuk ke dalam tanpa bicara apapun lagi.
Bram menggeleng melihat aiden yang berjalan semakin jauh darinya.
"Suatu saat kamu pasti mengerti kesibukan papa, aiden" ucapnya dan berlalu pergi.
Aiden berjalan sambil menggerutu."
Kerja terus sampe lupa kalau punya anak. kalau kayak gitu mending nggak usah pulang sekalian."Rumah udah kayak kuburan aja, nggak ada kehidupan sama sekali" ia terus menggerutu walaupun sudah sampai kamar.
"Ngapain juga di rumah sendirian gini, gue? Tau gitu mending nggak usah pulang." Lanjutnya, lalu ganti baju dan pergi lagi setelah itu.
____________________
"Angga yang ketiduran membuka matanya. perlahan ia merubah posisi menjadi duduk dan melihat deva yang masih tidur dengan kondisi lebih tenang. Adiknya itu juga sudah tidak menggigil dan mengigau lagi seperti sebelumnya.
"Cek dulu deh suhunya" Angga mengambil termometer dan mengecek suhu deva. "37,9°c udah turun demamnya. pantes aja udah nggak ngigau" ucapnya, kemudian turun dari tempat tidur.
"Jangan sampe deva tau kalau gue udah ngurusin dia" Angga yang tau deva tidak akan ingat apa yang terjadi selama dia demam, akan bersikap cuek seperti sebelumnya.
__________________
Bascame Lions.
Evan yang sedang bermain game melihat aron dan rion yang sedang mengotak-atik motor.
"Bang, si deva gue telfon kok nggak di angkat, ya?" tanya evan sambil melihat kedua orang yang sibuk dengan motor.
"Mana gue tau, emang gue bapaknya" jawab rion sambil bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Ficção AdolescenteDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.