Vote sebelum baca 🌟
Semester enam merupakan semester paling berat dalam hidup Erika walaupun baru menjalaninya selama satu minggu.
Bukan hanya perkuliahan saja yang berat tapi juga drama dalam hidupnya. Dimana ia ditempeli pria aneh dan gila.
Kelvin selalu menganggunya sejak hari itu. Tak pernah membiarkannya lepas sedikit pun. Tetap mengekorinya meski dirinya bersikap dingin.
Jiwa raga Erika terasa sangat terkuras menghadapi semuanya. Ingin kembali ke kehidupan tenangnya meski terasa membosankan.
Erika menghempaskan tubuh lelahnya ke atas kasur dan memeluk boneka beruang di sampingnya. "Capek banget." Keluhnya.
Gadis itu memejamkan mata. Berniat tidur sore. Mengistirahatkan matanya yang perih akibat menatap layar infokus terlalu lama. Mulai dari pagi hingga sore.
Jadwal kuliah Erika memang sangat padat karena semua materi semester enam harus selesai dalam kurun waktu dua bulan. Jadi, dalam satu Minggu satu mata kuliah bisa diadakan dua atau tiga kali pertemuan.
Magang dan PL di depan mata membuat alur perkuliahannya terlalu terburu-buru.
Liburan semester lima Erika bahkan tidak ada. Padahal, biasanya, Erika bisa menikmati masa libur selama satu/dua bulan lamanya.
"Yah, gak ada gunanya juga mengingat hal yang telah berlalu. Lebih baik gue segera tidur syantik." Cetusnya sembari mencari posisi ternyaman.
"Erika!! Bangun woi! Pak Lio menagih tugas nanti malam, paling lambat jam delapan dikumpulnya." Tiba-tiba saja Kana masuk dalam kamar Erika, membuat mata Erika terbuka sepenuhnya. Menggagalkan niat Erika.
"WHAT?! Kok bisa?! Bukannya bapak bilang paling lambat dikumpul hari Jum'at?! Sekarang kan masih Kamis."
Kana mengendikkan bahu acuh melihat keterkejutan temannya. "Gak tau lah. Intinya dibuat aja, daripada gak lulus matkul Metosa nantinya."
(Metosa: Metode Penelitian Kesusastraan)
Erika memijit pangkal hidungnya stress. "Ya udah deh. Makasih udah ngasih tau gue. Btw, Lo dah buat?"
"Belum."
Erika dan Kana saling bertukar pandang, lalu tertawa resah. Meratapi nasib mengenaskan mereka.
****
"Kok Lo blok WA gue?" Kelvin mendadak muncul, menghadang jalan Erika yang hendak berangkat ke kampus.
Erika berdecak kesal. "Karena Lo menganggu gue nugas." Jawabnya berani.
Kelvin menggeram. "Alasan."
"Kalau gak percaya, ya udah." Erika menghindar dan melewati Kelvin begitu saja. Malas meladeni Kelvin.
Akan tetapi, bukan Kelvin namanya jika membiarkan Erika berlalu begitu saja. Pria itu menyusul Erika dan kembali menghadang gadis itu.
"Minggir! Nanti gue telat masuk kelas." Ketus Erika.
Kelvin mengernyitkan kening tak suka. "Gue gak suka Lo bersikap kasar ke gue, sayang."
"Kasar gimana sih? Perasaan biasa aja cara ngomong gue." Ketus Erika lagi.
Kelvin menyentil gemas kening gadis di hadapannya.
"Sekali lagi Lo ngeblokir nomor gue, jangan salahin gue kalau tiba-tiba nyelinap masuk ke dalam kos Lo." Ancam Kelvin sehingga menghadirkan gerutuan Erika.
Bagaimana tidak memblokir nomor Kelvin jika pria itu selalu meneleponnya saat mengerjakan tugas.
Tindakan Kelvin sangat menganggunya dalam membuat tugas.
"Ngerti, sayang?"
Erika memutar bola mata malas. "Harusnya Lo tuh ngerti gimana sibuknya di semester sekarang. Gue gak bisa ngangkat telpon Lo karena sedang nugas, waktunya pun kepepet. Tapi, Lo malah nelpon terus-terusan. Ganggu banget tau gak?" Sahutnya terus terang.
Kelvin menatap Erika tajam. "Harusnya Lo angkat aja telpon gue. Bilang ke gue kalau sedang nugas. Bukannya malah mengabaikan telpon gue."
"Gue gak ada waktu untuk menyentuh ponsel. Gue benar-benar dikejar deadline. Ngerti gak sih?!" Geram gadis itu. Benar-benar tak habis pikir melihat tingkah Kelvin.
"Nyentuh hp sebentar aja gak akan membuat Lo telat ngumpulin tugas." Sinis Kelvin, masih tak mau mengalah.
Erika memijit kening frustasi. "Terserah!" Kesabarannya sudah menipis akibat dibantah terus.
Erika membenci hal ini. Erika membenci Kelvin yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Erika benci pada Kelvin yang menganggu kehidupan tenangnya.
Bagi Erika, kemunculan Kelvin hanyalah beban dalam hidupnya. Beban yang sangat ingin dihilangkannya!
"Setelah kuliah Lo selesai, jangan langsung pulang. Temuin gue di kantin Bu Sasa karena teman-teman gue ribut mau kenalan sama lo." Tutur Kelvin dengan nada memerintah.
Erika menghela nafas panjang. "Maaf aja nih ya, gue sibuk. Gue gak ada waktu untuk berbasa-basi dengan teman-teman Lo. Tugas gue masih banyak yang belum selesai."
Bukannya mengerti, Kelvin malah memegang bahu Erika dan menatap gadis itu serius. "Cuman sebentar. Gue gak mau diganggu terus-terusan sama mereka."
"Tenang aja, gue kerjain semua tugas Lo sebagai gantinya."
Erika berpikir sejenak mendengar tawaran menggiurkan Kelvin. Kebetulan, otak dan jarinya sudah lelah membuat semua tugas dari dosen. "Oke." Dan, jawaban singkatnya menghadirkan senyuman lega dari Kelvin.
"Tapi, jangan dekat dengan mereka. Lo cukup menjawab irit semua pertanyaan mereka sampai mereka berhenti nanya-nanya karena gue gak suka lihat Lo dekat sama pria lain."
Erika memutar bola mata malas. Enggan menanggapi ucapan bodoh Kelvin.
Jika Kelvin merasa tak suka ia dekat dengan laki-laki lain, kenapa malah memaksanya menemui mereka?!
Kelvin dan segala tingkahnya memang tidak bisa diterima oleh akal sehat Erika.
Untungnya, dua bulan lagi kuliah Erika selesai.
Setelah itu, Erika tak akan bertemu Kelvin lagi.
Yah, kecuali kalau mereka magang di tempat yang sama.
Namun, rasanya mustahil mereka magang di tempat yang sama karena berbeda jurusan.
Bersambung...
11/3/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...