36

308 55 26
                                    

Aiden benar benar kesal karena deva tetap memaksa untuk pulang, dia tidak bisa melarang karena deva menandatangi surat pulang atas permintaan sendiri. Sepanjang perjalanan aiden hanya diam tanpa mengajak deva bicara dan deva tau kalau aiden marah, hanya saja marah nya aiden lebih ke diam.

Sampainya di rumah, deva langsung turun dari motor dan melihat aiden yang baru mematikan mesin, tapi tetap diam dan tidak mengajak deva bicara.

"Mau masuk nggak?" tawar deva

"Males, gue mau pulang aja" tolak aiden dan menyalakan motor nya, tapi deva menahan tangan nya.

"Sorry" kata deva, membuat aiden melihat ke arah nya.

"Lo nggak salah, ngapain minta maaf?" aiden menyalakan motor nya untuk pergi.

"Akh ~ "

Deva membungkuk sambil memegangi pinggang nya, membuat aiden yang melihat deva kesakitan langsung mematikan motor dan buru buru turun.

"Dev, lo nggak papa?" aiden membantu deva untuk berdiri tegap, dia khawatir dan sangat khawatir karena takut deva sakit lagi.

"Udah nggak marah?"

Pertanyaan deva membuat adien melihat deva dan melepaskan tangan nya, saat menyadari kalau deva pura pura sakit.

"Nggak lucu" ketus aiden, membuat deva mencebik sedih.

"Sorry" kata deva dan menunduk sambil memainkan kaki nya.

Aiden melihat deva yang menunduk.

"Bener bener kayak kucing, nggak tega banget gue lihat muka nya yang melas gitu" kata adien, kemudian menggerakkan tangan nya ke pipi deva.

"Uh...Lo Itu Bisa Nggak Sih Nggak Usah Kayak Kucing Gini Muka Nya.....? Pengen Banget Gue Kandangin Rasanya" Aiden...lo itu bisa nggak sih nggak usah kayak kucing gini muka nya.....? pengen banget gue kandangin rasanya" aiden mencubit gemas pipi deva.

"Sakkit......"

Deva langsung memegang pipi nya yang baru saja di lepas aiden.

"Salah siapa kayak kucing" kata aiden dan tertawa kecil.

"Udah nggak marah?" tanya deva.

"Menurut lo?" - aiden

"Sorry"- deva

"Buat apa lo minta maaf?"- aiden

"Soalnya gue udah maksa pulang, padahal gue belum sembuh" jawab deva dan melihat aiden dengan melas.

"Jangan marah ya...pliss.." bujuk deva.

Aiden mengusak kepala deva. " gue marah karena gue perduli sama lo dev" kata aiden dan deva mengangguk.

"Makasih ya udah perduli sama gue, jadi terharu gue" sahut deva dan aiden mengangguk.

"Jangan marah lagi ya?" lanjut deva dan aiden mengangguk sebagai jawaban.

"Buruan masuk!" titah aiden.

"Kok lo yang nyuruh gue masuk? Ini kan rumah gue" protes deva

"Bodo amat" jawab aiden dan merangkul deva. " yok masuk" ajak aiden dan deva mengangguk sebagai jawaban.

Deva dan aiden masuk rumah dan langsung menuju meja makan.

"Makan dulu! Abis itu minum obat!" titah aiden sambil menuang makanan ke piring dan deva mengangguk sebagai jawaban.

"Harus habis makan nya! kan lo yang minta bubur ayam tadi" kata aiden dan deva mengangguk sebagai jawaban.

Tanpa aiden tau, tangan deva bergerak meremat pinggang nya, tapi dia menunjukan sikap biasa saja.

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang