50

405 58 19
                                    

Rumah Sakit.

Bram bersama perawat bergegas pergi ke ruang tindakan, tapi bram langsung diam saat melihat deva lah yang terbaring dengan nafas tersengal dan memakai masker oksigen, selain itu tangan nya sudah terpasang infus.

"Dokter, sepertinya ada penumpukan cairan di paru paru nya" Kata perawat, tapi bram masih diam dan tidak melakukan apapun.

Deva sudah tidak sadar, tarikan dada nya dalam saat bernafas, bahkan jarak nafas nya pun sedikit lama.

"Alihkan saja ke dokter lain! Saya tidak mau menangani nya" kata bram, membuat perawat terkejut mendengarnya.

"Tapi dokter, Sampai minggu depan dokter spesialis penyakit dalam yang lain masih cuti, hanya dokter yang praktek.

"Pasien harus segera di tangani dokter, saturasinya terus turun begitu juga dengan detak jantung nya" sahut perawat, tapi bram masih enggan untuk memberikan pertolongan pada deva.

Bram benar benar membenci deva karena sudah membunuh anak nya. Dia tetap tidak bergerak untuk melakukan penanganan pada deva, walaupun tau deva akan mati kalau sampai terlambat mendapat penanganan.

Kondisi deva kritis dan membutuhkan pertolongan cepat, tapi bram masih diam di tempat nya.

"Dokter" panggil perawat.

Bram tidak menjawab, dia berjalan mendekati deva dan menatap wajah nya dengan lekat, bayangan deva dan aiden terlintas di ingatan nya sampai membuat air mata bram mengalir begitu saja.

"Pah, aiden udah adopsi deva jadi adek nya aiden. Jadi papah juga harus sayang sama deva, kalau deva sakit harus di obatin! Kalau enggak nanti aiden marah"

Bram menghela nafas saat teringat ucapan aiden. Setelahnya dia menghapus air mata nya dengan kasar.

"Siapkan Icu" kata bram pada perawat di samping nya dan perawat tersebut mengangguk.

Perawat pergi untuk memberitahu rekan nya untuk menyiapkan ICU, setelahnya dia kembali untuk menjadi asisten bram.

Bram mengambil alat dan keperluan medis lain nya untuk mengeluarkan cairan dari paru paru deva. Setelah cairan di keluarkan, pernafasan deva lebih baik dari sebelumnya. saturasi, tanda vital juga naik dari angka sebelum nya yang berada di bawah batas normal.

"Sudah cek lab?" tanya bram

"Sudah dok"- perawat

"Berapa hemoglobin nya?"- tanya bram sambil memasukan obat melalui pembuluh darah.

"Enam dok" jawab perawat.

"Lakukan transfusi dua kantong dan cek lagi hemoglobin setelah nya!"

Bram memberikan instruksi sambil melakukan pemeriksaan pada dada dan perut deva.

"Baik dok" jawab perawat dan Mencatat instruksi yang di berikan bram.

"Pindahkan pasien ke icu dan pasang ventilator, masukan obat yang saya resepkan untuk mengatasi masalah pada paru paru dan jantung nya!

"Jadwalkan cuci darah satu minggu sekali"intruksi bram lagi dan perawat mengangguk sebagai jawaban.

Perawat terus mencatat instruksi yang di berikan bram. walaupun bram membenci deva, tapi dia seorang dokter dan tidak boleh mengabaikan pasien begitu saja.
.
.
.
.

Nuga dan angga menunggu di depan ruang tindakan dengan tidak tenang. Sudah hampir satu jam mereka menunggu, tapi dokter masih belum keluar juga dari dalam.

Langkah kaki seseorang datang mendekati mereka. Bams, dialah pemilik langkah kaki itu yang sekarang berdiri di depan nuga.

"Om gimana keadaan deva?"

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang