20

344 65 15
                                    

Deva perlahan membuka mata dan mengernyit saat merasakan sakit pada perutnya. perlahan ia merubah posisi menjadi duduk.

"Udah mau jam tujuh" ucapnya  saat melihat jam dinding.

Deva perlahan bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi, wudhu dan sholat. setelah selesai sholat, ia mengambil jaket dan keluar dari kamar.

"Laper"  keluhnya dengan memegang perut  dan pergi ke dapur untuk membuat mie. Setelah mie matang, deva membawanya ke meja makan.

"Makan apa, lo?" tanya angga yang baru datang dan melihat mie yang ada di mangkuk.

"Buta?" sahut deva tanpa menjawab pertanyaan kakaknya itu.

"Mie nggak sehat, nggak usah makan mie!" Kata angga dan duduk setelahnya.

"Suka-suka gue" ketus deva dan menyendok mienya untuk dimakan.

"Hari ini jadwal lo chek up,kan?" tanya angga.

"Iya kali, lupa gue" jawab deva setelah menelan mienya.

"Habis makan kita ke rumah sakit, gue anterin lo chek up"

"Sok perduli, nggak usah" tolak deva.

"Lo kira gue mau nganterin lo? Kalau bukan karena udah janji sama ayah buat nganterin lo chek up, gue juga males kali ngurusin lo" kata angga yang kesal dengan jawaban deva.

Deva tertawa remeh mendengar perkataan angga, kemudian melihat angga dengan mulut masih mengunyah.

"Bullshit lo, bang. nggak usah bawa - bawa ayah! Nggak usah sok peduli lo sama gue. nggak butuh gue perhatian lo" sahutnya membuat angga semakin kesal.

"Terserah lo. kalau emang lo maunya kayak gitu terserah" angga beranjak dari duduk. Gue juga nggak akan peduli sama lo. Satu lagi, Jangan pernah lo tuduh temen gue sebagai penyebab kecelakaan lo lagi! atau gue"

"Apa? Lo mau apain gue lagi demi belain temen-temen lo, bang?" Deva beranjak dari duduk  dan melihat angga dengan tajam.

"Lo selalu aja belain temen lo, bang. padahal udah jelas dia penyebab kecelakaan gue sama bunda" lanjut deva dengan emosi.

"Gue nggak percaya sama lo" sahut angga dengan santai.

"Kalau lo nggak percaya sama gue, berati lo nyalahin gue atas meninggalnya bunda?" Tebak deva.

Angga tidak menjawab dan memilih pergi, tetapi deva menahan tangannya.

"Nggak usah menghindar, bang! JAWAB AJA PERTANYAAN GUE" dia berteriak dengan emosi, membuat angga langsung menatap dan menarik tangannya dari tangan deva dengan kasar.

"Ya. bunda emang meninggal gara-gara, lo. Gara-gara lo bawa motor nggak bener, KECELAKAAN ITU TERJADI DAN MEMBUAT BUNDA MENINGGAL" Jawab angga tak kalah emosi.

Deva tertawa getir mendengar jawaban angga.

"Lo pikir gue mau bang kecelakaan? Emang lo pikir gue mau kehilangan bunda? Enggak bang. Dari pada bunda yang meninggal, Mending Gue Aja Yang Mati Waktu Itu, Bang" sahut deva.

"Seharusnya Emang Gitu, Mending Lo Aja Yang Mati Dari Pada Bunda!"

Jawaban angga membuat deva diam dengan mata berkaca-kaca. Tanpa mengatakan apapun lagi, deva pergi dan tidak menghabiskan makanannya. Dia tidak tau harus bicara apalagi pada angga karena hatinya terasa sakit dengan ucapannya.

               __________________

Basecamp

Deva yang minta di ajari untuk balapan motor duduk seperti murid yang sedang fokus mendengarkan penjelasan guru. Ia mencoba mengerti apa yang rion jelaskan dengan serius mendengarkan.

"Jadi balapan motor itu banyak rutenya. Ada yang harus melewati puteran dan kembali ke posisi star, ada yang terus maju sampai garis finish, ada juga yang rute lurus dan kembali ke posisi star" jelas rion.

Deva mengangguk, kemudian kembali Mendengar penjelasannya. Awalnya penjelasan rion biasa saja. Namun, semakin lama malah menggunakan rumus fisika dan membuat deva mengantuk.

"Stop Bang!" Pinta deva membuat rion berhenti menjelaskan.

"Kenapa?" tanya rion.

"Bang, gue mau belajar balapan motor, tapi kenapa lo ajarin rumus - rumus kayak gitu, sih? Otak gue yang anak Ips nggak nyampe bang sama rumus yang lo kasih itu"

Jawaban deva membuat aron dan evan tertawa. Aron yang anak ipa saja pusing mendengar penjelasan rion, apalagi deva.

"Teori dulu dev, baru praktek lapangan" kata evan dan rion mengangguk setuju.

"Nggak mau ah, terori ribet mending langsung praktek aja" sahut deva dan beranjak dari duduk.

"Mau kemana, lo?" tanya aron

"Berak. mules gue dari tadi jadi murid bang rion" jawab deva sambil berjalan ke kamar mandi.

Rion menggelengkan kepalanya, kemudian melihat evan dan aron bergantian. "Emang gue salah, ya?"

"Nggak tau gue, jangan tanya gue, bang" jawab evan.

"Lagian ngapain sih lo pake rumus segala jelasinnya? bikin pusing aja" sahut aron.

"Seru aja lihat muka deva yang plonga-plongo gitu" jawab rion dan tertawa setelahnya.

"Bego, lo. kasihan tau anak orang" sahut aron dan rion hanya tertawa, begitu juga dengan evan yang ikut tertawa.

Di dalam kamar mandi, Deva yang merasakan sakit pada perutnya menarik kaos yang dipakai ke atas
Ia mendesis saat memegang perut yang memar.

"Bang angga tega banget sih, sampe biru gini perut gue"Katanya dan kembali menurunkan kaosnya.

"Bang angga kan ngerokok, apa gue ikutin aja, ya? Siapa tau kalau gue ikutan ngerokok bang angga jadi berhenti ngerokoknya" pikirnya.

Deva  mulai memikirkan rencana yang akan dia lakukan agar angga bisa menjadi angga yang dulu lagi.

 
                     _______________

Basecamp Tunder.

Alex melihat bams dan leo yang sedang bermain gitar, tidak ada aiden dan angga karena mereka berdua sedang keluar untuk membeli makanan.

"Gaes, kalian kesel nggak sih sama adeknya angga?" tanya alex

Bams dan leo melihat alex dan antusias menjawab pertanyaannya.

"Dari awal kita emang nggak suka sama tuh anak. kenapa emang?" sahut bams dengan bertanya balik.

"Gue juga nggak suka sama dia, apalagi dia terus ngomong tentang kecelakaan yang menimpanya sampe nyokapnya meninggal. gue nggak suka denger nya" sahut alex.

"Kenapa lo nggak suka?" tanya leo

"Ya nggak suka lah, dia selalu aja nyalahin aiden" sahut alex.

"Bener juga. gue juga nggak terima aiden di salahin kayak gitu, apalagi aiden itu nggak ngerasa ngelakuin" kata leo

"Kita tau sendiri aiden kayak gimana, kan? Dia itu nggak akan mau di salahin kalau emang nggak ngelakuin apa yang orang tuduh ke dia" sambung bams dan mereka mengangguk setuju.

"Gimana kalau kita hajar deva tanpa sepengetahuan angga?" Usul alex sambil melihat kedua temannya bergantian.

"Boleh juga. gue pengen banget hajar dia habis-habisan" sahut leo dan bams mengangguk setuju.

BERSAMBUNG

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang