Vote sebelum baca🌟
Suasana di dalam kelas sangat hening. Semuanya fokus ke hp masing-masing sembari menunggu dosen masuk.
Akan tetapi, keheningan itu segera dipecahkan oleh seseorang. Hani. "Guys! Nilai Evaluasi Pengajaran Bahasa udah keluar loh."
Suasana yang awalnya hening menjadi heboh. Setelah melihat nilai, banyak yang mengeluh dapat nilai B. Terutama mahasiswa ambisius dalam kelas.
"Woahh!! Nilai gue A!" Jerit Erika senang, membuat semua mata tertuju ke arahnya.
"Gue juga A." Imbuh Kana ikut senang.
"Yang lainnya gimana?" Tanya Hani penasaran.
"B." Sahut seisi kelas serentak, kecuali Erika dan Kana tentunya.
"Berarti cuma nilai Kana dan Erika doang yang A nih?" Celetuk Shila.
Erika dan Kana saling bertatapan lalu tersenyum lebar. "Beruntung banget ya kita." Kikik Erika.
Diam-diam, Erika merasa bangga atas pencapaiannya.
Baginya, pelajaran Evaluasi sangatlah susah karena berhubungan dengan angka-angka.
Otak Erika lemah jika berhubungan dengan angka-angka. Ia memilih masuk jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia supaya tak bertemu angka-angka, tapi akhirnya tetap bertemu juga.
Yah, sepertinya tak ada jurusan tanpa hitung-hitungan.
"Kok bisa Erika dan Kana dapat nilai A?" Protes Selly. Salah satu anak paling pintar dan ambisius di dalam kelas.
Erika dan Kana saling mengode melihat wajah tak mengenakkan Selly.
"Mungkin karena mereka aktif kali. Makanya, nilai mereka tinggi." Sahut Shila.
"Gue juga aktif di kelas." Sahut Selly lagi.
"Ah, jawaban UAS kamu kan salah semua, Sel. Mungkin karena itu nilainya jadi rendah. Tau sendiri lah hitungan nilai UAS itu 40%." Sahut Kana polos, membuat wajah Selly merah padam.
Sebenarnya, bukan hanya Selly saja yang salah tapi sebagian anak kelas.
Erika salah satu calon korbannya, tapi untung lah Kana mengingatkan Erika bahwa cara mengerjakan UAS evaluasi Erika salah.
"Masih mending dapat nilai B, daripada dapat nilai C." Celetuk Hani gregetan sedangkan Selly mengabaikan ucapan Hani dan memilih menatap layar ponselnya lagi.
****
Perkuliahan yang melelahkan membuat Erika mengurungkan niat untuk menemui Kelvin di kantin.
Ia berencana langsung kabur ke kos supaya bisa mengistirahatkan tubuh lelahnya.
Namun, rencananya hancur begitu saja akibat kedatangan Kelvin di depan ruang kelasnya.
Dan pada akhirnya, di sinilah Erika berada. Di kantin Bu Sasa bersama teman-teman Kelvin. Lebih parahnya lagi, teman Kelvin sangat banyak, yaitu sembilan orang.
Erika merasa tak nyaman berada di dekat mereka walaupun semuanya berwajah tampan.
Erika ingin pergi secepatnya.
"Jadi, Lo pacar Kelvin? Sejak kapan kalian pacaran?" Tanya laki-laki di hadapan Erika.
"Seminggu yang lalu." Jawab Erika apa adanya.
"Kok bisa? Apa sih yang Lo sukain dari si Kelvin?"
"Gak ada." Jawabnya santai.
Teman-teman Kelvin tertawa kencang sedangkan Kelvin menggerutu pelan. "Jahat banget sih, sayang." Keluh Kelvin.
"Sepertinya, wajah tampan Lo udah gak mempan ya, Vin."
"Biasanya kan ciwi-ciwi langsung klepek-klepek melihat Kelvin."
"Kasian deh Lo, Vin."
"Lo harus berjuang nih dapetin hati Erika."
"Jangan nyerah ya Vin demi masa depan yang indah."
Ledekan teman-teman Kelvin membuat Erika tersenyum manis.
Anehnya, senyuman Erika mampu membuat mereka berhenti berbicara.
"Maksud gue, gak ada yang gak gue sukain dari Kelvin. Gue suka semua hal tentang dia."
Semua orang melongo mendengar jawaban tak terduga Erika.
"Wah, wah, wah. Rupanya Erika manis banget ya. Pantas aja Kelvin tertarik. Kalau udah putus sama Kelvin, bisa hubungin gue ya." Teman Kelvin mengedipkan mata genit ke Erika hingga membuat gadis itu merinding.
"Mau mati Lo?!" Ketus Kelvin seraya menunjukkan tinjunya.
"Buset. Posesif banget Lo."
"Wajar dong. Gue kan cowok Erika."
"Gak wajar woi. Lo cuma pacarnya, bukan suaminya. Kalian bisa putus kapan saja."
"Gue dan Erika gak akan pernah putus."
"Yakin? Gimana kalau Erika tahu sifat jelek Lo?"
Erika menyeruput teh esnya kalem. Membiarkan Kelvin dan teman-temannya berdebat.
"Ka."
Mendengar namanya dipanggil, Erika menoleh ke asal suara. "Hmm?"
"Hati-hati."
Erika mengernyit. "Hah?"
Pria itu tak menyahut lagi. Fokus ke hp nya dan mengabaikan tatapan penasaran Erika.
'Apa sih? Sok misterius banget nih cowok!' keluh Erika kesal.
Bersambung...
11/3/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...