Vote sebelum baca 🌟
Kala jam istirahat tiba, Erika dan Kana keluar dari kantor. Membeli teh es dan cemilan. Kemudian, nongkrong di taman lantaran belum terlalu akrab dengan para pekerja kantoran. Mereka masih merasa segan berada di ruangan yang sama.
"Pegawai di kantor kita banyak yang masih muda ya. Baik cowok, atau pun ceweknya." Celetuk Erika.
"Hooh. Apalagi di bagian kita. Banyak yang masih muda."
"Eh, tau gak? Tadi gue gak sengaja lihat pegawai bagian lain. Ganteng-ganteng banget cuy," kata Erika berbinar. "Sayang banget gue gak berada di bagian itu. Gak bisa cuci mata tiap hari deh." Desahnya lesu.
"Astaga!! Ingat tujuan magang di sini, Ka." Decak Kana tak habis pikir sedangkan Erika menyengir tanpa dosa.
"Dibandingkan banyak pegawai muda, gue lebih gak nyangka ada anak informatika juga di tempat magang kita. Sekampus pula." Tandas Kana sembari menyeruput teh esnya.
"Iya. Gue pun gak nyangka. Untung bukan Kelvin yang masuk ke tempat magang kita."
"Emang kenapa kalau Kelvin yang masuk? Kan bagus? Bisa ketemu ayang terus di kantor."
"Dih, males banget gue ketemu dia terus. Membosankan!"
"Kelvin termasuk kategori laki-laki yang ganteng banget loh. Tipe cowok idaman Lo selama ini. Masa iya bosan lihatnya?"
"Ntahlah. Bosan aja gue lihatnya terus. Dia selalu ada di sekitar gue. Mengerikan kayak stalker."
"Iya sih. Dia selalu ngintilin Lo mulu. Tapi, bukannya itu membuktikan kalau dia udah bucin akut ke Lo?"
Erika tertawa kecil. Merasa lucu mendengar ucapan sahabatnya.
Pemikiran Kana salah besar. Kelvin mengikutinya terus bukan karena bucin akut, melainkan karena dare.
Ingin rasanya mengatakan ke Kana fakta yang sebenarnya. Akan tetapi, itu hanya akan membuat rencananya hancur.
Bisa saja nanti Kana memarahi Kelvin hingga pria itu pun tahu bahwa Erika sudah menyadari semuanya.
"Lihat tuh. Dia muncul lagi." Bisik Kana seraya menyenggol lengan Erika.
Kantor Kelvin berada di samping kantor Erika. Makanya pria itu bisa menghampiri Erika.
"Masuk ke dalam kantor lagi yuk." Ajak Erika. Malas bertemu Kelvin.
"Njir, jahat banget Lo. Padahal dia baru datang tapi langsung Lo tinggal." Cetus Kana gemas. "Diam dulu di sini. Temenin dia selama beberapa menit." Tekannya.
"Gak mau." Sahut Erika kesal.
Kana menepuk bahu Erika pelan sebelum berdiri. "Gue masuk duluan." Segera melarikan diri dari sana tanpa sempat dicegah oleh Erika.
Erika juga tidak bisa pergi karena Kelvin sudah duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya. Menahan pergerakannya.
"Gimana magang Lo, sayang? Ada yang ganggu Lo gak? Semuanya baik gak?" Kelvin bertanya kepo.
"Lumayan menguras tenaga dan gak ada yang ganggu gue karena semua orang di kantor baik." Jawab Erika apa adanya.
"Bagus lah. Sekarang, makan dulu yuk."
Kelvin menata makanan yang sudah dibelinya di atas meja. Teh es, bakso, dan roti bakar.
Pria itu masih ingat makanan kesukaan Erika meskipun sempat LDR selama tiga Minggu.
"Dimana orang jual bakso, Vin?" Mata Erika kembali berbinar senang.
"Lupa gue nama tempatnya. Tadi, gue pesan lewat gofood."
Erika manggut-manggut pelan.
Pria tampan itu bertopang dagu. Mengamati setiap ekspresi Erika. "Kalau Lo gak capek, gue bisa nemenin Lo keliling nyari bakso. Atau mau nyari bakso bareng nanti malam?" Tawarnya.
"Gak ah. Gue capek banget. Pengen istirahat aja rasanya." Keluh Erika yang pada dasarnya memang sedang kelelahan.
Tenaganya terkuras habis akibat bekerja di kantoran. Maklum saja, gadis introvert sepertinya malah dipertemukan dengan banyak orang.
"Oke. Istirahat aja. Biar gue aja yang beliin kalau Lo pengen makan bakso." Tutur Kelvin tanpa merasa keberatan.
Kelvin sangat perhatian. Namun, sayangnya perhatian Kelvin hanya bersifat semu. Dan, Erika tak akan pernah tergoda!
Bersambung...
16/4/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...