Angga datang ke basecamp tunder dengan sikap biasa saja. Ia tidak menunjukan sikap yang sedang kesal atau emosi.
"Sendirian aja, Ngga?" tanya alex.
"Iya, emang kenapa?" tanya angga balik dan duduk di samping leo.
"Kirain lagi sama aiden" jawab leo
Angga menggeleng."Enggak, gue dari rumah tadi. Emang aiden belum dateng?" tanya angga dan mengambil rokok yang ada di atas meja.
"Aiden tuh jarang gabung ke basecamp. Dia lebih suka diem di rumah atau di tempat balapan" jawab bams yang di setujui oleh yang lain.
Kenapa aiden masih belum datang? Apa dia masih di rumah sama deva?
Pikir angga dan menghisap rokok yang sudah dinyalakan.
"Oh ya Ngga, hari ini ulang tahun bams nih, lo mau makan apaan? Ngomong aja! Bams yang traktir" kata alex sambil makan cemilan.
"Serius lo ulang tahun?" Tanyanya dan di angguki oleh bams. "Happy birthday, ya" lanjutnya dan mengajak bams untuk ber high five.
"Thanks, bro" jawab bams dan ber high five dengan angga.
"Pada mau makan apaan nih? Sebut aja!" kata bams sambil melihat teman - teman nya.
"Aseeek, traktir - traktir" seru leo membuat bams tertawa mendengarnya.
______________
Aiden dengan sabar mengompres deva yang masih demam. Tidak hanya demam, deva juga muntah beberapa kali dan tidak mau minum obat.
"Bunda" igau deva dengan bibir yang menggigil kedingiban karena demam tinggi. "Gimana, nih? Gue bawa ke rumah sakit aja nggak, ya?" bingungnya sambil melihat deva.
Aiden belum memberitahu angga karena saat dia ingin menghubunginya, deva tiba-tiba saja bangun Kemudian pergi ke kamar mandi dan muntah. Jadi aiden sibuk mengurus deva dan lupa akan niatnya menghubungi angga.
"Dev" panggil aiden sambil menepuk wajah deva.
"Bunda"
Deva tidak merespon dan hanya mengigau memanggil ibu nya.
"Gue langsung ke basecamp apa whatsapp angga aja, ya?" Pikirnya sambil melihat deva yang masih tidur dengan gerak tubuh kedinginan.
"Sampe menggigil gitu, berapa sih suhu tubuhnya?" Ia yang penasaran
mencari termometer untuk mengukur suhu tubuh deva.Setelah menemukan termometer dari laci, aiden langsung mengukur suhu tubuh deva.
"39,8°c, pantes aja menggigil" ucapnya, kemudian meletakan termometer ke atas meja.
"Dev, ke rumah sakit aja, ya?" Aiden berusaha mengangkat deva, tapi deva menggeleng lemah.
"Nggak mau" tolaknya tanpa membuka mata.
"Bang angga" gumam deva, membuat aiden langsung mengambil ponsel dan mengirim pesan ke angga.
_________________
Angga mengambil ponselnya yang baru saja berbunyi karena ada pesan.
Aiden, ngapain dia ngirim pesan ke gue?"
Batinnya, kemudian membaca pesan dari aiden.
From : Aiden
Ngga, mending lo pulang deh,
Adek lo sakit. dari tadi muntah terus, tidur juga ngigau dan menggigil. Suhunya 39.8°c dan dia nggak mau dibawa ke rumah sakit. Gue mau pergi, jadi adek lo sendirian di rumah. Gue cuma kasih tau aja, jadi terserah lo pulang apa nggak.Angga menghela nafas setelah membaca pesan dari aiden.
"Gaes gue balik, ya" kata angga setelah memasukan ponsel ke dalam saku jaket.
"Loh, kok buru-buru banget?" Tanya alex.
"Nggak apa-apa, ada urusan aja gue" jawab angga dan beranjak dari duduk.
"Bams, thanks ya traktirannya" kata angga dan bams mengangguk sebagai jawaban." gue balik, ya" pamitnya.
"Titi Dj bro" kata bams dan angga hanya mengangguk yang akhiri dengan senyum.
Setelah angga pergi, anak tunder kembali mengobrol dan bercanda seperti sebelumnya.
_____________
Aiden yang tidak tega meninggalkan deva sendiri sebelum angga datang memilih menunggu di teras. Ia buru-buru bersembunyi saat mendengar suara motor angga.
"Untung aja pulang, dia" ucapnya lirih. Ia memperhatikan angga yang masuk rumah dengan buru-buru.
"Karena angga udah dateng, gue bisa pergi sekarang" lanjutnya dan pergi meninggalkan rumah menuju jalan besar untuk mencari Taksi.
Angga berlari menuju kamar deva dan langsung masuk karena pintu tidak di tutup.
"Dev" Ucapnya sambil berjalan ke arah deva yang terbaring lemah di tempat tidur.
Angga menempelkan punggung tangannya ke kening deva.
"Masih demam" ujarnya, kemudian melihat obat yang ada di atas meja.
"Dev, bangun!" Ia membangunkan adiknya dengan menepuk wajahnya."Abang" gumam deva dan membuka matanya perlahan.
"Minum obat dulu!" Angga memasukan tiga obat ke mulut deva satu persatu dan deva menelannya dengan bantuan air yang angga berikan.
Setelah semua obat di minum, deva kembali memejamkan matanya.
"Bundaaa, maafin deva, bunda" igau deva membuat angga melihatnya dengan mata berkaca-kaca. "Bang angga" imbuhnya dengan mata masih memejam.
Angga tidak mengatakan apapun, dia hanya berbaring dan memeluk deva seperti yang biasa dia lakukan saat adikny itu sakit.
"Bunda, sakit, bundaaa" Deva terus mengigau membuat angga semakin erat memeluknya.
Sensasi panas bisa angga rasakan dari tubuh deva, bahkan deruan napas deva terdengar begitu jelas.
Kenapa gue ngelakuin ini? Seharusnya gue biarin aja deva sakit, tapi kenapa gue malah di sini dan meluk dia kayak gini?
Batinnya lalu melepas pelukannya karena takut deva dehidrasi saat ingat pesan aiden kalau adiknya itu muntah terus. Ia mengambil gelas berisi air putih dan membangunkan adiknya.
"Dev, minum dulu!" Titahnya.
Deva perlahan membuka mata, ia menuruti apapun yang angga katakan dan minum dengan bantuan kakaknya.
"Dingin" gumamnya setelah selesai minum dan kembali berbaring.
Angga mengembalikan gelas ke tempat semula, lalu memeluk kembali adiknya yang tengah demam tinggi. hal seperti ini selalu dia lakukan saat deva masih kecil dan demam tinggi.
"Bundaaa, deva kangen" igau deva.
Angga memejamkan mata mendengar igauan adiknya.
"Andai lo nggak ceroboh, dev. bunda pasti masih ada sama kita sekarang. gara-gara lo, bunda pergi, dev. bunda pergi ninggalin kita untuk selamanya"
Ucapnya sambil memeluk deva.ia menangis tanpa suara saat teringat kembali kenangan bersama sang ibu.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Teen FictionDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.