Vote sebelum baca 🌟
Sebentar versi Kelvin ternyata sangatlah lama.
Pria itu menahan Erika selama berjam-jam. Merengek dan membelit tubuh Erika kala gadis itu ingin pergi.
Tingkah kekanakannya sungguh menguji emosi Erika. Ingin rasanya memukul luka Kelvin supaya pria itu melepaskannya, tapi hati kecilnya tak tega. Meminta tolong ke Allan pun percuma karena pria itu pura-pura tuli.
Erika melirik Kelvin yang sedang memejamkan mata di bahunya. Nafas pria itu begitu teratur seperti sedang tertidur. Namun, genggaman Kelvin di tangannya sangat erat. "Vin, Lo tidur?" Bisiknya.
"Gak, sayang."
Gadis itu mendecih pelan. Gagal sudah ia melarikan diri. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi Kelvin tak kunjung melepaskannya.
Kelvin memperbaiki posisinya. Ia menatap Erika penuh selidik. "Sayang, siapa cowok yang bareng Lo tadi?"
"Cowok yang mana?" Heran Erika.
"Cowok yang pulang bareng Lo tadi." Sahut Kelvin sedikit ketus. Nada bicaranya terdengar cemburu.
"Ohh, Bang Rian. Kenapa nanya? Lo cemburu?"
"Iya, gue cemburu." Jawabnya jujur.
"Ngapain cemburu? Toh, gue sama dia ngobrol biasa. Bukan pelukan." Decak Erika gemas.
Gemas ingin menampol Kelvin.
"Gue tetap cemburu, sayang. Gue gak suka lihat Lo sama cowok lain. Apalagi Lo tersenyum dan tertawa ke mereka."
"Posesif amat sih Lo. Ingat ya, kita tuh gak ada hubungan apapun lagi. Jadi, Lo gak berhak ngomong gitu ke gue."
Kelvin menggeram kesal. "Gue gak pernah setuju. Itu kan cuma perkataan Lo secara sepihak doang. Gak sah!"
"Sah dong! Lo lupa? Lo dulu juga gitu."
"Pokoknya gak bisa! Kita tetap pacaran!"
"Gak!"
Kelvin melotot kesal, Erika pun juga ikut melotot kesal. "Lo pikir gue gak bisa melotot juga?!"
Allan menggelengkan kepala tak habis pikir melihat tingkah kedua sejoli tersebut.
Ya, dari tadi dia di sana karena Erika memaksa Allan tetap di sana supaya bisa menghentikan kegilaan Kelvin.
Erika masih waras. Mustahil membiarkan dirinya berada di dalam bahaya.
"Sayang." Peringat Kelvin. Tak suka melihat Erika melawan terus.
"Dahlah! Gue mau pulang! Lepasin pelukan Lo sekarang!" Titah Erika tegas. Disambut gelengan oleh Kelvin. Pelukannya pun kian mengerat. Membuat kesabaran Erika menipis. Berakhir memukul tangan Kelvin yang terluka.
Erika segera melarikan diri dari pelukan Kelvin kala ada celah.
"Sakit, sayang. Lihat nih, tangan gue berdarah lagi." Melas Kelvin.
"Bodo amat!" Sahut Erika kesal, keluar dari kamar, dan membanting pintu sekuat tenaga.
"Udah, Vin. Jangan dikejar. Biarin dia istirahat."
"Iya. Gue tau."
Allan terkekeh pelan melihat raut wajah mengenaskan Kelvin. "Sabar. Masih untung dia mau meladeni kelicikan Lo selama seharian ini." Ledeknya.
"Huh, gue masih belum puas. Gue pengen bersama dia lebih lama lagi."
"Ckck, berlebihan banget Lo. Emang gak bosan lihat orang yang sama terus?"
"Kalau orangnya Erika, gak akan bosan. Tapi, kalau orangnya Lo, gue bosan banget. Bahkan gue muak lihat wajah Lo terus tiap hari." Sahut Kelvin menyebalkan.
"Njir. Gue lebih muak lihat Lo dan kelakuan absurd Lo." Umpat Allan.
Kelvin menaikkan bahu cuek sembari mengobati lukanya sedangkan Allan memijit pangkal hidung kesal.
Tak mau ambil pusing, Allan merebahkan tubuhnya di atas kasur dan bermain game.
"Lan, menurut Lo kapan Erika buka hati buat gue?" Celetuk Kelvin.
"Melihat tingkah Lo, sampai kapanpun dia gak akan pernah buka hati buat Lo." Sahut Allan terlampau jujur sekaligus menyakitkan. Membuat Kelvin mendecih kesal.
Bersambung...
5/5/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...