Aiden yang sudah selesai makan melihat deva yang masih membersihkan tangannya dengan tisu.
"Heh tengil, habis makan lo langsung minum obat!" Ujarnya mengingatkan.
"Males" jawab deva dengan santai.
"Batu banget lo" omel aiden.
"Suka-suka gue lah" jawab deva dan minum setelahnya.
"Gue udah selesai nih, gue balik duluan" kata deva dan pergi setelahnya.
"Aiden buru-buru berlari mengejar deva.
"Gue anterin aja" kata aiden, tapi deva menolak.
"Gue nggak mau lo anterin" tolak deva.
"Kenapa?"
"Gue berterimakasih karena lo udah nolongin gue, tapi sorry gue nggak bisa deket sama orang yang udah bikin gue celaka" jawab deva dan pergi setelahnya.
Aiden benar-benar kesal dengan perkataan deva yang selalu mengatakan dia adalah penyebab kecelakaan yang menimpanya dan juga ibunya.
"Terserah lo mau ngomong apa, tapi gue anterin lo balik" putusnya, kemudian melihat tukang parkir.
"Bang nitip motor ya" ucapnya pada tukang parkir.
"Beres boss, santai aja" jawab tukang parkir dan aiden mengangguk.
Aiden berdecak melihat deva yang pergi begitu saja menuju jalan raya.
"Dasar batu, bener-bener ninggalin gue" gerutu aiden dan mengejarnya
"Heh, Lepasin Gue!" Pekik deva yang kaget karena aiden menarik tangannya dan langsung membawa masuk ke dalam taksi.
"Gila lo ya? Main tarik aja, lo kira gue anak kecil apa?" Oceh deva yang sudah duduk di dalam taksi.
"Berapa umur lo?" tanya aiden.
"Enam belas tahun" jawab deva sambil merengut.
"Ya udah berati emang bocil" kata aiden, membuat deva kesal mendengarnya.
"Gue udah enam belas tahun ya, enam belasan tahun itu artinya udah gede. udah dewasa, you know" protesnya yang tidak terima di bilang bocil.
"Bukan urusan gue" kata aiden dengan santai.
"Gue nggak suka di bilang bocil" ucapnya tegas.
"Hak lo kalau nggak suka, tapi itu bukan urusan gue" sahut aiden, membuat deva berdecak dan melihatnya.
"Emang berapa umur lo?" tanya deva.
"Delapan belas tahun"
"Delapan belas tahun, berati udah mau lulus dong? Sama kayak bang angga" tebak deva.
"Gue baru kelas dua" jawab aiden, membuat deva bingung.
"Kok bisa?"
"Waktu SD gue pernah nggak naek kelas, makanya sekarang gue masih kelas dua" jawab aiden dengan satai.
"Ooh nggak naek kelas, bego dong" ejek deva dengan bercanda.
"Sialan, lo" kekeh aiden, dia tidak marah dengan candaan deva.
"Emang lo nggak pernah tinggal kelas?" tanya aiden.
"Enggak lah, kan gue pinter" jawab deva mantap.
"Nggak percaya"
"Bodo amat" sahut deva tidak peduli.
Aiden mengeluarkan dua permen dan menunjukannya pada deva.
"Gue punya dua permen, terus lo minta satu nih. menurut lo nih permen tinggal berapa?" tanya aiden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Anggara ✅
Ficção AdolescenteDevano anggara adalah adik kakak yang sama-sama memiliki sifat keras kepala dan bertindak sesuka hati yang berujung sebuah penyesalan.