Vote sebelum baca 🌟
Erika, Kana, Kelvin, dan Allan berangkat bersama menuju tempat magang.
Erika tidak tahu Kelvin magang di mana, tapi ia berharap Kelvin beda kantor dengannya.
Dia tak dapat membayangkan satu tempat magang dengan Kelvin. Pasti pria itu akan terus mengganggunya di setiap kali ada kesempatan.
Ughh, membayangkannya saja sudah menyeramkan. Apalagi menjadi kenyataan.
"Sayang, kok diam aja? Lagi mikirin apa?" Celetuk Kelvin seraya merangkul bahu Erika. Namun, segera ditepis oleh gadis itu.
"Tangan Lo berat." Protes Erika.
Kelvin mencebikkan bibirnya kesal. "Ya udah. Kalau gitu, gandengan tangan aja." Cetusnya sembari menggandeng tangan mungil Erika.
Lagi-lagi Erika menarik tangannya. "Panas." Protesnya lagi.
Kelvin tertawa tak percaya. "Tangan Lo aja dingin banget. Dimana letak panasnya?" Geramnya hingga membuat Erika menyengir.
"Oh iya, tempat magang Lo dimana, Vin? Dekat tempat magang gue gak?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Dekat Banget, sayang. Jadi, kalau Lo kangen, Lo bisa main ke kantor gue." Goda Kelvin.
"Ya kali gue main ke kantor Lo. Nanti gue di usir." Sahutnya cemberut.
"Gak mungkin di usir kok. Atau, kalau gak, gue aja nanti yang main ke kantor Lo."
"Ih! Jangan!" Larang Erika langsung, membuat Kelvin memicingkan mata kesal.
"Kenapa gak boleh?"
Erika memijit keningnya pelan. "Bayangin aja sama Lo. Gue yang notabennya anak baru, udah bawa teman aja ke dalam kantor. Pasti pekerja di sana bakal gosipin gue atau lebih parahnya lagi gue kena teguran." Jelasnya panjang lebar.
"Rumit ya." Komentar Kelvin.
"Erika! Kelvin! Cepat woi! Lelet amat kalian!" Teriak Kana dari kejauhan.
Rupanya mereka sudah tertinggal jauh akibat asik mengobrol.
****
Pertama kalinya kerja di kantor, Erika dan Kana diuji berbagai pertanyaan seputar dunia jurnalistik setelah dimasukkan ke bidang Informasi Komunikasi Publik (IKP).
Erika cukup terkejut ditanyai karena tidak belajar sedikit pun. Catatan jurnalistiknya saja tak tahu berada di mana.
Untung saja ada Kana, si perpustakaan berjalan. Kana bisa menjawab semua pertanyaan sedangkan Erika membantu melengkapi jawaban Kana.
Jadi, mereka tidak malu-maluin nama Universitas mereka akibat tak bisa menjawab pertanyaan.
Tidak cukup ditanyai saja, Erika dan Kana juga disuruh membuat tulisan jurnalistik. Boleh berita, feature, artikel, ataupun tulisan jurnalistik lainnya.
Sungguh melelahkan.
Setelah membuat tulisan jurnalistik, disambut oleh menyusun dan membagikan koran ke kantor Bupati.
Erika antuasias membagikannya lantaran ingin menjelajahi kantor bupati.
Namun, lama kelamaan Erika menjadi kelelahan akibat luasnya kantor tersebut. Kakinya juga sakit karena memakai pantofel ber-hak tinggi.
"Capek ya, dek?" Tanya Rian, pekerja yang menemani mereka membagikan koran serta memperkenalkan semua bagian dalam kantor bupati.
Erika meringis malu. "Iya, bang. Ruangannya luas banget sih."
"Kalau capek, duduk aja di sini. Abang dan Kana mau bagiin ke lantai tiga dulu."
"Aku ikut aja, bang."
"Jangan memaksakan diri, dek. Tunggu aja di sini dulu." Nasihat Rian.
"Iya, Ka. Duduk aja dulu di sini. Dikit lagi kok koran yang kami bagiin." Imbuh Kana.
Erika mengangguk patuh. Tak ingin mendebat Rian dan Kana.
Akhirnya, ia pun duduk di salah satu kursi. Menunggu Rian dan Kana.
'Bang Rian baik banget deh. Ganteng, manis, dan perhatian. Idaman banget. Gak kayak si Kelvin.' batin Erika seraya senyum-senyum sendiri.
"Oh jadi gitu ya. Ditinggalin bentar, udah mengagumi cowok lain. Bagus, lanjutin sayang!" Sarkas Kelvin mengagetkan Erika.
Gadis cantik itu mengalihkan pandangannya ke asal suara. "Kok Lo di sini?"
"Gue disuruh pak kabid ngasih berkas ke temannya, tapi gue malah melihat pacar gue mengagumi cowok lain." Sindirnya.
Erika menggelengkan kepala gemas melihat Kelvin sok cemburu. Padahal pria itu tidak mencintainya sama sekali.
"Gue emang kagum melihat kebaikan hati Bang Rian, tapi gue lebih kagum melihat Lo. Gak ada yang bisa nandingin rasa kagum gue ke Lo. Yah, walaupun kadang-kadang Lo nyebelin banget." Bohongnya. Namun, berhasil menipu Kelvin. Buktinya, pria itu tersenyum lebar dan terlihat sedikit salah tingkah.
'mudah banget baperin dia.' kekeh Erika dalam hati. Semakin tidak sabar membuat Kelvin jatuh ke dalam lubang yang sudah digalinya sendiri.
Bersambung...
16/4/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...