Vote sebelum baca 🌟
Dada Kelvin terasa panas melihat Erika berdekatan dengan laki-laki lain. Apalagi saat melihat Erika tertawa manis. Tawa yang tak pernah keluar saat bersamanya.
Kelvin cemburu.
Ingin rasanya menghajar laki-laki yang telah lancang mendekati Erika itu tapi dia harus jaga image supaya Erika tidak semakin membencinya.
Pada akhirnya, Kelvin pun pergi dari sana sebelum kecemburuannya bertambah dan membuatnya kehilangan akal sehat.
"Yakin nih gak mau pulang bareng Abang?" Tanya Rian sekali lagi.
Sedari tadi, pria itu menawarkan Erika pulang bersama karena Erika sendirian saja.
"Iya, bang. Kita kan beda arah. Aku gak mau ngerepotin Abang hehe."
"Gak ngerepotin Kok. Kan Abang pakai motor dan tinggal putar balik aja."
"Makasih, bang. Tapi, gak usah." Tolak Erika sekali lagi.
Rian mengangguk mengerti. Berpamitan ke Erika dan meninggalkan Erika sendirian.
Erika menghela nafas panjang setelah Rian pergi. Ia melangkah dengan ogah-ogahan.
Jujur saja, Erika malas jalan sendirian ke kos, tapi tidak mungkin juga ia merepotkan Rian. "Kana sih. Pakai acara sakit segala." Keluhnya.
"Ka."
Gadis itu terlonjak kaget kala Allan tiba-tiba muncul di belakangnya.
"Maaf ngagetin Lo."
"Gapapa kok. Kenapa manggil gue?" Jarang-jarang Allan memanggilnya. Biasanya Allan selalu mengabaikannya saat Kelvin tidak ada.
"Gue mau ngomong sesuatu yang penting sama Lo."
Kening Erika mengernyit. "Hmm, ngomong aja."
"Lo ingat gak dulu gue pernah nyuruh Lo hati-hati?" Ungkap Allan.
Erika mengangguk karena ingatan itu masih berkesan di dalam otaknya.
"Waktu itu, gue nyuruh Lo hati-hati karena Kelvin jadiin Lo target. Gue gak mau Lo sakit hati di kemudian hari saat mengetahui kenyataan itu," Pria itu menjeda ucapannya sejenak. "Tapi, Ka. Sekarang gue mau narik ucapan itu. Lo gak harus berhati-hati ke Kelvin karena dia benar-benar suka sama Lo."
Gadis cantik itu tersenyum sinis. Merasa lucu mendengar ucapan Allan.
"Sejak Lo putusin Kelvin, dia selalu uring-uringan gak jelas. Kadang marah, kadang kesal, dan kadang sedih. Tingkahnya itu sangat menganggu gue. Jadi, gue harap Lo bisa ngasih Kelvin kesempatan kedua supaya dia kembali normal."
Erika berdecak pelan. "Ngapain gue balikan sama dia? Gu--"
"Dia udah cinta mati sama Lo, Ka. Bahkan di dalam tidurnya pun, dia selalu manggil-manggil nama Lo." Potong Allan.
"Dia juga sering bilang ke gue kalau dia nyesel nerima dare. Katanya, jika waktu bisa diulang, dia pasti akan mendekati Lo dengan cara normal. Di--"
"Gini loh Lan," Sela Erika cepat. "Gue gak mutusin dia karena dare tapi karena gue udah muak menghadapi sifat posesif dan egoisnya. Gue udah capek bersabar selama tiga bulan ini. Gue cuma butuh kebebasan." Jelasnya.
Allan berdehem pelan. "Oke. Gue ngerti. Maaf udah maksa Lo." Pria itu menyerah. Kemudian, meninggalkan Erika.
"Dih, bilang aja kalian satu komplotan. Malah sok-sok an bilang Kelvin cinta mati ke gue." Gumam Erika kesal kala Allan sudah pergi jauh.
"Lagian, mau dia cinta atau gaknya, gue akan tetap putusin dia karena gue gak mau menjalin hubungan dengan cowok red flag. Bisa mampus gue gegara emosi tiap hari."
Erika bukanlah gadis sabar dan penurut. Erika itu mudah emosi, keras kepala, suka melawan, dan benci dikekang.
Pria seperti Kelvin itu sama sekali tidak cocok dengannya.
Bersambung...
2/5/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...