Vote sebelum baca 🌟
Jujur, Erika sangat lelah. Baik secara fisik maupun secara batin. Rasanya gadis itu ingin bersembunyi di tempat terpencil supaya tidak ada satu orang pun yang mengganggunya.
Ia berjalan lunglai dengan wajah lesu. Keluar dari kantornya bersama Kana tanpa mengobrol. Bahkan mulutnya pun malas berbicara saking lelahnya. Dan sebaliknya, Kana juga sama sepertinya. Lelah dan malas berbicara.
Bagaimana tidak lelah jika mereka sangat sibuk dari pagi. Sibuk menyusun koran, membuat kliping, melipat surat, menyambut kedatangan dosen pembimbing, mencari judul Laporan Magang, dan mengantar surat dari satu tempat ke tempat lain. Itupun lumayan jauh jaraknya dan berjalan kaki.
Lebih sialnya, Erika memakai heels yang lumayan tinggi dibandingkan hari biasanya. Kian menambah kadar kelelahan Erika.
Wajah lesunya sedikit berubah kala melihat Kelvin menunggunya di depan gerbang. Tanpa pikir panjang, Erika pun mempercepat langkah kakinya, memeluk lengan Kelvin, dan menyandarkan kepalanya di lengan pria tersebut. "Kepin..." Panggilnya manja.
Kelvin yang sibuk main hp terlonjak kaget dan nyaris mendorong Erika karena mengira dipeluk perempuan lain. "Lo ngagetin aja, sayang." Keluhnya.
"Makanya jangan main hp mulu." Balas Erika tak mau kalah.
Kelvin merangkul bahu Erika. "Gue bosan, sayang. Nungguin Lo dari setengah jam lalu, tapi Lo gak nongol-nongol. Kemana sih? Tumben telat keluar dari kantor? Biasanya kan selalu tepat waktu keluarnya?"
"Gue habis keliling nganterin surat."
"Oh, pantesan lama." Kelvin manggut-manggut mengerti.
"Lagian, kalau gue lama, kenapa gak pulang duluan aja?"
"Emang gapapa?"
"Lah, gapapa dong. Gue kan bisa pulang bareng Kana."
"Iya juga sih, tapi gue yang gak bisa ninggalin Lo gitu aja karena udah terbiasa pulang bareng Lo. Rasanya tuh ada yang kurang kalau gue gak pulang bareng Lo."
"Dasar." Gumam Erika pelan, tidak bisa berkata-kata lagi.
"Ah, iya. Kana." Kagetnya ketika sadar telah mengabaikan sahabatnya. Ia celingak celinguk mencari keberadaan Kana.
"Cari Kana ya? Tuh dia udah duluan." Kekeh Kelvin.
"Duh, gue merasa bersalah deh. Gimana kalau dia marah karena dicuekin?" Cemasnya.
"Tenang aja. Dia gak akan marah kok. Pasti dia paham. Toh dia sendiri pun sering cuekin Lo kalau udah berurusan dengan pacarnya 'kan?" Hibur Kelvin.
"Hm, benar juga." Erika kembali menyandarkan kepalanya ke lengan Kelvin. "Gue capek banget deh. Gendong gue sampai ke kos dong. Ntar gue kasih hadiah." Candanya.
"Mau gendong depan atau belakang?" Tanya Kelvin serius sehingga membuat Erika meringis.
"Gue bercanda. Ya kali Lo gendong gue sampai kos. Bisa mati Lo nanti."
Kelvin berdecak pelan. "Lo pikir gue selemah itu? Gendong gajah aja gue sanggup, masa gendong Lo gue gak sanggup?"
"Emang pernah gendong gajah?"
"Belum sih, tapi gue yakin kuat gendongnya." Tandasnya percaya diri. Membuat Erika terbahak.
Kelvin ikut tertawa melihat kekasihnya tertawa lepas. Pria itu merasa lebih baik setelah melihat Erika kembali ceria.
Tanpa disangka-sangka, Kelvin pun menggendong tubuh Erika ala bridal style. Menghadirkan semburat merah di pipi Erika.
"Turunin gue." Ronta gadis itu malu.
Ah, Kelvin sangat suka melihat Erika tersipu malu. "Tadi katanya mau digendong." Ledeknya.
"Gak jadi."
"Ucapan yang sudah keluar dari mulut Lo gak bisa ditarik lagi, sayang."
"Kalau gitu ubah posisi! Gue mau gendong di belakang." Protes Erika.
Setidaknya posisi gendong belakang lebih baik daripada gendong depan.
Lantaran tidak ingin memancing kekesalan Erika, Kelvin menurunkan gadis itu. Kemudian, berjongkok di depan Erika. "Ayo naik."
"Gak mau." Erika berlari. Meninggalkan Kelvin yang melongo kaget dibuatnya.
"Sayang!!!"
"Coba kejar kalau bisa." Tantang Erika.
Bukannya terprovokasi, Kelvin malah mengkhawatirkan keadaan Erika. "Astaga, sayang! Jangan lari! Nanti jatuh lagi." Paniknya.
Kepanikannya semakin bertambah kala melihat Erika benar-benar terjatuh.
Kelvin berlari menghampiri Erika dan membantu gadis itu berdiri. Namun, malah tatapan sinis yang didapatkannya.
"Ini salah Lo Kepin! Nyumpahin gue biar jatuh." Sinisnya.
Kelvin tersenyum datar. Lalu, menyentil kening Erika. "Gue cuma ngingetin, bukan nyumpahin. Makanya kalau orang ngomong tuh di dengerin, bukannya dicuekin. Geramnya.
"Nyenyenye."
Kelvin mencubit bibir Erika saking geramnya sedangkan Erika melotot kesal dan menggigit tangan Kelvin.
Pria itu mengelus dada sabar. "Gapapa, sayang. Sumpah gapapa. Gigit aja terus jari gue sampai putus." Sarkasnya.
Erika sontak melepaskan gigitannya seraya menyengir.
"Udah puas gigitnya?" Tanya Kelvin datar.
"Udah." Jawab Erika santai.
"Gini amat deh pacar gue."
"Kenapa? Gak suka?" Tukas Erika ketus.
"Kata siapa? Gue suka kok. Suka banget. Semenyebalkan apapun tingkah Lo, gue tetap suka." Ungkap Kelvin tulus sehingga membuat Erika berdebar.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...