18

353 67 14
                                    

"Enggak, ah, males gue ribut sama angga" tolak aron.

"Ayolah bang, gue yang bakal nanggung semua resikonya. Kalau bang angga marah, bilang aja gue yang minta" Deva berusaha membujuk teman-temannya agar mereka menuruti apa yang dia mau.

"Dev, balapan liar itu bahaya dan kita nggak mau sampe ada apa-apa sama lo" kata evan.

"Itu urusan gue, jadi kalian nggak usah mikir kayak gitu!" tegas deva.

Evan, aron dan rion menghela napas kasar mendengar ucapan deva. Mereka diam untuk berpikir dengan keputusan yang akan diambil.

"Pliss bantuin gue, demi bang angga" bujuk deva sambil melihat mereka dengan tatapan memohon.

"Oke, nanti malam kita kumpul di basecamp" jawab rion.

"Kalian---"

"Demi angga" sela aron memotong ucapan deva.

Deva mengangguk senang dan melihat teman teman nya bergantian.

"Thanks bro, mulai sekarang nama kita bukan Tiger lagi" kata deva membuat mereka mengernyit bingung.

"Maksud, lo?" tanya evan

Deva beranjak dari duduk dan melihat teman-teman nya.

"Kita rubah nama geng kita, dari tiger jadi lions. Gimana? Setuju nggak?" tanya deva.

"Terserah lo aja dev, kita ngikut aja" jawab rion dan di angguki evan dan aron tanda setuju.

"Oke Lions, kalau gitu nanti malem kita kumpul di basecamp" ucapnya dan mereka mengangguk sebagai jawaban.

"Udah siang nih, yok lah sekolah!" ajak evan dan mereka mengangguk sebagai jawaban.

"Kalian duluan aja! Gue boker sebentar" Deva langsung lari ke kamar mandi, sementara teman-temannya berangkat lebih dulu karena sudah hampir telat.

Setelah selesai buang air besar, ia siap untuk berangkat sekolah, tetapi semua temannya sudah berangkat lebih dulu meninggalkannya. Dengan malas, ia berangkat sendirian.

"Gara-gara boker dulu, jadi di tinggal beneran gue. Si evan kampret banget deh, bukannya nungguin malah ninggalin gue" gerutu deva sepanjang jalan.

Deva mengendarai motor dengan kecepatan sedang, tapi mobil sport di depannya tiba-tiba ngerem mendadak dan membuatnya kaget sampai terlambat ngerem. Ia tak bisa menghindari benturan motornya dengan mobil didepannya itu.

"Mampus Gue!" Pekiknya.

Dengan buru-buru deva turun dari motor saat si pengendara mobil terlihat keluar dari mobilnya.

"Aaah Mobil lo ternyata, tau gitu gue tabrak aja yang kenceng" Ucapnya remeh setelah tahu kalau aiden si pengendara mobil sport itu.

"Heh! lo udah salah bukannya minta maaf, malah nyolot!" Aiden meremas kerah jaket deva dengan emosi, tetapi deva dengan santai melepas tangan aiden dan mendorongnya.

"Heh! lo yang salah karena ngerem mendadak. kalau lo nggak ngerem mendadak gue juga nggak bakal nabrak mobil jelek lo itu!" Elaknya dengan menendang mobil aiden setelah bicara.

Melihat mobilnya ditendang, aiden semakin kesal." Lo, tuh, bener-bener"

"Kenapa? Nggak terima mobil lo gue tendang? Hah!" Sela deva dengan nada dan gaya bicara yang tengil dan menyebalkan.

"Kalau lo nggak ngebut, lo nggak bakal nabrak bego!" Maki aiden.

"Gue nggak bakal nabrak kalau lo nggak ngerem mendadak, jadi lo nggak usah nyalahin gue!" sahut deva

Aiden berdecak, lalu melihat bagian belakang mobil yang penyok.

"Penyok lagi. Sialan, gara-gara motor jelek lo,nih!" Gerutunya dengan menendang motor deva.

"Woi, Anjeng! nggak usah nendang motor gue, lo!" Maki deva yang tidak terima motor ditendang.

"Kenapa? Lo marah motor lo gue tendang? Lo liat mobil gue! Penyok gara-gara lo, Setan!" Maki aiden balik

"Ya kalau mobil lo penyok bawa kebengkel, gitu aja repot." Kata deva dengan enteng.

"Emang lo punya duit buat benerin mobil gue? hah!" aiden melihat deva dengan remeh.

Deva tertawa mendengar pertanyaan aiden.

"Jangankan mobil, lo. Mulut Lo Juga Bisa Gue Bayar Kalau Di jual.Sekarang bawa mobil lo ke bengkel,tapi lo cuci motor gue karena ada bekas kaki lo di motor gue" deva melihat aiden tak kalah remeh, membuat aiden kesal melihatnya.

"Lagian ngapain gue minta maaf sama orang yang udah bikin gue kecelakaan? Nggak usah pura-pura lupa, lo! gara-gara lo gue sampe kehilangan nyokap gue" lanjut deva.

"Kalau ngomong jangan sembarangan, lo! Gue nggak pernah ngerasa bikin orang celaka" protes aiden yang tidak terima dengan tuduhan deva.

"Halah, maling mana ada yang mau ngaku. Lo udah bikin gue celaka dan bikin gue kehilangan nyokap gue, SIALAN" pekiknya dan reflek memukul wajah aiden.

Aiden yang tiba-tiba dipukul tak terima begitu saja. "Brengsek, lo!" Makinya dan balik memukul deva, tetapi deva menghindar dan menendang perut aiden.

"Akh" Aiden membungkuk sambil memegang perutnya.

"Cemen, lo" ejek deva, kemudian mengayunkan pukulannya saat aiden kembali menegakkan tubuhnya.

Satu pukulan berhasil mendarat di wajah aiden, membuat aiden benar-benar emosi.

"Cemen, lemah, lo. Apaan tunder? Geng sampah" ejek deva dengan memberikan ibu jari terbalik.

Aiden mengepalkan tangannya, dia melihat deva begitu emosi, tetapi deva terlihat tidak peduli. Dengan ekspresi mengejek, deva naik ke motor dan menggeber motornya di depan aiden, kemudian pergi setelahnya.

"ARGH, BRENGSEK LO, SIALAN" Ia berteriak dengan makian untuk deva.

___________________

Angga melihat aron dan rion seperti biasa. begitu juga dengan mereka yang bersikap biasa dengannya.

"Ngga, gue denger lo masuk geng yang namanya Tunder, ya?" tanya aron yang duduk di samping angga dan rion duduk di depan angga.

"Deva yang ngomong?" tebak angga tanpa menjawab pertanyaan aron.

"Iya" jawab rion

Angga berdecak mendengar jawaban rion.

"Kenapa sih, ngga? Kenapa lo berubah kayak gini? Lo udah nggak mau gabung sama kita lagi?" tanya rion

"Bukan urusan kalian. gue yang sekarang ya kayak gini. Jadi kalian harus terbiasa dengan gue yang sekarang" angga melihat aron dan rion bergantian.

"Gue udah bukan anggota Tiger karena sekarang gue udah jadi anggota Tunder" lanjut angga.

Aron dan rion mengangguk mendengar jawaban angga.

"Kita juga udah bukan Tiger lagi. setelah nggak ada lo, Tiger berubah jadi Lions" kata aron memberi informasi.

"Sorry, Lions juga nggak butuh orang yang susah dikasih tau" lanjutnya dan pergi bersama rion.

Angga berdecak dan memperhatikan kedua temannya yang baru saja keluar kelas. Setelahnya ia mengambil ponsel karena ada pesan masuk.

"Alex" ucapnya dan membaca pesannya. Dengan bibir mengulum senyum kecil, ia membalas pesan dari teman barunya itu.

BERSAMBUNG



Devano Anggara ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang