Vote sebelum baca 🌟
Keadaan di kampus begitu ramai dan riuh karena sedang mengadakan expo, perlombaan volly, dan penilaian mahasiswa semester 5 di salah satu mata kuliah umum, yaitu kebudayaan.
Kelvin mendesah kesal. Ingin segera kabur dari kampus, tapi kelasnya belum tampil.
Kelasnya mendapatkan nomor lot 8 sehingga dia tak bisa meninggalkan kelas begitu saja. Terlebih lagi, dia memiliki peranan penting saat tampil nanti.
Kelvin menunggu gilirannya tampil di luar gedung bersama teman-temannya lantaran bosan menunggu di dalam. Lebih memilih nongkrong di teras sembari melihat para mahasiswa yang berlalu lalang.
Emosinya kian meningkat kala seseorang menabrak lengannya. Hendak memarahi orang yang menabraknya tapi ... "Maaf. Gue gak sengaja." Gadis yang menabraknya segera meminta maaf hingga Kelvin mengurungkan niatnya.
Ia tertawa tak percaya ketika gadis yang menabraknya berlalu begitu saja tanpa menatapnya.
Kelvin menyugar rambut gusar. Baru kali ini dia diabaikan begini. Padahal biasanya para perempuan selalu mendekatinya dan menempelinya.
Tanpa diminta, matanya terus mengikuti sosok gadis bertubuh mungil dan berambut pendek itu.
Kala gadis itu berbalik, jantung Kelvin pun berdebar kencang.
Wajah manis gadis itu terpatri begitu indah di dalam otaknya. Tatapan lembut dan senyuman hangat membekas dalam ingatannya. Membuat dia ingin melihat itu dalam kurun waktu yang lama.
Ah, Kelvin mengalami jatuh cinta pandangan pertama seperti yang sering dikatakan orang lain.
Apakah musim semi akan segera mendatanginya?
Dia tertawa kecil melihat betapa bersemangatnya gadis itu menyeret temannya, menghampiri berbagai macam stand dan membeli semua jajanan expo hingga kedua tangannya penuh.
"Emang perut kecilnya sanggup menampung semua makanan itu?" Gumamnya tanpa sadar.
"Lo ngomong apa barusan?" Celetuk Shion, mendengar samar-samar ucapan Kelvin.
"Gak ada." Sahut Kelvin irit sedangkan Shion ber-oh ria. Lalu, fokus ke gamenya lagi.
Sementara itu, Kelvin terus memperhatikan gadis yang menarik perhatiannya.
Tangannya terkepal erat kala seorang pria menghampiri gadis itu, menyapa, dan duduk di samping gadis tersebut.
Hatinya sontak dipenuhi kecemburuan melihat gadis itu dekat dengan pria lain.
Ia semakin cemburu ketika menyadari pria lain turut memperhatikan gadis berambut pendek itu tanpa disadari oleh gadis tersebut.
Tanpa dapat dicegah, Kelvin turun dari lantai dua. Mengabaikan peringatan teman-temannya supaya dirinya kembali secepat mungkin.
Menghampiri gadis yang mencuri perhatiannya.
"Erika, Shila! Kalian kok masih di sini? Bentar lagi Farel tampil loh. Buruan naik! Kita harus semangatin Farel yang mau tampil mewakili kelas kita!" Seru seorang perempuan dari belakang Kelvin, mengejutkan Kelvin.
Lebih terkejut lagi ketika matanya bertemu pandangan dengan gadis itu selama beberapa detik.
"Tunggu bentar, Sky. Kami mau makan dulu. Lapar banget soalnya." Renggut gadis berambut pendek.
"Iya nih. Kabari aja kami kalau Farel udah tampil." Timpal temannya.
'jadi, namanya di antara Erika dan Shila?' batin Kelvin.
"Buruan ih! Makan dalam gedung aja." Paksa Sky sehingga keduanya terpaksa mengalah.
Kedua gadis itu mengemas jajanan mereka. Membawanya ke dalam gedung.
Dan, lagi-lagi gadis berambut pendek itu melewati Kelvin begitu saja.
'apa mungkin ketampanan gue udah luntur?' batin Kelvin heran.
Biasanya para perempuan akan menatapnya dua kali dan berusaha caper, tapi gadis itu malah biasa-biasa saja. Meliriknya saja tidak!
Kelvin semakin tertarik jadinya. "Lo tau siapa nama cewek berambut pendek tadi?" Tanyanya ke pria yang menyapa gadisnya.
"Yang baju putih, rok hitam, dan bertubuh mungil itu 'kan?" Tanya lawan bicaranya memastikan. Diangguki oleh Kelvin.
"Ohh, namanya Erika."
"Jurusan?"
"Bahasa Indonesia. Memangnya kenapa?"
Kelvin tersenyum tipis. "Gue suka dia." Jawabnya terus terang, membuat lawan bicaranya tercengang.
-Selesai-
Nah, inilah kilas balik awal Kelvin jatuh cinta ke Erika.
Sweet banget kan🔥🥺
3 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...