5

509 74 10
                                    

Jam lima pagi adalah rutinitas shinta membangukan kedua anaknya untuk sholat shubuh.

"Devano Anggara, bangun sholat subuh!" Shinta membangunkan dengan mengetuk pintu.

"Deva, angga, bangun, nak!" shinta kembali mengetuk pintu karena tidak ada jawaban.

Shinta menarik napas panjang. "susahnya punya anak bujang yang tidur kayak kebo" ucapnya, lalu menarik napas panjang  sebelum mengeluarkan nada tinggi.

"DEVANO ANGGARA"  Teriakan shinta Membuat kedua anak yang tidur dengan posisi tengkurap langsung menutup telinga pakai bantal.

"Anak dua ini bener-bener menguji kesabaran" kata shinta dan membuka pintu kamar  yang tidak di kunci.

Angga yang mendengar suara pintu di buka langsung buru-buru pergi ke kamar mandi. Sementara Shinta yang baru masuk tidak melihat angga dan hanya melihat deva yang tidur.

"Bunda, sejak kapan di sini?" tanya angga yang baru keluar dari kamar mandi.

"Barusan, bunda masuk karena kalian nggak ada yang nyaut bunda panggil" jawab shinta.

"Nggak denger bunda, angga di kamar mandi dari tadi" bohong angga dan shinta mengangguk percaya.

"Udah sholat?"

"Ini mau sholat bunda" jawab angga dan mengambil sajadah dan sarung.

"Ya udah, bangunin adek kamu itu! Bunda mau lanjut masak."

"Oke bunda" jawab angga.

Shinta mengangguk dan pergi setelahnya. Sementara angga sholat subuh dan setelah selesai dia membangunkan adiknya yang masih tidur. Bukan devano kalau di bangunkan langsung bangun, ia bahkan kentut saat merubah posisi memungguninya.

"Anjir nih anak, pake kentut lagi" angga menutup hidungnya karena kentut deva bau sampah.

"Woy, joko, bangun lo! Sholat!" Angga memukul bokong deva untuk membangunkannya.

"Sebentar lagi" jawab deva dengan bergumam tanpa merubah posisinya

"Sekarang, bangun nggak lo!" Angga kembali memukul bokong deva.

"Sakit paijo..., rese banget, lo" gerutu deva, lalu bangun sambil menggaruk kepala dengan mata masih memejam.

"Buruan bangun, terus sholat!" Tittah angga tegas.

Deva perlahan turun dari tempat tidur, lalu pergi ke kamar mandi dengan mata masih memejam sampai tidak tahu kalau jalan ke arah dinding dan menabraknya.

"Woilah setan..., minggir dong kalau gue mau lewat"  Gerutunya dan menendang dinding yang di tabrak.

"Dasar gemblung" kekeh angga saat melihat deva yang mengomeli dinding.

Aldean yang sudah di kamar mandi mencuci wajahnya dan gosok gigi.

"Bang, odol mana sih?" tanya deva dari kamar mandi.

"Ada di situ, di deket sabun" jawab angga yang menyiapkan sarung dan sajadah untuk deva.

"Nggak ada, bang" jawab deva.

Angga menghela napas, lalu pergi ke kamar mandi.

"Heh joko, itu di depan lo kan odol bego" kata angga sambil menunjuk wadah sabun.

Deva mengikuti arah tunjuk angga dan menemukan odol yang dia cari.

"Loh kok tiba-tiba ada di sini? Perasaan tadi nggak ada deh" kata deva dan mengambil pasta gigi di depannya.

"Makanya nyari pake mata bukan pake mulut" omel angga dan pergi setelahnya.

Tak lama angga keluar, deva juga keluar untuk sholat shubuh.

                  ____________________

Karena hari libur, devano anggara pergi untuk main badminton. Hanya angga yang main karena deva tidak tertarik olah raga badminton. Menunggu itu membosankan dan deva sudah ada dalam fase bosan.

"Bang masih lama, nggak?" tanya deva yang sudah beranjak dari duduk.

"Setengah jam lagi, kenapa?" jawab angga tanpa berhenti main.

"Bosen gue"

"Suruh siapa ikut?" Sahut angga

"Kirain nggak lama, ya udah deh gue tunggu di warung, bang" putus deva

"Oke" jawab angga tanpa berhenti main.

Deva pergi ke warung yang lokasinya tidak terlalu jauh, namun melewati jalanan sepi. Jalanan itu jarang di lewati karena gang sempit, namun deva dengan santai melewatinya. Setelah sampai warung deva langsung memesan minuman.

"Mbak beli es teh ya, di bungkus plastik aja" pesan deva dan duduk setelahnya.

Sambil menunggu pesanannya datang, deva mengambil tempe goreng untuk dimakan. Tidak sampai menghabiskan satu tempe, pesanannya pun sudah datang. Es teh di bungkus plastik dan ada sedotan nya di dalam plus di ikat karet.

"Makasih mbaknyaaa" kata deva dan membayar pesanannya.

Deva yang haus langsung meminum es yang di beli.

"Aaah mantaaap, Uenaknyaaa!" seru deva setelah menyeruput es teh dengan sedotan yang sudah ada dalam plastik.

Deva memutuskan untuk kembali menunggu angga di dalam. Awalnya tidak ada masalah saat dia jalan di jalanan sepi, namun apa yang dia lihat membuatnya menghentikan langkahnya karena bingung melihat gerombolan anak-anak yang lari ketakutan, bahkan Dari mereka juga terlihat ada yang terlihat membawa senjata tajam.

"WOI MINGGIR!" Teriak salah satu dari mereka yang lari dan mendorong deva sampai Es tehnya jatuh.

"Woi, Anjeng!  Es Teh Gue Jatoh, Goblok! Bukannya Minta Maaf Malah Lari Aja, Lo!" Maki deva, kemudian melihat Es teh yang jatuh ke tanah.

"Ya ellah, baru juga minum sedikit gue, udah jatoh aja" gerutunya dan berbalik untuk pergi. Namun, tanpa aba-aba ia di tendang dari belakang sampai membuatnya jatuh dengan posisi tengkurap.

Dengan kesal deva bangun dan melihat orang yang sudah menendangnya.

"Mau kemana, lo?" Kata orang yang baru menendangnya. tak lama teman - temannya datang.

Anjir, tadi tuh tawuran gitu? Apa berantem antar geng, sih?

Batin deva, ia menoleh ke kanan dan kiri mencari angga, namun angga masih belum datang.

"Gue bukan rombongan mereka, ya!" kata deva sambil melangkah mundur, tetapi mereka tidak percaya.

"Udah nggak usah percaya xel, habisi aja mumpung sendirian" kata aiden teman axel.

"Heh, sembarangan aja lo kalau ngomong. Lo kira gue takut? Hah!"
Deva melihat lima orang yang ada di depannya dengan posisi siap untuk berkelahi.

"Maju lo semua!" tantang deva dan mereka hanya tertawa remeh.

Deva sama sekali tidak takut walaupun di antara  mereka terlihat ada yang membawa senjata tajam.

BERSAMBUNG

Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang