Jam tujuh malam, deva masih belum mau keluar dari kamar. Tidak mau makan, apalagi minum obat. Dia tidak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan, bahkan saat ayahnya membujuk untuk makan malam pun deva tetap menolak.
Nugraha menghela napas melihat kamar deva yang tertutup. semenjak kematian ibunya, anak-anak seperti kehilangan sebagian dirinya. Sedang menatap pintu kamar deva dengan sedih, tiba-tiba terdengar suara gebrakan pintu yang berasal dari kamar angga. Dengan buru-buru ia menghampiri sumber suara.
"Angga, mau kemana kamu?" Tanyanya seraya menghampiri anak sulungnya yang sudah berjalan di ruang tengah.
"Maen" jawab angga sambil memakai jaket.
"Tunder" Baca Nugraha pada tulisan di bagian belakang jaket yang angga pakai."Kenapa pake jaket kayak gitu? Jadi geng motor kamu sekarang?" Tembaknya setelah berdiri disamping angga.
"Namanya juga anak muda, santai aja kali, yah" Kata angga dan melangkah pergi, tetapi Nugraha mencekal tangannya.
"Masuk kamar! belajar dan sekolah yang bener! Nggak usah aneh"
"Nggak mau, lepasin tangan angga, yah! Angga mau pergi" Angga menarik tangannya sampai lepas dari pegangan sang ayah.
"KAMU MAU JADI APA SIH, ANGGARA? KENAPA KAMU JADI KAYAK GINI?" Bentak nugraha, namun angga tidak peduli dan tetap melangkah pergi.
"ANGGARA" panggilnya dengan bentakan.
Suara bentakan nugraha sampai terdengar oleh deva.
"Ayah" gumam deva lalu beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar. dia melihat ayah dan kakaknya yang sedang bertengkar di luar.
"Bang angga kenapa jadi kasar gitu, sih?" Ucapnya dan turun untuk menghampiri mereka.
"Ayah mau pukul angga lagi? Pukul yah! PUKUL!" Angga melihat ayahnya tanpa rasa takut sedikit pun.
"Bang Angga!" Deva berdiri di samping ayahnya dan melihat angga dengan kesal.
"Lo apa-apaan sih, bang? Nggak sopan banget sama ayah" Tegur deva.
Angga tertawa remeh mendengar teguran adiknya itu.
"Nggak usah ikut campur, lo! Ini urusan gue sama ayah" sahutnya.
"lo kenapa sih, bang? Kenapa berubah kayak gini? lo boleh marah atau kesel sama ayah, tapi jaga sikap lo sama orang tua, bang" peringatnya.
Deva melihat angga tak kalah nyalang. dia benar-benar tidak suka dengan sikap angga yang kurang ajar dengan ayahnya.
"GUE BILANG NGGAK USAH IKUT CAMPUR, BRENGSEK" Bentak angga.
"LO YANG BRENGSEK, BANG. NGGAK PUNYA ETIKA LO BANG SAMA ORANG TUA" Deva mendorong angga dengan kasar.
"UDAH STOP! KENAPA KALIAN JADI RIBUT GINI, SIH?" Lerai Nugraha.
"Ayah Diam!" kata angga dan deva bersamaan.
Angga yang malas meladeni deva memilih pergi.
"Bang, lo mau kemana?" deva mengikuti angga dan melihat jaket yang di pakainya.
"Tunder" baca deva dan dia langsung bisa menebak kalau angga masuk geng motor.
Deva melihat angga yang memakai motor lain langsung buru-buru masuk ke dalam.
"Yah, bang angga di beliin motor lagi?" tanya angga dan Nugraha mengangguk sebagai jawaban.
"Kali ini ayah adil, kamu juga ayah beliin dev. jadi"
"Mana kunci motornya, yah?" Pinta deva.
"Ada di meja"
Deva mengangguk dan mengambil kunci motor yang ada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Teen FictionDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.