Vote sebelum baca 🌟
Kelvin tersenyum geli melihat reaksi menggemaskan Erika. Baru kali ini dia melihat seorang perempuan takut padanya. Biasanya, perempuan lain selalu mendekatinya dengan berbagai trik.
Pria tampan itu meletakkan tubuh Erika secara hati-hati di atas lantai. Lalu, ikut duduk di samping Erika.
Tanpa basa basi menuangkan bakso ke dalam mangkuk. Entah sejak kapan pria itu menyiapkan semuanya.
Erika menjadi ngeri membayangkan Kelvin masuk ke dalam kos nya saat dirinya sedang mandi. Erika takut Kelvin mengintipnya mandi.
Namun, setelah dipikir-pikir, tidak ada celah untuk mengintip ke dalam kamar mandi.
Erika menghela napas lega memikirkan hal tersebut.
"Makanlah sebelum dingin."
Erika meringis pelan mendengar suara berat Kelvin. Suara yang terdengar sangat berbahaya baginya. "Oke." Jawabnya pelan.
Erika mengambil sendok yang diberikan Kelvin sambil menahan napas lantaran takut melihat tatapan intens Kelvin. Tatapan Kelvin seperti hendak memakannya hidup-hidup.
"Santai aja, sayang. Gue gak bakal apa-apain Lo kok." Kekeh Kelvin meledek sikap waspada Erika sedangkan Erika hanya bisa menelan saliva kasar.
Perkataan Kelvin tidak memberikannya ketenangan sedikit pun. Ia malah merasa tertekan dan semakin waspada.
"Cepat makan." Tuntut Kelvin tak sabaran melihat Erika termenung menatap mangkuk bakso.
"Gue gak lapar." Sahutnya berbohong.
"Makan!" Titah Kelvin tak terbantahkan sehingga membuat Erika merenggut pasrah.
"Iya, iya. Tapi, jangan natap gue terus dong. Gue gak nyaman kalau ditatap pas makan." Cicitnya pelan mengungkapkan perasaannya akibat tatapan intens pria di sampingnya sangatlah menganggu.
Kelvin tertawa kecil sebagai balasan. Lalu, menutup wajahnya jenaka. "Nih. Gue udah gak natap Lo kok."
Erika menghela nafas pelan. Tingkah Kelvin sungguh tak dapat ditebak.
Gadis itu mengalihkan tatapannya ke arah bakso. Lalu, melirik Kelvin sekilas.
'dia gak mungkin masukin sesuatu ke dalam baksonya 'kan?' batin Erika curiga.
"Baksonya aman kok. Jadi, jangan ragu untuk menghabiskannya." Sahut Kelvin seolah mendengar pikiran Erika.
"Coba lo cicipi duluan," ujar Erika berani.
Kelvin tertawa gemas seraya menyingkirkan tangan yang menutupi wajahnya. "Astaga! Gak percayaan amat sih sama gue. Lagian gue gak sepicik itu kali." Disambut oleh tatapan lelah Erika. Kalau gak picik, kenapa Kelvin malah menerobos masuk ke dalam kamarnya?!
"Udah gue cobain nih. Gue gapapa tuh," kata Kelvin setelah mencicipi bakso.
Erika menatap ragu, enggan percaya pada ucapan Kelvin.
"Buruan makan atau gue marah." Namun, mendengar ancaman Kelvin, Erika langsung menyendok bakso ke dalam mulutnya tanpa kata.
Gadis cantik itu sungguh takut Kelvin marah padanya dan menjadikannya pelampiasan amarah. Jadi, lebih baik ia memberanikan diri melahap bakso pemberian Kelvin.
"Pelan-pelan aja makannya." Kekeh Kelvin geli melihat tingkah menggemaskan Erika. Ia bahkan tak merasa bersalah sedikit pun setelah menakuti dan mengancam Erika.
Sampai akhir, ia masih saja menganggu Erika. Pria itu menemani Erika semalaman dengan alasan ingin menjaga Erika, membuat Erika susah tidur dan gelisah bukan main.
Mengusir Kelvin pun percuma karena Kelvin malah berbalik mengancamnya.
Entah apa yang ada di dalam otak pria itu sehingga berbuat demikian pada Erika.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...