Vote sebelum baca 🌟
Berbagai macam Ujian Tengah Semester telah selesai dilakukan. Erika berharap bisa bersantai sedikit, tapi harapannya sirna seketika kala mendengar tugas membuat proposal Metosa, proposal metoba, proposal Menulis Karya Ilmiah yang di mendeley, video sanggar bahasa dan sastra, review 11 jurnal metosa, dan membuat tulisan jurnalistik untuk 8x liputan.
Erika hanya bisa mengelus dada melihat semua tugas yang telah menantinya. Belum lagi, Erika mulai kehilangan teman dekatnya, Shila.
Shila menjadi asing baginya. Shila sering meninggalkannya dan lebih memilih bersama teman barunya.
Menyakitkan rasanya mengalami kehilangan teman dekat untuk kedua kalinya.
Dulu, dia kehilangan teman di semester empat karena ikut KM. Sekarang, dia kehilangan teman di semester enam karena Shila menemukan teman baru.
Lagi-lagi Erika hanya bisa mengelus dada sabar. Berharap semester enam segera berakhir supaya terbebas dari drama memuakkan.
"Ka, Pak Ari nyuruh Lo ke ruang baca," ujar ketua kelas membuyarkan lamunan Erika tentang beban hidupnya.
"Ngapain?" Sahut Erika heran. Ia saja tak kenal dengan Pak Ari, tapi kenapa dosen satu itu malah memanggilnya? Apakah dirinya sudah melakukan kesalahan tanpa disadarinya?
"Ada deh."
Jawaban sok misterius Farel membuat Erika mengerucutkan bibir kesal. "Ngapain, Rel?"
Farel terkikik pelan melihat reaksi penasaran Erika yang tampak menggemaskan di matanya. "Pokoknya temui aja bapak dulu. Nanti Lo juga tahu."
"Kasih clue kek." Ambek Erika.
Farel menggeleng pelan. "Intinya temui aja dulu."
Erika menghela nafas gusar. "Oke!" Geramnya.
Farel tertawa kencang melihat kekesalan Erika sedangkan Erika memutar bola mata malas.
Setelah perkuliahan mikro berakhir, Erika langsung menemui Pak Ari di ruang baca.
Setiba di sana, Erika ditawari ikut program PKM-RSH (Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora)
Dosen menawari Erika karena Erika menulis novel dan cerpen. Mungkin dosen menganggap Erika ahli di bidang tulis menulis, jadi dosen pun mengajak Erika ikut program tersebut untuk membuat karya tulis ilmiah atau proposal.
Awalnya, Erika menolak dengan alasan takut menganggu kuliahnya tapi Pak Ari membujuk Erika supaya ikutan dan menjabarkan keuntungan apa saja yang didapatkan Erika jika mengikuti program itu.
Dan yah, akhirnya Erika ikut juga akibat tidak enak menolak terus-terusan.
Selain itu, Erika juga penasaran dengan program tersebut karena pihak kampus mengiming-imingi mahasiswa bisa menggunakan program tersebut sebagai pengganti skripsi.
Siapa tahu dia beruntung bukan?
Bisa lulus kuliah S1 tanpa membuat skripsi.
Erika juga ditunjuk sebagai ketua kelompok dan disuruh mencari tiga anggota kelompok lagi.
Selesai membahas semuanya, Erika keluar dari ruang baca.
"Masukin gue ke kelompok Lo, sayang," bisik Kelvin mengagetkan Erika.
Gadis itu berbalik dan menatap Kelvin terkejut. "Sejak kapan Lo di belakang gue?"
"Duh, sayang. Sedih deh gue jadinya. Bisa-bisanya Lo gak menyadari kehadiran gue di dalam ruang baca." Sahut Kelvin dramatis sehingga membuat Erika meringis.
"Gue sekecil itu ya sampai Lo gak melihat keberadaan gue?"
"Yah, gue cuma fokus ke Pak dosen. Mungkin karena itu gue gak menyadari kehadiran Lo." Sahut Erika apa adanya.
"Lain kali jangan gitu, sayang. Gue gak suka diabaikan."
'apa sih nih bocah?' batin Erika jengkel.
"Oh iya, masukin gue ke dalam kelompok, sayang. Kata bapak tadi kan harus ada anggota kelompok yang berbeda prodi." Ungkap Kelvin kembali ke topik pembicaraan.
"Oke." Sahut Erika pasrah. Lagipula, belum tentu juga kelompoknya akan lolos. Jadi, Erika tak terlalu ambil pusing untuk anggota kelompoknya.
"Yes! Senangnya bisa berduaan terus sama Lo." Girang Kelvin seraya merangkul bahu Erika tapi tak berlangsung lama karena Erika menepis tangan Kelvin.
"Sayang.."
Mendengar nada penuh peringatan Kelvin, gadis cantik itu menghela nafas kasar. "Tangan Lo berat."
"Alasan!" Cibir Kelvin namun diabaikan Erika.
"Terserah mau percaya atau gaknya. Gue mau pulang dulu. Bye!"
"Eitss! Jangan pulang dulu! Kita makan siang bareng, baru setelah itu Lo pulang!" Cegat Kelvin.
"Gue capek. Pengen istirahat."
"Nanti aja istirahatnya setelah makan siang."
"Lo kenapa sih suka banget maksa-maksa gue? Gue tuh capek. Capek!!" Jeritnya kesal.
"Cuman makan siang aja, sayang. Janji deh bakal nganterin lo balik ke kos kalau udah selesai." Rayu Kelvin.
Erika memijit keningnya pelan seraya berusaha meredakan emosinya. "Oke. Kali ini saja."
Kelvin tersenyum senang berhasil memenangkan perdebatan antara mereka sedangkan Erika pasrah sepenuhnya.
Dari pertama bertemu yaitu tiga Minggu lalu, dia tidak pernah bisa menang melawan Kelvin karena pria itu tak mau kalah, apalagi dibantah.
Mungkin Kelvin terbiasa memperlakukan semua orang sebagai bawahannya sehingga ia juga memperlakukan Erika demikian.
Bersambung...
21/3/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...