2

665 88 13
                                    

Devano anggara berangkat sekolah dengan boncengan menggunakan motor sport. Seperti biasa, deva duduk di belakang dan angga yang di depan mengendarai motor.

"Bang, kaki lo nyampe, kan?" ledek deva sambil mengunyah permen karet.

"Lo gue bonceng udah berapa tahun, cil? Ngejek banget, lo" kesal angga dan deva tertawa mendengarnya.

"Cal - cil - cal - cil, udah di bilang gue bukan bocil. kalau lo tuh bener, bogel" protes deva dan melihat ke sisi kanan.

"Ngatain gue bogel lagi, gue turunin lo,n ya!" ancam angga.

"Turunin aja! Tinggal gue bilangin sama ayah, kalau lo nurunin gue di jalan" ancam deva balik.

Angga berdecak mendengar ancaman balik deva, namun fokus melihat ke depan.

"Diem kan lo? Makanya jangan macem macem sama gue" ledek deva, kemudian melihat kiri kanan.

"Bang Stop Bang!" Deva memukul pelan bahu angga untuk minta berhenti, membuat angga bingung dan berhenti di pinggir jalan.

"Kenapa sih?" tanya angga tanpa turun dari motor dan hanya menoleh ke belakang.

"Ada konser tuh bang, rame banget" jawab deva dan turun dari motor.

"Konser?"

"Iya bang konser, itu di sana" Deva menunjuk ke sisi kiri dan angga mengikuti arah tunjuk deva.

"Ayo bang ikutan" ajak deva dan langsung lari ke arah kerumunan yang tadi dia tunjuk.

"Deva jangan kesana!" larang angga, namun deva tidak mendengar dan tetap lari ke arah kerumunan.

Deva dengan percaya diri memecah kerumunan dan lewat begitu saja. ia tidak peduli dengan mereka yang melihatnya. Deva bahkan naik ke atas tempat yang di bentuk seperti panggung, lalu mengambil mic yang sedang di pegang orang di depannya.

Deva tersenyum pada kamera yang mengarah ke arah nya. Wah...ayah sama bunda pasti bangga nih gue masuk Tv. Batinnya dan memberi pose cute dengan senyum dan menopang dagu dengan jari telunjuk dan ibu jari yang merenggang.

"SEMUANYA MANA SUARANYA?"deva berteriak dengan mic dan membuat suara nya yang cempreng terdengar jelas oleh angga yang masih diam di tempat.

"Anjiiir bukan adek gue itu, sumpah bukan adek gue" kata angga sambil menepuk kening di sertai gelengan kepala.

Sementara deva setelah berteriak terlihat bingung dengan keadaan sekitar. Suasana tiba-tiba menjadi hening dan semua orang dalam kerumunan hanya melihatnya tanpa ada yang bersuara.

"Kok diem, sih? Ayo keluarin suara kalian! Mari kita nikmati konser dengan bahagia!" kata deva tanpa menggunakan mic.

"Bahagia gundulmu! kita di sini itu bukan untuk konser, tapi kita disini untuk demo karena kenaikan BBM" jawab orang yang berdiri di sampingnya. tepatnya orang yang micnya di ambil deva begitu saja.

"Hah? Demo?" tanya deva dan orang itu mengangguk sebagai jawaban.

Deva melihat ke bawah dan hanya cengar-cengir karena malu.

"Demo ya, bang? gue kira lagi konser, hehe" Deva menggaruk leher sambil nyengir karena malu.sementara orang di sampingnya hanya melihat  dengan bibir merapat menahan tawa.

                    ________________

"Astagfirullah, Itu Kenapa Si Deva Ada Di Situ?" Pekik shinta yang kaget saat melihat anaknya muncul di tv sebagai pemimpin demo.

"Bener-bener tuh anak, bandel banget" Shinta mengambil ponsel dan langsung menelfon angga.

              ___________________

Angga mengambil ponsel di saku jaket, lalu mengangkat telfon dari ibunya. "Assalamualaikum, bunda"

"Walaikumsalam, bang itu kenapa adek bisa jadi pemimpin demo? Mana masuk Tv lagi"

"Adek yang mana, bunda?" Tanya angga pura-pura tidak mengenal deva.

"Bang, jangan bercanda, ya! Itu adek kamu masuk tv loh, mana cengar - cengir lagi" omel shinta

"Bukan adek angga tuh bunda, angga nggak kenal sama tuh an"

"Bang....Buruan Ambil Adek Nya!" titah shinta sedikit berteriak.

"Iya bunda iya" jawab angga dan mematikan telfon, lalu melihat ke arah kerumunan dengan malas.

"Males banget gue kesana, malu banget anjir" ocehnya dan memilih diam di motor. Dia yakin deva sebentar lagi pasti kembali.

                    ___________________

Deva melihat orang di depannya, kemudian menggegamkan mic ke tangannya.

"Sorry ya bang, salah server" kata deva dan langsung pergi sambil cengar cengir pada mahasiswa yang melihatnya.

Deva bisa melihat ada yang tertawa diam-diam, ada yang saling berbisik dan tertawa setelahnya.

Sialan, pasti lagi ngomongin gue tuh orang.

Batin deva dan menunduk sambil mencebikkan bibir bawahnya. Setelah keluar dari kerumunan, deva langsung lari menghampiri angga dan buru-buru memakai helm.

"Buruan pergi, bang! Malu gue" Deva naek ke motor dan menyembunyikan wajahnya di punggung sang kakak. sementara angga langsung menyalakan motor dan pergi setelahnya.

"Goblok.....mBisa Bisanya Gue Ngira Itu Lagi Konser, Padahal Lagi Pada Demo. Sumpah Gue Malu Banget, Anjiiir " Deva berteriak meratapi kebodohannya, membuat angga yang mendengar tertawa terbahak-bahak.

"Diem lo bang! Bukannya kasih tau gue kalau mereka itu lagi demo, malah diem aja" kesal deva

"Gimana mau ngasih tau, lo aja maen lari gitu aja. Mana pede banget lagi" jawab angga di sela tawanya.

"Diem lo bang, ketawa mulu lo" kesal deva dan angga semakin tertawa.

"SEMUANYA MANA SUARANYAAA ?" Teriak angga mengikuti deva.

"BANG ANGGA DIEM!" Deva yang kesal memukul punggung angga agar ia berhenti meledeknya, namun angga malah semakin meledek dan tertawa.

"Bang, gue kutuk lo ya kalau nggak bisa diem!" Oceh deva.

"Kutukan lo nggak bakal mempan. siapa elo mau ngutuk gue, dasar bocil" jawab angga dan membuat deva semakin kesal.

"Bodo amatlah, males gue sama lo" gerutu deva dan angga hanya tertawa mendengarnya.


BERSAMBUNG

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang