Part 47📍

9.3K 718 9
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Hidup memang dipenuhi misteri dan kejutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup memang dipenuhi misteri dan kejutan.

Contoh kecilnya saja kehidupan Erika. Dulu, gadis itu sangat membenci Kelvin serta selalu berusaha menghindari Kelvin sedangkan sekarang, ia mencintai Kelvin dan ingin selalu bersama Kelvin.

Jantung Erika selalu berdebar-debar tiap kali bersama Kelvin. Bukan debaran ketakutan, melainkan debaran nan menenangkan.

'Rupanya benar kata orang. Benci dan cinta itu beda tipis.' Monolognya dalam hati.

Erika masih ingat awal pertemuan mereka. Dimana dirinya diselimuti kebencian mendalam terhadap Kelvin.

"Hikss..."

Lamunan Erika buyar. Perhatiannya  sontak tertuju ke asal suara. Kana.

Sahabatnya itu sedang menangis. Tanpa bertanya pun, Erika langsung tahu bahwa Kana menangis karena bertengkar dengan pacarnya. Selalu saja begitu.

Ia menghela nafas panjang. Bosan melihat drama Kana. Lantas, bangkit dari kasurnya dan keluar dari kamar. Memberi ruang supaya sahabatnya itu bisa menangis sepuasnya.

Bukannya Erika mengabaikan kesedihan Kana. Namun, Erika sudah terlampau muak.

Muak melihat Kana selalu menangis karena hal yang sama. Dia muak melihat kebodohan Kana yang terlalu bucin dan terlampau mudah disakiti.

Berulang kali disakiti, berulang kali dimarahi, berulang kali dibentak ... Namun, Kana tetap bersabar dan bertahan karena alasan sederhana, cinta. Mengerikan sekaligus menyedihkan.

"Dih! Amit-amit gue jadi kayak gitu." Lirihnya ngeri.

'Pokoknya kalau Kelvin posesif, sok-sok an ngatur, atau marah-marah ... Gue gak akan tinggal diam dan ngalah gitu aja, apalagi nangis!'

"Sayang. Tumben keluar? Biasanya kan rebahan terus di dalam kamar kalau sedang libur." Celetuk Kelvin kala melihat Erika keluar dari kos.

"Capek gue rebahan terus. Mau nyari jajanan dulu. Ikut gak?"

Kelvin bangkit dari kursinya. "Lo tunggu aja di sini. Gue yang beliin. Mau jajan apa?" Masih mengkhawatirkan luka kekasihnya walaupun Erika terluka dua hari lalu.

Gadis cantik itu tersenyum kecil melihat sifat perhatian Kelvin. "Luka gue udah baikan kok, Vin. Gak sakit lagi dibawa jalan." Jelasnya.

"Intinya, Lo duduk tenang aja di sini. Gue yang beliin Lo." Paksa Kelvin.

"Ya udah, terserah Lo aja deh." Sahut Erika malas mendebat sifat keras kepala pria itu.

"Jadi, mau jajan apa, sayang?"

Erika menyodorkan uang 50K ke pria disebrangnya. "Beliin gue makanan yang manis-manis sebanyak uang ini."

"Oke. Tunggu bentar."

"Loh, uangnya kok gak diambil?" Protes Erika melihat Kelvin pergi begitu saja tanpa mengambil uangnya.

"Pakai uang gue aja, sayang. Simpan aja uang Lo."

"Gak bisa gitu dong, Vin! Buruan ambil uangnya."

"Gak mau."

Gadis itu memijit keningnya lelah. Kelvin selalu saja mengeluarkan uang untuknya karena pacarnya itu hobi sekali membelikannya sesuatu. Padahal, ia tidak ingin berhutang budi ke orang lain sedikit pun.

****

Erika bertopang dagu. Menatap Kelvin yang sibuk bermain game.

Tanpa sadar, ia pun tersenyum tipis melihat betapa seriusnya wajah Kelvin.

Melihat keseriusan pria tersebut, Erika pun menjadi tertarik mengganggu. Ia juga penasaran bagaimana reaksi Kelvin jika dirinya mengganggu. Apakah pria itu akan mengamuk seperti adiknya?

"Gue masuk ke dalam dulu ya. Capek gue dicuekin terus." ujarnya pura-pura ngambek.

Kelvin tertawa kecil seraya mengacak-ngacak rambut Erika gemas. "Maaf, sayang. Gue gak main lagi deh."

"Gapapa kok. Main aja terus. Gue emang mau masuk."

Kelvin menahan pergelangan tangan Erika. "Jangan, sayang. Di sini aja ya. Gue masih pengen bareng Lo."

"Pengen bareng tapi nyatanya malah main hp." Kekehnya menyindir. Membuat Kelvin gemas dan berakhir mencubit pipi Erika.

"Gue kan main hp biar Lo gak protes gue ganggu terus. Tadi katanya mau baca komik. Gimana sih, sayang?" Geramnya sehingga Erika menyengir tanpa dosa.

"Untung gue sayang. Kalau gak, udah gue makan Lo." Imbuh Kelvin hingga membuat Erika tertawa.

"Kanibal!" Ejeknya. "Btw, Vin. Kok bisa sayang ke gue sih? Memang apa yang menarik dari gue?" Erika mendadak bertanya penasaran.

Kelvin mengecup punggung tangan Erika pelan. "Perasaan itu muncul begitu saja. Lagipula, gak perlu ada alasan menyayangi ke seseorang 'kan?"

"Pasti ada alasannya lah. Contohnya gue nih, sayang ke kucing karena kucing itu binatang yang manja dan menggemaskan." Bantah Erika.

"Kok contohnya kucing? Harusnya Lo tuh contohin perasaan Lo ke gue." Oceh Kelvin kesal.

"Terserah gue dong." Tawa Erika.

"Kayaknya, Lo gak sayang sama gue ya. Sakit hati gue." Sahutnya mendramatis keadaan.

Kali ini, giliran Erika yang mencubit pipi Kelvin gemas. "Gue sayang kok. Sayang banget banget banget." Ungkapnya lebay.

"Kalau gitu, cium dulu." Cetus Kelvin seraya memonyongkan bibirnya. Berakhir mendapatkan tamparan keras di lengannya.

"Dasar mesum!"

"Hehe. Bercanda, sayang." Ringis Kelvin melihat tatapan tajam Erika. Tatapan yang seakan-akan ingin mengulitinya hidup-hidup.

Bersambung...

24/5/23

firza532

Please, Ignore Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang