Vote sebelum baca 🌟
Wajah Erika tertekuk lesu kala melihat chat balasan dari Shila. Sahabatnya itu sedang pulang kampung sehingga tidak bisa membantunya mengurus pendaftaran PL di kampus.
Otak kecilnya berpikir keras. Mencari-cari orang yang bisa dimintai tolong selain Shila.
Dirinya tak bisa pergi ke kampus karena mengeluarkan tenaga dan biaya yang sangat banyak.
"Kok gue baru sadar gak punya teman dekat selain Shila dan Kana ya?" Desah Erika pelan.
Di kampus, Erika memang berteman baik dengan semua orang. Erika berteman tanpa memandang siapa orangnya.
Akan tetapi, di saat genting begini, ia ragu siapa yang mau membantunya secara suka rela.
"Ka, katanya Leni mau ngurus pendaftaran PL ke kampus. Mau minta tolong sekalian ke dia gak?"
Erika tersenyum sumringah. "Mau dong. Bilang ke dia ya."
"Oke."
Gadis itu menghela nafas lega. Untunglah dia tidak perlu datang langsung ke kampus untuk mengurus PL nya.
"Kirim bukti pembayaran UKT, pembayaran pendaftaran PL, nama akun dan sandi portal, nama sekolah, alamat sekolah, alamat rumah, dan alamat kos Lo ke Leni."
Gadis itu langsung mengirimnya. "Setelah itu, ada lagi gak yang perlu dikirim?"
"Katanya sih gak ada."
"Fyuhh, akhirnya masalah PL selesai."
"Nah! Kalau gitu, ayo pulang, sayang."
Suara pria yang sangat dikenalinya membuat Erika terlonjak kaget dan refleks menoleh ke asal suara. "Sejak kapan Lo di sana?"
Kelvin berdecak pelan. Ia pikir, Erika sengaja mengabaikan kedatangannya. "Sejak tadi, sayang. Kana aja sadar, masa Lo gak sadar?" Omelnya.
"Maklumin aja kali. Gue sibuk, mana ada waktu memperhatikan keadaan sekitar." Sahut Erika ketus.
"Masalahnya, gue duduk di samping Lo, sayang. Masa gak sadar sih?" Cetus Kelvin gregetan. "Seandainya binatang buas yang deketin Lo, udah pasti Lo sekarat, sayang." Ejeknya.
Kana tiba-tiba berdehem. Menyita perhatian kedua orang yang tengah berdebat itu. "Ka, pacar gue sedang nungguin gue di depan gerbang nih. Gapapa 'kan Lo pulang bareng Kelvin aja?" Tanyanya sungkan.
"Iya, gapapa, Na." Lagipula, sifat Kelvin tidak separah dulu lagi. Sifat Kelvin berubah menjadi lembut, perhatian, tidak agresif, tidak memaksanya lagi, dan memprioritaskan kenyamanannya
"Beneran nih, Ka?"
"Iya, Kana. Buruan pergi gih sebelum pacar Lo marah, bertengkar, dan nangis-nangis lagi." Sindirnya.
Sumpah demi apapun! Erika kesal melihat Kana sering dibuat menangis oleh sang pacar.
Pacar Kana terlalu posesif. Bahkan saking posesifnya, pacar Kana akan ngambek kalau Kana terlalu lama di WC.
Di situasi itu, Pacar Kana akan mengirimkan chat ke Erika untuk memberikan ponsel Kana ke Kana yang sedang mandi.
Sangat gila bukan?!
Huh, Erika tak sanggup membayangkan menjalin hubungan dengan pria red flag seperti itu. Bisa-bisa Erika cepat tua karena marah-marah terus.
****
Kelvin melirik gadis di sampingnya yang terlihat sangat kepanasan. Tanpa diminta, ia pun mengusap kening Erika yang dibasahi keringat dengan tangannya langsung.
Tindakannya membuat gadis cantik itu mengerjapkan mata kaget. Terlihat sangat imut di mata Kelvin.
"Tunggu bentar di sini, gue beli payung dulu buat Lo," ujar Kelvin karena tak ingin melihat pacarnya kepanasan terus.
"Gak usah beli payung segala kali. Nanti kita dikatain lebay sama orang-orang." Keluh Erika.
"Gak usah mikirin pandangan orang lain, sayang. Toh kita membeli payung menggunakan uang sendiri, bukan menggunakan uang mereka."
"Ih, gue tetap gak mau. Berlebihan banget tahu gak sih?"
"Ya udah."
Kekesalan Kelvin sirna begitu saja kala Erika bersandar di lengannya "Gue capek, Vin."
"Mau gue gendong?"
"Gak!!"
Kelvin terkikik pelan melihat penolakan tegas Erika.
"Memang ngapain aja hari ini, sayang?"
"Meliput acara di depan kantor Bupati dan membuatkan beritanya. Seru sih sebenarnya. Apalagi Pak Bima juga baik, beliau memberikan kami banyak wawasan seputar dunia jurnalis. Misalnya nih, dalam menuliskan nama orang dalam berita gak boleh didahului kata 'Bapak' karena di berita harus menuliskan nama orangnya saja. Di dalam judul berita juga harus mengandung unsur 5W+1H."
"Trus nih ya, yang lucunya, waktu di acara itu, Pak Bima juga menawari kami untuk membeli semua makanan yang dijual di sana. Sampai mainan anak-anak pun ditawari ke kami."
Kelvin tersenyum senang mendengar celotehan Erika.
Dulu, Erika selalu irit berbicara kepadanya tapi sekarang Erika cerewet.
"Akhirnya gimana? Kalian dibeliin semuanya?"
"Enggaklah. Ya kali kami mau dibeliin mainan anak-anak." Rajuk Erika.
"Dibeliin apa dong?"
"Popcorn. Pak Bima maksa kami nerima popcorn yang dibelinya. Baik ba--"
Kelvin refleks menarik Erika ke dalam pelukannya kala melihat gadis itu tersandung dan nyaris tersungkur ke tanah. "Hati-hati, sayang." Tuturnya khawatir sedangkan Erika menyengir polos melihat kekhawatiran pria tersebut.
"Sini, gue gendong biar gak jatuh lagi." Kelvin berjongkok di depan Erika sehingga membuat Erika berkacak pinggang.
"Gue bisa jalan sendiri kali." Tolaknya.
"Nanti Lo jatuh lagi. Cepat naik ke punggung gue!" Titah Kelvin.
Namun, bukan Erika namanya jika patuh begitu saja. Ia malah melewati Kelvin dengan santainya.
"Sayang!!" Protes Kelvin.
Erika berbalik dan meleletkan lidahnya. "Gue gak mau!" Ledeknya seraya berlari kecil, meninggalkan Kelvin yang melotot sebal.
"Awas aja kalau ketangkap, sayang." Ancamnya seraya mengejar Erika.
Pada akhirnya, sepasang insan manusia itu kejar-kejaran di tepi jalan. Menyita perhatian orang-orang di sekitar mereka.
Bagaimana tidak menyita perhatian orang banyak kalau wajah keduanya tampak sangat berseri-seri dan bahagia. Keduanya terlihat sangat menikmati moment-moment manis tersebut.
Bersambung...
17/5/23
Jangan lupa vote dan komen bestie😼
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...