Part 24📍

12.2K 899 55
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Erika dan ibunya tampak duduk manis di tepi jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erika dan ibunya tampak duduk manis di tepi jalan. Menunggu bus datang.

Gadis cantik itu diam-diam melirik ibunya. Merasa sedikit berat hati melepas kepergian ibunya. Ia khawatir ibunya akan nyasar ke tempat lain.

"Oh iya, Ka. Uang kosnya jangan lupa dibayar." Celetuk ibunya.

"Iya, Bu. Aku gak akan lupa kok."

"Jaga diri baik-baik. Jangan keluyuran malam-malam. Jangan mau mengikuti orang asing karena sekarang banyak penjahat yang berkeliaran. Intinya jangan pernah lengah dan selalu berhati-hati."

"Iya, Bu." Ringis Erika. Ibunya memang selalu mengkhawatirkannya. Mungkin karena dia anak perempuan satu-satunya.

Saking khawatirnya, ibu Erika selalu melarang Erika pergi main. Alhasil, Erika pun tumbuh menjadi anak rumahan dan tidak memiliki banyak kenalan. Meski begitu, Erika tidak pernah menyalahkan ibunya.

"Busnya udah sampai. Ibu pulang dulu ya. Ingat pesan ibu baik-baik." Pesannya ke Erika.

Lagi-lagi Erika mengiyakan. "Hati-hati di jalan, Bu. Nanti kalau udah sampai, kabari aku ya."

"Iya. Nanti ibu telepon."

Erika menghela nafas panjang. Bibirnya sedikit cemberut melihat bus yang dinaiki ibunya perlahan menjauh. Meninggalkannya sendirian di kota asing.

Gadis cantik itu menyebrangi jalan. Hendak kembali mendekam di dalam kamarnya. Istirahat total sebelum menghadapi magang.

Namun, keinginannya terpaksa tertahan akibat dihadang oleh Kelvin. "Udah sarapan, sayang?"

Erika menggeleng.

"Kebetulan gue juga belum sarapan. Kita sarapan di situ aja yuk." Ajaknya seraya menggandeng tangan Erika menuju tempat yang dimaksud, yaitu Rumah makan di samping kos Erika.

Gadis itu hanya bisa pasrah. Tak menolak atau pun berusaha membantah karena ia tahu, pada akhirnya Kelvin akan tetap memaksanya. Begitulah Kelvin. Pria paling pemaksa yang pernah dikenalnya.

"Mau makan apa, sayang?"

"Samain aja."

"Oke."

Mereka duduk di tempat kosong setelah memesan makanan. Sembari menunggu, Kelvin menempeli Erika bak anak kecil sedangkan Erika main hp. Malas meladeni Kelvin.

"Lihat apa sih, sayang? Sampai di cuekin gue." Keluh Kelvin seraya berusaha mengambil hp Erika tapi refleks Erika sangat baik. Gadis itu berhasil mengamankan hp nya dari tangan nakal Kelvin.

"Kok disembunyikan gitu? Jangan-jangan Lo selingkuh di belakang gue?" Tanya Kelvin curiga sehingga membuat Erika memutar bola mata malas.

"Gak lah. Ngapain gue selingkuh." Ketusnya.

"Kalau gak selingkuh, kenapa gitu amat nyembunyiin hp Lo dari gue?"

"Terserah gue dong."

"Sayang." Panggil Kelvin pelan namun mengintimidasi.

"Ih, gue tuh mau lihat hasil evaluasi proposal PKM kita. Bukan selingkuh." Jelas Erika gemas.

"Bohong."

Erika menyodorkan hp nya ke depan wajah Kelvin. "Nih! Lihat!"

Kelvin manggut-manggut pelan. "Coba lihat hasilnya, sayang. Gue penasaran."

Erika memencet hasil Evaluasi proposal PKM mereka.

Evaluasi Tahap 1
Tidak Lolos

Alasan penolakan:

Kesalahan format jadwal kegiatan (Tidak Bar Chart)

Kesalahan format rekapitulasi rencana anggaran biaya.

Kesalahan ketidaksesuaian luaran wajib dengan yang dinyatakan dalam proposal.

Kesalahan sampul.

Kesalahan nominal dana pendamping Perguruan Tinggi.

"

Sayang banget kita gak lolos. Padahal kalau lolos, bisa lulus tanpa skripsi." Decak Kelvin setelah membaca hasil evaluasi proposal kelompok mereka.

"Kelompok kita belum beruntung. Yang sabar ya, Vin." Sahut Erika santai. Tak merasa sedih sedikit pun.

Erika memang tidak berharap banyak terhadap PKM yang diikutinya. Ia beranggapan, kalau lulus berarti dia mampu melakukannya sedangkan kalau tidak lulus, berarti dia tidak mampu melakukannya. Terlebih lagi, perannya sangat besar dalam kelompok.

"Alasan penolakannya banyak di dana ya. Siapa kemarin yang buat pendanaan?"

Erika berusaha mengingatnya. "Adik tingkat." Gadis itu menyimpan kembali ponselnya sebelum Kelvin bertingkah dan mengecek isi hp nya. "Udahlah. Lupain aja. Lebih baik kita segera makan mumpung makanannya udah dianterin."

"Iya sih. Mending kita makan. Mau gue suapin gak?" Goda Kelvin. Berakhir mendapat cubitan di tangannya.

"Gue bukan anak kecil!"

Kelvin tertawa geli melihat raut wajah kesal sang pacar.

"Duh, lucu banget sih kalian. Ibu jadi kangen masa muda deh." Celetuk ibu warung melihat tingkah sepasang kekasih itu.

Kelvin tersenyum lebar sedangkan Erika menggerutu di dalam hati. 'Lucu apanya, Bu?!' Geramnya.

Bersambung....

14/4/23

firza532

Please, Ignore Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang