Deva, aiden, rion, aron dan evan sudah ada di tempat latihan, tempat yang aiden tentukan untuk melatih deva, jalanan yang sepi dan tempat dia latihan atau mengasah kemampuan.
"Gue baru tau ada tempat bagus buat latihan" kata rion dan teman teman nya mengangguk setuju.
"Tempat ini nggak ada yang tau selain gue, bahkan anak tunder juga nggak tau" - aiden.
"Terus kenapa lo kasih tau kita?" tanya deva.
"Karena gue percaya sama kalian, tempat ini lebih asik kalau di pake rame rame, bisa jadi kenangan kita kalau kita udah nggak bareng lagi" jawab aiden, membuat evan melihat nya.
"Emang lo mau kemana?" tanya evan
"Gue mau kuliah keluar negeri, kalau jadi" jawab aiden dan evan mengangguk.
"Kalau udah keluar negeri jangan sombong ya, jangan lupa sama kita" kata rion dan aiden mengangguk dengan tersenyum.
"Kalian juga jangan lupain gue" kata aiden.
"Kita nggak akan lupain lo, tenang aja" jawab aron dan di angguki rion, deva dan evan tanda setuju.
"Gue pernah balapan sama angga dan kemampuan nya oke juga" kata aiden dan melihat rion. " menurut lo apa kelemahan angga?" tanya aiden.
"Gue nggak pernah ngelawan angga, jadi gue nggak tau" jawab rion.
Aiden mengangguk mendengar jawaban rion, kemudian melihat deva.
"Dev, lo bisa nggak belok di tikungan tajam tanpa ngerem?" tanya aiden, membuat rion dan aron melihat nya.
"Maksud lo apa den? Belok tanpa ngerem itu bahaya, apalagi di tikungan tajam" - rion
"Iya den itu sangat berbahaya, apalagi tikungan tajam" sambung aron.
"Berani" jawab deva dan aiden tersenyum mendengarnya.
"Bagus, lo harus kuasai tehnik belok tanpa ngerem kalau mau ngalahin angga" - aiden
"Maksud lo?"- evan
"Karena angga nggak punya kemampuan itu, dia masih takut dan ragu buat ngebut saat bertemu belokan, jadi itu adalah kelemahan angga" jawab aiden dan evan mengangguk mengerti.
"Oke, langsung aja latihan nya" aiden melihat deva.
"dev lo lawan evan, terus lawan aron dan terakhir lawan rion. Lo harus bisa menang lawan mereka dan pelajari kemampuan lawan" kata aiden dan deva mengangguk.
"Jangan ragu narik gas, rem kalau keadaan mendesak dan nggak usah takut mati. Berani balapan berati siap mati" tegas aiden dan deva lagi lagi mengangguk sebagai jawaban.
"Oke, langsung mulai aja kalau gitu" kata evan dan aiden mengangguk setuju.
Deva dan evan menaiki motor nya masing masing dan fokus fokus melihat kedepan dengan tangan memainkan gas. Mereka langsung melajukan motor setelah aiden selesai menghitung mundur.
"Siapa yang menang kira kira?" tanya aiden pada rion dan aron.
"Deva" jawab aron.
"Kenapa?" - aiden
"Deva nggak takut mati, kayak yang lo bilang tadi" jawab aron dan aiden tertawa kecil.
"Menurut gue juga gitu" kata aiden dan melihat kedepan.
Evan dan deva hanya balapan dengan jalan lurus dan kembali lagi ke tempat semula. Benar saja, mereka kembali dan deva yang memimpin sampai akhir.
"Kerja bagus" puji aiden pada deva dan evan yang baru sampai.
"Gimana? Keren nggak gue?" tanya deva dengan gaya nya yang tengil.
"Lumayan" jawab aiden. " lo tau kelemahan evan?" tanya aiden dan deva mengangguk.
"Apa?"- aiden
"Ragu, evan terlalu ragu buat narik gas saat putar balik" jawab deva dan aiden mengangguk.
"Lanjut lawan aron!" titah aiden dan deva mengangguk.
Aiden kembali ke posisi semula untuk melihat deva dan aron balapan. Kali ini ada dua putaran yang harus mereka lewati untuk bisa menang. Rion melihat aiden.
"Lo ngelatih dengan langsung balapan, keren juga" puji rion dan aiden tersenyum mendengar nya.
"Kalau cuma teori nggak akan masuk dan lama bisanya, kalau langsung praktek akan lebih cepat bisa, tanpa deva sadari dia itu sekarang juga sedang balapan dengan rute yang beda.
"Besok nantang angga juga udah bisa dia" kata aiden dan rion mengangguk setuju.
"Wah....deva menang lagi"
Rion bertepuk tangan, sementara aiden hanya tersenyum.
"Keren banget lo dev, bisa ngalahin bang aron juga" puji evan setelah deva dan aron sampai dengan posisi deva memimpin.
"Menang lagi dong.." kata deva dengan bangga dan aiden mengangguk.
"Sekarang lawan gue" tantang rion yang sudah tidak sabar ingin balapan dengan deva.
"Siapa takut" jawab deva dan kembali bersiap dengan motor nya.
Deva dan rion yang sudah siap langsung melajukan motor setelah evan selesai menghitung mundur. Mereka terus melajukan motor dengan kecepatan tinggi, saling salip agar bisa menjadi pemenang mereka lakukan.
"Akh~ " deva mengurangi kecepatan saat merasakan sakit perut yang menjalar ke pinggang.
"Deva"
Rion mengurangi kecepatan saat melihat motor deva terlihat oleng, tapi deva yang melihat kesempatan menang langsung melajukan motor untuk menyalip rion. Benar saja, tindakan deva membuahkan hasil dengan menjadi pemenang.
"Wah..keren banget lo dev, bang rion aja kalah sama lo" puji evan dengan begitu anstusias.?
"Apa kelemahan Rion?" tanya aiden.
"Nggak bisa fokus sama tujuan nya aja, dia akan merasa iba dengan lawan yang jatuh,tanpa bang rion sadar Hal itu menjadi kelemahan nya" jawab deva dan aiden mengangkat ibu jari nya sebagai pujian.
"Kelemahan aron apa?" tanya aiden
"Ada di rem, bang aron sering ngerem dan itu memperlambat laju motor untuk bisa menang" jawab deva dan aiden mengangguk.
"Gue ngurangin kecepatan karena lihat motor lo oleng tadi. Gue takut lo sampai jatoh" kata rion dan deva mengangguk.
"Ya itu kelemahan lo bang, terlalu perduli sama orang lain" sahut deva dan rion mengangguk mengerti.
"Tapi lo nggak papa kan dev?" tanya aiden.
"Nggak papa bang, santai aja" jawab deva dengan serius dan aiden mengangguk percaya.
Aiden menaiki motor nya, kemudian melihat deva.
"Sekarang lo lawan gue!" titah aiden membuat deva melihat aiden dengan bingung.
"Ngelawan lo? Tapi buat apa?" tanya deva dan aiden hanya tersenyum mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Teen FictionDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.