Setelah Angga pergi, aiden bergegas membantu deva untuk berdiri dan deva tidak menolak bantuannya.
"Lo nggak apa-apa?" tanya aiden setelah deva sudah berdiri.
Deva tidak menjawab pertanyaannya, tapi malah mengusirnya." Pergi sana!"
Aiden tidak pergi. Ia khawatir saat melihat deva meremat pinggangnya.
"Pinggang lo sakit?"
"Sakitlah, pake nanya lagi" jawab deva dan melihat aiden dengan merengut.
"Santai aja kali, gue kan cuma nanya" kata aiden dan deva merespon dengan decakan.
"Mau ke rumah sakit aja?" tawar aiden.
"Nggak usah" tolak deva dan berbalik untuk masuk rumah. Namun, rasa sakit semakin dirasakan sampai ia mengerang dengan tubuh sedikit membungkuk.
Aiden yang melihat deva seperti itu langsung mendekatinya.
"Ke rumah sakit aja ya? Biar gue telfon bokap gue" tawar aiden lagi, tapi deva tetap menolak.
"Nggak usah. gue nggak butuh rumah sakit" tolak deva ketus.
"Batu banget, lo" maki aiden sambil menoyor kepala deva.
"Setan, lo. orang lagi sakit malah di toyor" gerutu deva dengan kesal.
"Makanya nggak usah ngeselin jadi anak" sahut aiden, kemudian memapah deva untuk membantunya berjalan.
Deva tidak menolak karena dia memang membutuhkan bantuan. Ia hanya pasrah di papah aiden sampai kamarnya dan duduk dengan hati-hati di tempat tidur dengan bantuan aiden.
"Thanks" ucap deva dan langsung berbaring asal.
"Masih sakit?" Tanya aiden.
"Lumayan"
"Makanya minum obatnya!" Aiden mengingatkan lalu duduk di bangku belajar.
"Siapa yang nyuruh lo duduk? Pulang sana!" usir deva.
"Suka-suka gue lah. Gue mau duduk kek, jongkokg kek, tiduran kek, gue capek butuh istirahat. Bantuin lo ke kamar itu melelahkan tau" jawab aiden santai.
Deva berdecak dan tidak bicara lagi. Ia tiba-tiba diam dan terlihat melamun.
"Lo segitu bencinya sama gue?" tanya aiden saat melihat deva seperti itu.
"Seharusnya, tapi lo malah baik terus sama gue" jawab deva tanpa melihat lawan bicaranya.
Aiden tertawa kecil mendengar jawaban deva. "Gue tau lo sedih. gue juga ngerti perasaan lo yang kehilangan nyokap lo, tapi-- " aiden menghentikan ucapannya karena deva menertawakannya.
"Kenapa ketawa?" Tanyanya bingung.
Deva melihat aiden dengan senyum getir. "Lo nggak ngerti perasaan gue. lo nggak ngerti hancurnya gue kehilangan bunda, lo nggak ngerti rasanya jadi penyebab meninggalnya orang yang di sayang.
"Gue udah bener bawa motornya, tapi gara-gara lo yang motong jalan sembarangan, gue jadi lawan arah dan nabrak mobil" Kata deva dengan mata berkaca-kaca dan aiden mengangguk mengerti.
"Lo yakin motor gue yang udah motong jalan waktu itu?" tanya aiden dan deva mengangguk sebagai jawaban.
"Lo bisa ceritain nggak kronologis kejadiannya?" Aiden melihat deva dengan serius dan deva mengangguk.
Deva menceritakan secara detail kronologis kecelakaan yang menimpanya pada aiden.
"Kayaknya ada yang nggak beres" kata aiden setelah mendengar cerita deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Teen FictionDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.