Hello!!
I'm comeback!
Ada yang kangen?
Tenang, tenang. Mulai sekarang bakal update lagi kayak dulu~~
Vote sebelum baca 🌟
Perjalanan menuju tempat magang sangatlah lama dan menyiksa Erika. Mengaduk perut Erika hingga gadis itu pun berakhir mengeluarkan isi perutnya. Kepalanya sakit, perut lapar dan terus memberontak, tubuhnya juga lemas.
Belum lagi, Erika nyasar beberapa kali akibat tak jelas turun dimananya. Maklum, baru pertama kali datang ke Kota Kana. Untungnya Erika diantar sang ibu, jadi dia tidak terlalu panik saat nyasar.
Erika kapok. Menyesali pilihannya mengambil magang di kota kelahiran Kana. Namun, menyesal pun percuma. Dia tetap akan magang di sana karena tempat magang tidak bisa diubah lagi.
Erika baru bisa menghela nafas lega ketika berhasil sampai di depan kosnya. Beruntung sekali orang-orang di dalam bus baik sehingga mereka turut membantu Erika mencari tempat tujuan.
"Duh, panas." Gumam Erika ketika merasakan betapa menyengatnya aspal. Gadis itu tidak memakai sandal karena sandalnya menghilang entah kemana di dalam bus.
"Bu, tolong cariin sandal aku." Melas Erika ke ibunya yang masih berada di dalam bus. Kewalahan mengangkut barang.
"Astaga, Ka. Kenapa dilepasin sih sandalnya? Bikin ribet aja kamu." Omel ibunya sehingga membuat Erika meringis.
"Nih. Cepat pakai sebelum melepuh kulit kakimu."
"Makasih, Bu." Cengirnya.
"Ambil juga tas ini."
Erika segera mengambil tas yang disodorkan ibunya sebelum dimarahi.
Setelah memastikan semua barang dikeluarkan, Erika dan ibunya masuk ke dalam kos.
Akan tetapi, langkah Erika terhenti begitu saja di tangga kala melihat sosok pria yang sangat dikenalinya. Pria itu berada di samping kosnya, melambaikan tangan riang padanya, dan tersenyum lebar.
Erika mengucek matanya. Memastikan penglihatannya. 'Mustahil 'kan dia ada di sini?' batinnya kaget.
"Sayang, kos kita tetanggaan loh." Bisik Kelvin.
Erika syok. Kelvin benar-benar mengikutinya! Bahkan mengambil kos di samping kosnya.
Ya Tuhan! Kenapa Kelvin bisa tahu tempat magangnya? Padahal Erika tidak pernah memberitahu Kelvin dimana tempat magangnya. Apalagi tempat kosnya.
"Duh, jadi gak sabar deh hidup berdampingan sama Lo." Kikik Kelvin.
"Ka! Ngapain masih di luar? Cepat masuk!" Panggil ibunya menyadarkan Erika dari keterkejutannya.
"Ibu mertua udah manggil tuh. Buruan ke sana. Nanti kita ketemuan lagi ya, sayang."
Erika tersenyum lelah. "Apa sih?!" Lirihnya.
"Btw, wajah Lo pucat banget sayang. Buruan istirahat. Pasti capek banget kan melakukan perjalanan jauh." Cerocos Kelvin meskipun Erika mengabaikannya.
"Ya, gitulah. Gue masuk dulu." Pamit Erika singkat.
"Oke, sayang. Nanti kita main kalau capek Lo udah hilang."
Erika berdecak kesal di dalam hati.
Niat hati ingin lepas dari Kelvin selama magang, tapi mereka malah magang di kota yang sama. Tempat tinggal pun berdampingan.
Astaga!
Semoga saja Kelvin tidak nekat masuk ke dalam kosnya lagi karena Kana pernah mengatakan bahwa kos mereka satu kamar diisi oleh satu orang.
Bisa mampus Erika kalau Kelvin menyelinap masuk ke dalam kamarnya.
Erika memang memutuskan untuk mempermainkan Kelvin, akan tetapi ia tidak ingin selalu berada di dekat Kelvin.
****
"Kos-kosan ini cuma ada kita berdua?" Tanya Erika memastikan setelah mendengar perkataan Kana.
"Iya, Ka. Cuma kita berdua aja."
"Wih, rumah sebesar ini cuma kita penghuninya? Bebas dong kita mau milih kamar dan mau ngapain aja di sini."
Kos mereka berada di lantai 2. Terdiri dari 5 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang jemur pakaian. Sangat besar untuk dihuni oleh dua orang.
Setiap kamar tidur juga besar dan disediakan satu kasur.
Kana tersenyum lebar. "Iya, Ka. Kita bebas mau ngapain. Gak kayak kos dulu lagi. Sempit dan pengap."
Gadis cantik itu tertawa senang. "Beruntung banget dong kita bisa dapat kos di sini."
"Hooh. Di bawah kos kita, ada pak polisi dan istrinya. Di belakang kos kita ada ibu kos. Di samping, ada rumah makan yang selalu ramai pengunjung. Jadi, kita juga akan aman di sini meskipun hanya berdua. Para maling atau orang jahat pasti akan berpikir dua kali sebelum masuk ke kos kita."
'berarti gue aman dari Kelvin.' batin Erika lega.
"Oh iya, Lo tau gak kalau Kelvin tinggal di samping kos kita?" Celetuk Kana.
"Tau. Tadi gak sengaja ketemu."
"Kemarin, dia nanya kita kos di mana. Gue kasih tahu deh karena katanya dia pengen dekat terus sama lo."
Erika mendesah pasrah. Wajar saja Kelvin tinggal di samping kosnya. "Ternyata Lo yang ngasih tahu si Kelvin."
"Emang kenapa? Gak boleh ya? Bukannya kalian pacaran? Atau, lagi ada masalah?" Cerocos Kana.
"Gak kok. Kami gak ada masalah. Cuma kaget aja dia ikutan kos di samping kos kita."
Kana manggut-manggut pelan. "Btw, Ka. Kita tidur sekamar aja yuk. Kamarnya terlalu besar dihuni sendirian."
"Iya, Na. Kita tidur sekamar aja. Gue takut tidur sendirian." Cengir Erika yang pada dasarnya gadis penakut. Apalagi ada Kelvin, sumber ketakutan terbesarnya.
"Lo mau tidur di kamar mana?" Tanya Kana.
Erika menunjuk salah satu kamar. "Di sini aja gak sih? Dekat sama pintu dan view-nya juga bagus. Bisa lihat jalanan dan indahnya pemandangan alam."
"Oke. Kalau gitu, kita di sini aja." Putus Kana.
Kedua gadis itu pun mulai bersih-bersih dan memindahkan semua barang bawaan ke dalam kamar. Termasuk peralatan makan karena mereka malas bolak balik ke ruang makan.
"Pstt Erika sayang."
Erika mengalihkan pandangannya ke asal suara kala mendengar seseorang memanggil namanya.
Gadis cantik itu melotot kaget melihat Kelvin berada di sebrang kamarnya dan melambaikan tangan ceria ke arahnya.
"Gila!" Umpat Erika tak habis pikir.
Bersambung....
11/4/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...