Vote sebelum baca 🌟
Wajah bosan Erika menjadi cerah seketika kala membaca pengumuman yang dikirimkan dosen mata kuliah pragmatik.
"Kok senyum-senyum sendiri? Chattingan sama siapa?" Tanya Kelvin kepo.
"Gak chattingan sama siapapun."
"Trus kenapa bahagia gitu?"
"Oh ini, gue dapat kabar kalau anak KM dapat konversi nilai dan boleh gak ikut perkuliahan pragmatik."
Kelvin manggut-manggut pelan mendengar alasan Erika terlihat ceria.
"Lo ikut KM, Ka? Kapan tuh?" Tanya Shion.
"Semester empat."
"Wih, mantap Lo. Kemarin, kami juga nyoba ikutan tapi gak lulus." Decak Kenzo kagum.
"Rupanya Erika anak pintar ya." Kikik Bima.
"Iya cuy. Erika bisa menjadi salah satu mahasiswa yang terpilih dari sekian banyaknya mahasiswa di Indonesia. Kalau gak salah, kemarin tuh gue dengar mahasiswa yang mendaftar KM sampai ratusan ribu." Timpal Rafly bersemangat.
Erika meringis pelan. "Gak juga. Otak gue biasa-biasa aja. Kemarin tuh cuma beruntung."
"Lo pikir mereka sembarangan milih orang untuk program mencerdaskan anak bangsa? Pasti ada nilai plus dari setiap jawaban Lo waktu mengerjakan tes." Omel Helios.
"Gitu ya." Gumam Erika pelan. Tak terlalu memikirkan ucapan Helios karena ia sadar akan kemampuan otaknya.
"Jadi, lain kali jangan merendah lagi, oke? Lo harus percaya diri!" Imbuh Helios.
"Iya, iya."
Kelvin berdehem pelan. "Masih gue pantau loh ya." Celetuknya, menghadirkan tawa dari semua teman-temannya.
"Tenang, tenang. Kami gak akan merebut Erika dari Lo kok." Ejek Bintang.
"Yah, kecuali kalau Erika terlanjur jatuh cinta ke salah satu di antara kami." Tandas Gerry menggoda Kelvin.
"Nyari mati Lo?!" Cetus Kelvin kesal. Dan, terjadilah perdebatan tak bermutu antara Kelvin dengan teman-temannya.
'gak mungkin gue jatuh cinta ke kalian di saat kalian semua sangat mencurigakan.' batin Erika.
Tanpa sengaja, mata Erika bertemu dengan Allan yang menatapnya kasihan sedangkan pria itu langsung mengalihkan pandangannya.
Erika memicingkan mata kesal dan ikut mengalihkan pandangannya ke arah lain. 'dia kenapa sih?' herannya. Semenjak pertama kali bertemu, pria satu itu memperlakukan Erika misterius.
"Oh iya, sayang. Lo mau magang dimana?" Tanya Kelvin setelah selesai adu mulut.
Pria itu bertanya supaya bisa mengikuti Erika. Apalagi sebentar lagi mereka akan magang dan pihak kampus sudah memberikan info ke mahasiswa untuk mulai mencari tempat magang supaya tidak tergesa-gesa nantinya karena satu instansi hanya boleh dua orang.
"Belum tau."
"Bohong! Lo pasti udah tahu mau magang dimana."
Erika menatap Kelvin sinis. "Kalau gak percaya, ya udah."
"Berbohong itu dosa loh, Ka." Celetuk Shion.
"Gue emang belum tahu mau magang dimana. Kenapa sih kalian kayak gak percaya gitu." Keluh Erika.
Sejujurnya, Erika sudah tahu mau magang dimana tapi dirahasiakannya dari Kelvin supaya pria itu tidak mengikuti dan mengganggunya.
"Oke. Kalau gitu, magang di dekat rumah gue aja. Lo kan jurusan media cetak. Di sana ada sebuah percetakan koran. Gue juga kenal pemiliknya," kata Kelvin bersemangat.
"Gue pikir-pikir dulu deh."
"Langsung di sana aja kali, Ka. Soalnya pemilik percetakan itu paman Kelvin. Jadi, Lo gak akan kesusahan di sana." Celetuk Gerry.
Erika menelan saliva kasar.
Mungkin di kantor memang tidak kesusahan, tapi saat di luar kantor ia akan kesusahan oleh tingkah menyebalkan Kelvin.
Amit-amit!
Jangan sampai Erika bertemu Kelvin lagi saat magang!
Bersambung...
Vote jangan lupa yaw
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...