Vote sebelum baca 🌟
Seluruh tubuh Erika terasa sangat sakit. Terutama di bagian pinggang dan perut.
Gadis itu mendesis kesakitan berulang kali sehingga membuat Kelvin khawatir. "Ughh!! Perut gue sakit banget, Vin. Kayak mau lahiran sakitnya." Adunya.
"Emang udah pernah lahiran?"
"Belum sih." Cengir Erika.
"CK! Kenapa perempuan selalu merasakan sakit sih?! Pas haid sakit, pas melakukan itu katanya juga sakit, pas melahirkan apalagi." Keluhnya.
"Pas melakukan itu sakitnya cuma di awal doang, sayang." Koreksi Kelvin.
Erika tersenyum mengejek. "Sok tau."
"Terserah Lo aja deh." Gumamnya. Malas berdebat yang ujung-ujungnya cuma memancing amarah Erika.
Erika mendusel manja di lengan pria tersebut. "Vin, buatin gue teh anget dong biar perut gue gak terlalu sakit lagi." Pintanya manja.
"Oke. Tunggu bentar." Kelvin menjawab tanpa merasa keberatan sedikit pun.
"Banyakin gulanya ya."
"Iya, sayang. Gue banyakin deh biar Lo tambah manis." Goda Kelvin seraya mencubit pipi Erika.
"Emang gue manis?"
Kelvin menyentil kening Erika gemas. "Lah, gak nyadar nih bocah. Sesekali coba perhatiin wajah Lo di cermin dan nilai sendiri gimana wajah Lo itu."
"Gak mau ah. Jelek. Ntar gue malah insecure." Decak Erika pelan.
Jujur saja, Erika merasa wajahnya biasa saja dibandingkan wajah para perempuan di luar sana.
Masih banyak perempuan yang lebih cantik, imut, dan manis daripada dirinya.
Makanya, dia heran kenapa Kelvin bisa mencintainya. Apalah yang bisa dikagumi dari wajahnya.
"Astaga, sayang. Lo tuh gak jelek sama sekali. Lo tuh cantik." Hanya Kelvin yang mengatakannya cantik secara terang-terangan.
"Emang apa yang cantik? Coba jelasin." Cetus Erika.
Kelvin berjongkok di hadapan Erika sembari menggenggam tangan gadis itu. "Bagi gue, semua hal tentang Lo itu cantik."
Erika tertunduk pelan. "Tuh kan. Gue gak cantik. Buktinya Lo cuma bisa menjawab dengan kata-kata basi itu." Cicitnya lesu.
Kelvin menggelengkan kepala tak habis pikir. Sepertinya, ia perlu mengungkapkan semuanya supaya Erika tidak merasa insecure lagi.
Ditangkupnya pipi Erika sebelum mengungkapkan semua pemikirannya. "Wajah Lo cantik, tapi gue lebih suka lihat pipi chubby Lo. Gemesin soalnya. Pengen gue cubit terus rasanya." Mengelus pipi Erika penuh perasaan.
Lalu, beralih mengusap bibir Erika. "Senyuman Lo juga cantik karena sangat manis dan selalu membuat gue deg-degan."
"Mata, alis, hidung, dan rambut Lo juga cantik."
Wajah Erika merah padam mendengar pengakuan Kelvin.
Memang dia duluan yang bertanya, tapi Kelvin terlalu terang-terangan menjawabnya sehingga membuat dia malu.
"Ah, satu lagi. Pipi merah Lo juga cantik." Kekeh Kelvin pelan sembari mengusap pipi Erika.
Gadis itu pun tak tahan lagi. Berakhir menutup wajahnya malu.
"Duh, lucu banget sih pacarnya Kelvin."
"Udah, udah. Buruan buatin gue tehnya. Keburu meninggoy gue."
Kelvin tertawa geli melihat Erika tersipu dan berusaha mengalihkan pembicaraan. Sangat menggemaskan.
Erika baru berani membuka matanya kala Kelvin masuk ke dalam kos. Gadis itu mengipasi wajahnya yang terasa panas. 'Gila! Makin hari, dia makin buat gue berdebar aja.' jerit batinnya.
"Loh Erika? Ngapain senyum-senyum sendiri?" Cetus Allan mengagetkannya.
"Kapan gue senyum-senyum sendiri? Lo salah lihat kali." Elak Erika.
Allan menatap Erika malas. Kemudian, masuk ke dalam kosnya sedangkan Erika melanjutkan tugasnya, yaitu membuat laporan magang.
Lebih baik sok sibuk daripada kepergok sedang senyum-senyum sendiri. Memalukan.
"Nih, teh angetnya." Tau-tau si Kelvin sudah selesai saja membuatkan Erika minuman.
"Wah, makasih." Sahutnya riang.
Erika meninggalkan tugasnya. Beralih menyesap teh buatan Kelvin.
"Gimana? Udah terasa baikan perutnya?"
"Udah dikit. Maaf ya ngerepotin Lo. Kapan-kapan gue buatin juga Lo teh anget," kata Erika mendadak sadar diri telah merepotkan pacarnya.
Kelvin mendesah pelan. "Kayak ke siapa aja sih, sayang. Gue gak merasa direpotkan kok. Justru gue malah senang melihat Lo mau minta tolong ke gue." Pria itu tidak suka melihat Erika membatasi diri darinya. Seperti dulu.
Bersambung...
1/6/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...