"Deva"
Panggilan seseorang membuat deva membuka mata nya.
"Aiden" ucap deva dan merubah posisi nya menjadi duduk.
Deva melihat aiden tersenyum, kemudian mengusak kepala nya seperti yang biasa aiden lakukan.
"Gue pamit" kata aiden, kemudian berbalik untuk pergi.
"Aiden" panggil deva.
Aiden menghentikan langkah nya dan berbalik menghadap deva, dia hanya tersenyum sambil melambaikan tangan nya tanpa mengatakan apapun dan perlahan menghilang.
"AIDEN...."
Teriak deva bersamaan dengan mata nya yang terbuka dan nafas yang memburu.
"Dev" panggil angga.
Deva melihat angga yang ada di samping nya.
"Bang, aiden mana?" tanya deva
"Di ruang jenazah"
Jawaban angga membuat air mata deva mengalir begitu saja, dia langsung turun dari tempat tidur dan berlari ke ruang jenazah, sementara angga masih diam di tempat dan menangis dalam diam.
.
.
.
.
.Ruang jenazah
Deva berdiri di depan pintu, dia melihat tulisan ruang jenazah itu untuk beberapa saat, dia tidak percaya dan tidak menyangka aiden ada di dalam ruangan itu. Deva berusaha tenang dan melangkah masuk ke dalam.
"Aiden" ucap deva saat melihat jasad aiden yang sedang di tangisi oleh bams.
Bams yang mendengar suara deva langsung melihat deva dengan emosi.
"Puas lo? PUAS LO UDAH BUNUH SAHABAT GUE? PUAS LO DEV...?"
Bams berteriak di sela tangis nya, tapi deva tidak merespon. Dia hanya melihat aiden yang sudah terbujur kaku dengan kain putih menyelimuti nya.
"Aiden" deva mendekati jasad aiden dan melihat wajah aiden yang sudah tak bernyawa.
Semua kenangan bersama aiden terlintas di ingatan deva, kenangan saat bertengkar, bercanda dan semua kata kata aiden yang mengomeli nya bisa deva ingat dengan jelas.
"Aiden bangun, lo nggak boleh tinggalin gue den" deva menangis dan memeluk aiden yang terbujur kaku.
"Bangun aiden, gue mohon bangun" deva melepaskan pelukan nya dan melihat wajah aiden tanpa berkedip sedikit pun.
"Aiden Bangun...., Lo Nggak Boleh Tinggalin Gue Kayak Gini Den. Lo Udah Dateng Di Saat Hidup Gue Nggak Baik Baik Aja. Lo Udah Sesuka Hati Lo Adopsi Gue Jadi Adek Lo Den.
"Gue udah sayang sama lo den, gue udah anggep lo kakak gue sendiri den, TAPI KENAPA LO TINGGALIN GUE GITU AJA, BRENGSEK.
"Lo Dateng Buat Obatin Luka Gue, Tapi Sekarang Lo Buat Luka Baru Yang Lebih Parah Dari Sebelum Nya Dengan Tinggalin Gue Kayak Gini.
"BANGUN BANG, BANGUN BANG AIDEN....BANGUN..., ARGH...."
Deva menangis. Berteriak memanggil aiden, dia juga kembali memeluk aiden dengan harapan aiden bangun, tapi semua tidak akan terjadi karena aiden telah pergi untuk selamanya.
"Bangun bang, jangan pergi kayak gini, bangun, bangun bang aiden - bangun" kata deva sambil menangis dan memeluk aiden.
Bams tidak sanggup melihat dan memilih pergi karena tidak mau membuat keributan. Sementara angga menangis di belakang deva, dia juga memilih pergi dan tidak mau mengganggu deva.
.
.
.
.
.Bram hanya diam di ruang operasi, dia hanya menangis sejak aiden di pindahkan ke ruang jenazah. Berkali kali dia menepis kenyataan kalau anak nya sudah meninggal, tapi dia sendiri yang menutup luka di perut anak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Teen FictionDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.